TOKOH SETIA HATI Mochammad Ngemron "Sang Kupu Kupu" -tingkat 1 PSHT tahun 1966 atas bimbingan Bpk Djoko Koentjoro Madiun -tingkat 2 disahkan cabang khusus keraton surakarta di kartasura oleh Bp. Hasan Djojoadisuwarno dengan disaksikan oleh Bp Murtadji Wijaya - tingkat 3 1984 dikecer oleh Bp Hasan Djojoadisuwarno di Kartasura dengan disaksikan oleh Bp. Murtadji Wijaya dan Bp. Djoko Koentjoro Mochammad Ngemron dilahirkan di Juwangi pada 7 April 1947, setelah menamatkan SR beliau mengenyam pendidikan di salah satu Sekolah Menengah Pertama Swasta (SMP) di Kota Yogyakarta setelah menamatkan pelajaran SMP, beliau melanjutkan pendidikan ke SMA Pendidikan Islam Republik Indonesia (PIRI), saat itu beliau mengikuti pamannya yang berada di Yogyakarta. Bp. Mochammad Ngemron pertama kali belajar pencak sejak kecil diajarkan langsung oleh ayahnya yang dikenal sebagai Kyai Tlawah. Menurut Bp. Djoko Koentjoro, Kyai Tlawah tidak hanya tokoh desa setempat beliau juga memiliki beberapa keilmuwan yang bersifat kanoman (kanuragan). Setelah berpindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) beliau mulai mengenal silat dan belajar silat aliran Setia Hati. Pertama kali belajar silat beliau pernah dilatih oleh Mas Sis dan Mas Warno (Bausasran) keduanya merupakan kadang SH Terate Yogyakarta. Seperti remaja kebanyakan Mochammad Ngemron kecil pun pernah memiliki fase-fase kenakalan, diceritakan oleh Bp. Djoko Koentjoro saat itu Bp.Warno sudah menyerah dan tidak sanggup dengan ndablegnya Mochammad Ngemron kecil saat itu. Atas ijin Bp. Salyo (sesepuh SH Terate Yogyakarta) akhirnya Bp. Warno menyerahkan kepada Bp. Djoko Koentjoro untuk melanjutkan pelatihan Mochammad Ngemron. Proses pelatihan dengan Bp.Djoko Koentjoro saat itu dimulai pada tahun ± 1964. Setelah dua tahun dibimbing oleh Bp. Djoko Koentjoro, pada tahun 1966 beliau diantar oleh Bp. Djoko Koentjoro untuk dikecer di Madiun. Pasca dikecer di tahun 1966 beliau diminta oleh Bp Djoko Koentjoro untuk membantu mengembangkan SH Terate di Yogyakarta, dikarenakan Bp. Djoko Koentjoro sendiri sudah mulai disibukkan dengan jadwal kuliah di Universitas Gajah Mada saat itu dan ingin fokus dalam kuliahnya. Bp. Mochammad Ngemron sendiri mulai aktif mengembangkan SH Terate di Yogyakarta dari rentang 1966 s.d 1973. Pada tahun-tahun tersebut Bp. Mochammad Ngemron melatih di daerah Macanan dekat tempat tinggal beliau di Yogyakarta. Pada tahun 1973, setelah mengantarkan beberapa siswanya untuk dikecer di Madiun, salah satunya adalah Mas Djoko Sumaryono pada tahun 1974 Bp. Sedangkan menurut Bp. Sulardjo beberapa rekan seangkatan yang juga pernah dilatih Bp. Mochammad Ngemron di tahun 1968 diantaranya Mas Peni (alm), Mas Sugeng (Mataram,Lombok), Mas Ngaib, Mas Triyono (alm). Tiga Serangkai pelestari ajaran Bp.Hasan Djojoadisuwarno Hubungan yang sudah sangat lekat antara Bp Djoko Koentjoro dan Bp Moch.Ngemron saat itu, menjadikan masing-masing memiliki hubungan istimewa dengan keluarga besar masing-masing. Saat itu diceritakan Bp. Djoko Koentjoro dianggap sebagai anak dari Kyai Tlawah (Ayah Bp. Moch. Ngemron) dan Bp. Moch.Ngemron juga sudah dianggap anak oleh KRHT. Kusumatanaya seorang ahli spiritual yang sangat di hormati di Kasunanan