Alhamdulillah merasakan manfaat ya.. 11-12 lah sama yg berobat pakai batu ponari ataupun mak erot.. sama2 ga ada landasan ilmiahnya 😁

​@@lindamaysha5814hajar terus mbak, jangan sampai kendor 😂✌🏻

Bisa ke rsj lawang kak

Forget about the specific terms. Mengalir dan bersama belajar kontrol kekurangan dan kelebihan dari rasa suka dan tidak suka kepada siapapun, pengalaman masa lalu dan rasa penasaran masa depan. Sebenarnya saya juga suck dibagian ini, cuma menurut saya pribadi, istilah-istilah gangguan jiwa yang sangat banyak turut andil besar dalam menambah makin saya terpuruk.

Marah yah marah saja, tidak usah menganggap bahwa marah banyak macamnya. Seperti juga cinta,benci, suka, halu, malas, rajin, aktif, pasif, pembagian-pembagian polar perasaan. Calon psikolog menurut saya butuh ilmunya, tapi kita orang biasa seharusnya bodo amat, malah kalau kita self-diagnosis bisa dianggap reckless.

Bisa dimanage dgn obat2an dan therapy 😊

​@@JerrenLimaku kan bukan anxiety disorder kenapa sih dokter gak bilang aku adhd.

@@JerrenLim klo tanpa obat apa hanya terapi apa bisa sembuh dok?

Bisa jadi! Yuk, periksa PSG! Bisa di Mitra Keluarga Kemayoran sama Dr Andreas Prasadja 😁

Ga nyambung blas ama apa yg dibahas

mau nanya kk setelah terapi TMS ini. ada perubahanperbaikan?

Part 2 part 3 semua ude adaaa 😂

Thanks! Saya nggak pernah kuliah di Indo jadi nggak paham istilah2 scientific dalam Bahasa Indonesia 😂

@@JerrenLim oke saya udah nonton full, jadi sebenernya pada 20:49 anda sudah menggunakan istilah yg tepat: failed to reject or reject (gagak menolak atau menolak), ya kalo saya pake istilah "failure to reject" dan anda sebut "failed to reject" itu saya rasa sama aja ya nah masalahnya di menit 21:32 itu anda menggunakan istilah "accept", baik pada subtitle maupun pengucapan langsung sama2 menggunakan Bahasa Inggris, padahal dalam dunia penelitian tidak dikenal istilah "accpeting the null hypotesis", yg ada "failed/failure to reject null hypothesis"

@@lukesusilo2112 yes, I know. Saya mentioned itu dibeberapa menit sebelumnya clearly. Saya bilang dalam science kita ngga bisa accept apapun. Kita cuma bisa reject or fail to reject. I did use the term ‘accept’ dengan awareness supaya laypeople bisa paham even though saya tau itu ngga 100% akurat. Saya ngga khawatir dengan penggunaan kata ‘accept’ disini karena saya udah tegaskan dari awal tentang misconception ini. Jadi, kalau mereka menyimak, mereka pasti paham maksudnya apa. Saya sering menggunakan istilah2 umum yang ngga 100% akurat supaya laypeople bisa paham. Misalnya, saat saya bilang “neurotransmitter atau zat kimia di otak,” ini juga nggak akurat sama sekali, karena neurotransmitter ada di axon terminal dan synapse semua saraf; nggak hanya otak. But, it’s better to use a term that is not 100% accurate selama esensinya masih tepat secara pragmatis dan dapat dipahami semua orang daripada saya menjelaskan semua secara detil menggunakan istilah scientific tp org gak paham sama sekali. Kalau saya bilang neurotransmitter adalah primary chemical messenger yang digunakan untuk chemical signalling yang diexocytosed oleh axon terminal secara quantal release melalui vesicle. Saya yakin nggak semua org paham unless they are scientists.

@@JerrenLim OK, berarti poin "Saya nggak pernah kuliah di Indo jadi nggak paham istilah2 scientific dalam Bahasa Indonesia " gak relevan sama sekali ya