Alhamdulillah, semoga apa yg disampaikan Ustadz Khalid bermanfaat

Aamiin, semoga Allah subhanahu wa ta'ala memberikan kemudahan

Alhamdulillah ☺️

Aamiin, lebih baik harta digunakan untuk kebutuhan, berbagi, dan berdakwah :)

Aamiin, semoga Allah senantiasa memberi kemudahan dan yang terbaik :)

Aamiin, semoga Allah senantiasa mengampuni hambaNya yang memohon pengampunan

Alhamdulillah, rencana Allah pasti lebih baik :)

Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik ya :)

Aamiin, semoga Allah memberikan kemudahan dan kekuatan :)

Aamiin

Wa fiika barakallah, semoga apa yang disampaikan Ustadz Nuzul bermanfaat :)

Aamiin, semoga Allah Ar Razzaq memudahkan :)

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Orang yang munafik memang bisa tampak baik di luar, tapi di dalam hatinya tidak begitu. Allah menjelaskan tentang orang munafik dalam Al-Qur'an: "Sesungguhnya orang-orang munafik itu berada pada tingkatan yang paling bawah dari neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka." (QS. An-Nisa: 145) Mereka sering kali berpura-pura baik, berperilaku baik di hadapan orang, tapi di dalam hatinya mereka punya niat buruk. Munafik itu berbahaya karena penampilannya bisa menipu orang lain, padahal di dalam hatinya tidak sesuai dengan apa yang mereka tunjukkan. Bagaimana membedakan orang yang baik dan penipu? Mengenai bagaimana cara kita membedakan orang yang baik dan penipu, itu memang kadang sulit, terutama jika orang tersebut pandai berpura-pura. Allah berfirman dalam Al-Qur'an: "Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa." (QS. Al-Hujurat: 12) Kita harus hati-hati dan tidak terburu-buru menilai orang. Jangan mudah terpengaruh dengan penampilan luar saja. Kita bisa menilai seseorang lebih baik dengan tindakan dan konsistensinya dalam berperilaku, bukan hanya dari kata-kata. Rasulullah bersabda dalam hadis yang shahih: "Tanda seorang munafik ada tiga: apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, dan apabila diberi amanah ia berkhianat." (HR. Bukhari dan Muslim) Bagaimana cara menghadapi orang seperti ini tanpa terbawa emosi? Dalam menghadapi orang yang seperti ini, kita harus tetap sabar dan tawakal kepada Allah. Jangan sampai kita terbawa emosi atau melakukan hal yang bisa merugikan diri sendiri, karena emosi bisa membuat kita berbuat dosa. Allah mengingatkan kita dalam Al-Qur'an: "Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Baqarah: 195) Jangan sampai kebencian atau kekecewaan terhadap orang lain membuat kita melakukan hal-hal yang tidak baik, seperti menyebarkan fitnah atau merusak reputasi mereka. Jika kita merasa kesal atau tidak nyaman, bersabar dan berdoa kepada Allah adalah cara yang terbaik. Rasulullah mengajarkan kita untuk selalu sabar dalam menghadapi ujian dan orang-orang yang tidak baik: "Dan bersabarlah, karena sesungguhnya sabar itu adalah sebaik-baiknya perhiasan." (HR. Bukhari) Hadapi dengan sabar dan berdoa kepada Allah agar diberikan petunjuk dalam menghadapi orang-orang yang tidak baik. Ingat, setiap ujian yang datang, termasuk menghadapi orang yang berpura-pura, itu adalah cara Allah menguji kesabaran kita. Semoga kita selalu diberikan kemampuan untuk menghadapi segala hal dengan hati yang lapang dan penuh kasih sayang. Barakallahu fiikum - admin