maupun Puro Mangkunegaran pada masanya (Ayah dari Bp. Djoko Koentjoro). Keduanya lalu bertemu dan berkenalan dengan Bp. Hasan Djojoadisuwarno, dan mendalami Ilmu Setia Hati dibawah bimbingan beliau. Pada Tahun 1970 Bp Djoko Koentjoro mempersunting putri dari Bp. Hasan Djojoadisuwarno, hal ini tentu saja semakin mempererat hubungan keduanya tidak hanya sebatas Guru-Murid / kadhang sepuh-kadang anem melainkan hubungan antara ayah dan anak, tidak hanya Bp. Djoko Koentjoro sebagai putra mantu, tetapi juga Bp. Mochammad Ngemron yang tidak lain sudah dianggap adiknya sendiri. Dalam perjalanan waktu, Bp. Mochammad Ngemron semakin dekat hubungannya dengan Bp Hasan Djojoadisuwarno (nyantrik) dan alhasil Bp. Mochammad Ngemron dikecer Trap II (Tweede Trap) di Kartasura di kediaman Bp. Hasan Djojoadisuwarno dengan disaksikan oleh Bp Murtadji Wijaya *penuturan dari saksi mata langsung Bp. (Alm). Peter Suwarno (Cokrotulung). Dan pada tahun ± 1984 Bp Moch.Ngemron disahkan/dikecer Trap III (derde trap) oleh Bp Hasan Djojoadisuwarno di Kartasura dengan disaksikan oleh Bp. Murtadji Wijaya dan Bp. Djoko Koentjoro. Pada bulan April Tahun 1988, Bp. Mochammad Ngemron mengikuti Bp Hasan Djojoadisuwarno ke Cilacap untuk melakukan keceran. Pada tahun ini ditengarai sebagai proses awal merapatnya SH TERATE dari Jalur Bp. Hasan Djojoadisuwarno untuk bergabung dengan Persaudaraan Setia Hati yang saat itu dipimpin oleh Bp. Mashadi sebagai ketua umum. Pada keceran di Bulan April tahun 1988 dan Bulan Juni 1988 di Cilacap saat itu juga dihadiri Bp. Mashadi, dan beliaunya menyampaikan saat itu menerima murid-murid Bp Hasan untuk melakukan penggabungan (unifikasi) dengan Persaudaraan Setia Hati. Keceran Thn'88 di Cilacap dihadiri Bp. Mashadi Hubungan dengan Pengurus Besar Persaudaraan Setia Hati tetap berlanjut meskipun pada tahun 1989 Bp. Hasan Djojoadisuwarno meninggal dunia. Proses penggabungan dengan Persaudaraan Setia Hati dilanjutkan oleh Bp. Mochammad Ngemron sebagai amanat dari Bp Hasan, yaitu memperdalam keilmuwan Setia Hati yang diajarkan oleh Bp. Munandar. Proses penggabungan ini akhirnya secara resmi diterima oleh PB Persaudaraan Setia Hati dengan dikeluarkannya Surat Keputusan pada tahun 1994. Setelah sekian tahun bersama di penghujung tahun 2012, perbedaan pendapat semakin memuncak hal ini dikarenakan perbedaan kultur antara PB Persaudaraan Setia Hati yang dipimpin oleh Bp Trinowo dengan Bp. Mochammad Ngemron akhirnya muncullah Surat Keputusan (SK) dari PB Persaudaraan Setia Hati yang menganulir keanggotaan eks SH TERATE dari Bp Hasan Djojoadisuwarno. Keputusan yang diambil oleh PB Persaudaraan Setia Hati ternyata tidak serta merta didukung oleh beberapa Cabang Persaudaraan Setia Hati. Tercatat 18 Cabang dari Persaudaraan Setia Hati justru memberikan dukungan moral kepada Bp. Mochammad Ngemron dan mendorong untuk segera membentuk wadah baru. Dengan berbekal perasaan legawa dan dalam rangka menjaga amanat dari Bp. Hasan Djojoadisuwarno serta didukung sepenuhnya oleh 18 Cabang Persaudaraan Setia Hati. Maka pada tanggal 23 Juni 2013 bertempat di Kota Surakarta, diselenggarakanlah Kongres yang diikuti oleh 18 Cabang Persaudaraan Setia Hati untuk membentuk wadah baru menetapkan