Aamiin, wa fiika barakallah☺

@@M.Cos123 Aamiin ☺️

Aamiin

Alhamdulillah, terima kasih atas pertanyaannya! Semoga jawaban ini bermanfaat dan bisa memberikan pencerahan. Pertama-tama, benar, rejeki kita sudah ditentukan oleh Allah. Dalam Al-Qur'an disebutkan: "Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu) yang telah ditentukan. Apabila ajal mereka tiba, maka tidak bisa ditunda atau dimajukan." (QS. Al-A'raf: 34) Jadi, rejeki yang kita terima memang sudah ditentukan, tapi kita punya peran dalam cara kita mendapatkannya dan mengelolanya. Misalnya, kita berusaha dengan kerja keras, doa, dan ikhtiar yang baik. Kalau hasilnya rejeki itu datang, itu adalah berkah dari Allah. Sekarang, tentang menghabiskan rejeki, memang kita sering kali dihadapkan pada pilihan, seperti apakah kita menggunakan uang untuk yang baik (misalnya sedekah, investasi, kebutuhan keluarga), atau malah menghabiskannya dengan hal-hal yang tidak baik, seperti berjudi. Dalam hal ini, meskipun rejeki sudah ditentukan, cara kita mengelola dan membelanjakan rejeki itu tetap menjadi tanggung jawab kita. Misalnya, kalau seseorang menang judi, awalnya dia merasa beruntung, tapi akhirnya habis juga karena keserakahannya. Ini bukan soal apakah rejeki sudah ditentukan atau tidak, tapi soal bagaimana kita mengelola rejeki itu sesuai dengan ketentuan Allah. Allah berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, judi, berkorban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah kotor (perbuatan) dari pekerjaan setan. Oleh karena itu, jauhilah agar kamu beruntung." (QS. Al-Ma'idah: 90) Jika kita menghabiskan rejeki untuk hal-hal yang dilarang, seperti berjudi, jelas itu bukan cara yang baik dan bisa membawa kerugian, baik dunia maupun akhirat. Bahkan, dalam hadis, Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak akan melihat amal perbuatan seorang hamba, kecuali jika amal itu dilakukan dengan niat yang benar dan ikhlas." (HR. Bukhari) Tentang sedekah atau investasi yang baik, itu justru hal yang diperintahkan oleh Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur'an: "Perumpamaan orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh butir, dan pada setiap butir terdapat seratus biji." (QS. Al-Baqarah: 261) Jadi, ketika kita mengeluarkan uang untuk sedekah atau investasi yang bermanfaat, itu adalah cara kita mengelola rejeki yang baik dan bisa mendatangkan berkah. Bahkan, kalau kita menabung dengan niat yang baik, itu bisa menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir. Intinya: Rejeki kita sudah ditentukan oleh Allah, tetapi cara kita mengelola dan menghabiskannya tetap menjadi pilihan kita. Pilihan itu bisa jadi berkah kalau kita gunakan untuk kebaikan, atau bisa jadi kerugian kalau kita gunakan untuk hal yang sia-sia atau dilarang, seperti judi. Semoga jawaban ini bisa memberikan pencerahan. Jangan lupa, selalu berusaha untuk menggunakan rejeki dengan cara yang diridhai Allah.

Aamiin, alhamdulillah, semoga apa yang disampaikan Ustadz Nuzul bermanfaat ya ☺

Alhamdulillah, semoga dapat memberikan manfaat. Dan semoga hijrahnya istiqamah ya ☺️

Dan juga di subkrep 😂

Mantap ❤😊🎉

Bagud ❤🎉😂😊 ustadz❤ ❤mantap❤

Kesempatan yang baik untuk berdoa kepada Allah saudaraku ☺️ Rasulullah ﷺ bersabda: “Hati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara dia dan Allah.” (HR. Bukhari, no. 2448; Muslim, no. 19) Doa orang yang terzalimi sangat mustajab karena datang dari hati yang terluka dan penuh harap kepada Allah.

@@Dailybundavivi aamiin

Aamiin, semoga Allah memudahkan ☺️

sabar dan berdoa. mengakui bahwa semua yang kita alami adalah kesalahan kita sendiri. kemudian "BELAJAR"

@@iipr4275 aamiin

Minta doa kepada orang tua saudaraku ☺️ Rasulullah ﷺ bersabda: “Tiga doa yang mustajab dan tidak diragukan lagi: doa orang tua untuk anaknya, doa orang yang bepergian, dan doa orang yang terzalimi.” (HR. Abu Dawud, no. 1536; Tirmidzi, no. 1905)