Bp. Drs. H. Mochammad Ngemron, MS.Psi (Kanjeng Pangeran Yogiswara Suryadiningrat) sebagai pendiri. Rabu dini hari tanggal 5 Maret 2014 Bp Drs.H.Mochammad Ngemron, M.S.Psi menghembuskan nafas terakhirnya di dunia. Beliau dimakamkan di pemakaman umum Desa Tegalgondo, Delanggu,Klaten berdekatan dengan makam istri terkasihnya yang telah mendahului beliau. Pada prosesi pemakaman beliau, terlihat banyak sekali tamu yang datang mulai dari para aktifis dan praktisi pencak silat, praktisi Yoga, para budayawan, agamawan yang mengiringi kepergian beliau. Para praktisi silat yang hadir selain dari kalangan internal , hadir pula beberapa pengurus IPSI Kota Surakarta dan beberapa tokoh dari aliran SH lainnya seperti Bp. Trinowo (Ketua PB Persaudaraan Setia Hati), Bp. Djoko Koentjoro, Bp. Slamet Riyadi (keduanya merupakan Dewan Sepuh Persaudaraan SH Pilangbango), Mas Abas Nurhadi (Magelang), Bp. Arti Siswoyo (Jakarta), beberapa Kadang sepuh SH Terate Yogyakarta seperti Bp. Sulardjo, Bp.Djoko Sumaryono (Semarang) dan beberapa sesepuh SH Terate Solo seperti Bp. Trimin, Bp. Arif Hudayanto, Bp. Mandiono, Mas Mamok (Karanganyar)
@ds_official05Ай бұрын
TOKOH SETIA HATI Mochammad Ngemron "Sang Kupu Kupu" -tingkat 1 PSHT tahun 1966 atas bimbingan Bpk Djoko Koentjoro Madiun -tingkat 2 disahkan cabang khusus keraton surakarta di kartasura oleh Bp. Hasan Djojoadisuwarno dengan disaksikan oleh Bp Murtadji Wijaya - tingkat 3 1984 dikecer oleh Bp Hasan Djojoadisuwarno di Kartasura dengan disaksikan oleh Bp. Murtadji Wijaya dan Bp. Djoko Koentjoro Mochammad Ngemron dilahirkan di Juwangi pada 7 April 1947, setelah menamatkan SR beliau mengenyam pendidikan di salah satu Sekolah Menengah Pertama Swasta (SMP) di Kota Yogyakarta setelah menamatkan pelajaran SMP, beliau melanjutkan pendidikan ke SMA Pendidikan Islam Republik Indonesia (PIRI), saat itu beliau mengikuti pamannya yang berada di Yogyakarta. Bp. Mochammad Ngemron pertama kali belajar pencak sejak kecil diajarkan langsung oleh ayahnya yang dikenal sebagai Kyai Tlawah. Menurut Bp. Djoko Koentjoro, Kyai Tlawah tidak hanya tokoh desa setempat beliau juga memiliki beberapa keilmuwan yang bersifat kanoman (kanuragan). Setelah berpindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) beliau mulai mengenal silat dan belajar silat aliran Setia Hati. Pertama kali belajar silat beliau pernah dilatih oleh Mas Sis dan Mas Warno (Bausasran) keduanya merupakan kadang SH Terate Yogyakarta. Seperti remaja kebanyakan Mochammad Ngemron kecil pun pernah memiliki fase-fase kenakalan, diceritakan oleh Bp. Djoko Koentjoro saat itu Bp.Warno sudah menyerah dan tidak sanggup dengan ndablegnya Mochammad Ngemron kecil saat itu. Atas ijin Bp. Salyo (sesepuh SH Terate Yogyakarta) akhirnya Bp. Warno menyerahkan kepada Bp. Djoko Koentjoro untuk melanjutkan pelatihan Mochammad Ngemron. Proses pelatihan dengan Bp.Djoko Koentjoro saat itu dimulai pada tahun ± 1964. Setelah dua tahun dibimbing oleh Bp. Djoko Koentjoro, pada tahun 1966 beliau diantar oleh Bp. Djoko Koentjoro untuk dikecer di Madiun. Pasca dikecer di tahun 1966 beliau diminta oleh Bp Djoko Koentjoro untuk membantu mengembangkan SH Terate di Yogyakarta, dikarenakan Bp. Djoko Koentjoro sendiri