Alhamdulillah, semoga apa yg disampaikan Ustadz Nuzul bermanfaat ☺️

Aamiin ☺️

Aamiin ☺️

Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh. Mungkin ada kajian yang membahas mengenai hal tersebut. Karena ini adalah perihal yang dialami oleh setiap orang yang ingin lebih bertaqwa atau menjadi lebih baik. Namun kami belum menemuinya, ataupun kami yang lupa. Namun, kami mencoba menjawab pertanyaan ini dengan keterbatasan kami. Bismillah, Semoga Allah memberikan keberkahan dalam setiap usahamu untuk mendekat kepada-Nya. Ketika seseorang merasa waswas dalam beribadah atau dalam mengingat Allah, hal ini sebenarnya adalah salah satu tipu daya syaitan yang ingin menjauhkan kita dari ketenangan dan kekhusyukan. Allah telah memberi kita bimbingan melalui Al-Qur’an dan hadits tentang cara menghadapi hal ini. Berikut penjelasannya: Hadits Tentang Waswas Rasulullah ﷺ bersabda: إِنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ عَنْ أُمَّتِي مَا وَسْوَسَتْ بِهِ صُدُورُهَا، مَا لَمْ تَعْمَلْ بِهِ أَوْ تَتَكَلَّمْ “Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku apa yang terlintas dalam hatinya, selama dia tidak mengamalkannya atau mengucapkannya.” (HR. Bukhari, no. 2528; Muslim, no. 127) Hadits ini menunjukkan bahwa waswas yang muncul di hati bukanlah dosa selama tidak diikuti dengan perbuatan atau perkataan. Imam Nawawi dalam syarhnya terhadap Shahih Muslim menjelaskan bahwa waswas adalah bagian dari gangguan syaitan. Syaitan tidak akan mendekati hati yang kosong dari keimanan, tetapi ia justru menggoda hati orang yang beriman untuk melemahkan mereka. Allah memaafkan bisikan ini karena itu di luar kehendak manusia. Cara Mengatasi Waswas 1. Berlindung Kepada Allah Rasulullah ﷺ mengajarkan doa ketika merasa terganggu dengan waswas: أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syaitan yang terkutuk.” 2. Perbanyak Dzikir Firman Allah: أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28) Dzikir seperti membaca “Laa ilaha illallah” atau “Subhanallah wa bihamdih” dapat menenangkan hati. 3. Abaikan Bisikan Rasulullah ﷺ bersabda: يَأْتِي الشَّيْطَانُ أَحَدَكُمْ، فَيَقُولُ: مَنْ خَلَقَ كَذَا وَكَذَا؟ حَتَّى يَقُولَ لَهُ: مَنْ خَلَقَ رَبَّكَ؟ فَإِذَا بَلَغَهُ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ، وَلْيَنْتَهِ “Syaitan akan mendatangi salah seorang dari kalian dan berkata: Siapa yang menciptakan ini? Siapa yang menciptakan itu? Hingga ia berkata: Siapa yang menciptakan Tuhanmu? Maka, jika sampai pada hal itu, berlindunglah kepada Allah dan hentikanlah.” (HR. Bukhari, no. 3276; Muslim, no. 134) Menurut penjelasan Imam Al-Qurthubi, cara “menghentikan” adalah dengan tidak melanjutkan pemikiran tersebut dan menggantinya dengan dzikir atau membaca Al-Qur’an. 4. Jangan Berlebihan dalam Beribadah Rasulullah ﷺ bersabda: إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ “Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia akan dikalahkan.” (HR. Bukhari, no. 39) Imam Ibn Hajar Al-Asqalani menjelaskan bahwa hadits ini mengingatkan umat Islam untuk menjaga keseimbangan dalam beribadah agar tidak mengalami kelelahan fisik maupun mental. Rasa tidak nyaman atau stres dalam beribadah yang disebabkan oleh waswas adalah bentuk gangguan syaitan. Jangan putus asa, karena ini menunjukkan bahwa imanmu sedang dijaga oleh Allah, dan syaitan berusaha mengganggunya. Berlindunglah kepada Allah, perbanyak dzikir, dan jangan terlalu keras pada diri sendiri. Semoga Allah memudahkanmu dalam beribadah dengan hati yang tenang. Wallahu a’lam.

@masihlurus Terimakasih banyak atas ilmunya,semoga Allah membalas kebaikanmu

aamiin

Aamiin, Alhamdulillah

sebaiknya telusuri dulu video panjang dan lengkapnya. anda tahu dimana video panjang dan selengkapnya? "jangan menyimpulkan dari cerita akhir tanpa awalan yang terang"

Semoga bermanfaat apa yg sudah disampaikan oleh Ustadz

Aamiin

Ada di deskripsi ya

Alhamdulillah, semoga bermanfaat