sudah mulai disibukkan dengan jadwal kuliah di Universitas Gajah Mada saat itu dan ingin fokus dalam kuliahnya. Bp. Mochammad Ngemron sendiri mulai aktif mengembangkan SH Terate di Yogyakarta dari rentang 1966 s.d 1973. Pada tahun-tahun tersebut Bp. Mochammad Ngemron melatih di daerah Macanan dekat tempat tinggal beliau di Yogyakarta. Pada tahun 1973, setelah mengantarkan beberapa siswanya untuk dikecer di Madiun, salah satunya adalah Mas Djoko Sumaryono pada tahun 1974 Bp. Sedangkan menurut Bp. Sulardjo beberapa rekan seangkatan yang juga pernah dilatih Bp. Mochammad Ngemron di tahun 1968 diantaranya Mas Peni (alm), Mas Sugeng (Mataram,Lombok), Mas Ngaib, Mas Triyono (alm). Tiga Serangkai pelestari ajaran Bp.Hasan Djojoadisuwarno Hubungan yang sudah sangat lekat antara Bp Djoko Koentjoro dan Bp Moch.Ngemron saat itu, menjadikan masing-masing memiliki hubungan istimewa dengan keluarga besar masing-masing. Saat itu diceritakan Bp. Djoko Koentjoro dianggap sebagai anak dari Kyai Tlawah (Ayah Bp. Moch. Ngemron) dan Bp. Moch.Ngemron juga sudah dianggap anak oleh KRHT. Kusumatanaya seorang ahli spiritual yang sangat di hormati di Kasunanan maupun Puro Mangkunegaran pada masanya (Ayah dari Bp. Djoko Koentjoro). Keduanya lalu bertemu dan berkenalan dengan Bp. Hasan Djojoadisuwarno, dan mendalami Ilmu Setia Hati dibawah bimbingan beliau. Pada Tahun 1970 Bp Djoko Koentjoro mempersunting putri dari Bp. Hasan Djojoadisuwarno, hal ini tentu saja semakin mempererat hubungan keduanya tidak hanya sebatas Guru-Murid / kadhang sepuh-kadang anem melainkan hubungan antara ayah dan anak, tidak hanya Bp. Djoko Koentjoro sebagai putra mantu, tetapi juga Bp. Mochammad Ngemron yang tidak lain sudah dianggap adiknya sendiri. Dalam perjalanan waktu, Bp. Mochammad Ngemron semakin dekat hubungannya dengan Bp Hasan Djojoadisuwarno (nyantrik) dan alhasil Bp. Mochammad Ngemron dikecer Trap II (Tweede Trap) di Kartasura di kediaman Bp. Hasan Djojoadisuwarno dengan disaksikan oleh Bp Murtadji Wijaya *penuturan dari saksi mata langsung Bp. (Alm). Peter Suwarno (Cokrotulung). Dan pada tahun ± 1984 Bp Moch.Ngemron disahkan/dikecer Trap III (derde trap) oleh Bp Hasan Djojoadisuwarno di Kartasura dengan disaksikan oleh Bp. Murtadji Wijaya dan Bp. Djoko Koentjoro. Pada bulan April Tahun 1988, Bp. Mochammad Ngemron mengikuti Bp Hasan Djojoadisuwarno ke Cilacap untuk melakukan keceran. Pada tahun ini ditengarai sebagai proses awal merapatnya SH TERATE dari Jalur Bp. Hasan Djojoadisuwarno untuk bergabung dengan Persaudaraan Setia Hati yang saat itu dipimpin oleh Bp. Mashadi sebagai ketua umum. Pada keceran di Bulan April tahun 1988 dan Bulan Juni 1988 di Cilacap saat itu juga dihadiri Bp. Mashadi, dan beliaunya menyampaikan saat itu menerima murid-murid Bp Hasan untuk melakukan penggabungan (unifikasi) dengan Persaudaraan Setia Hati. Keceran Thn'88 di Cilacap dihadiri Bp. Mashadi Hubungan dengan Pengurus Besar Persaudaraan Setia Hati tetap berlanjut meskipun pada tahun 1989 Bp. Hasan Djojoadisuwarno meninggal dunia. Proses penggabungan dengan Persaudaraan Setia Hati dilanjutkan oleh Bp. Mochammad Ngemron sebagai amanat dari Bp Hasan, yaitu memperdalam keilmuwan Setia Hati yang diajarkan oleh Bp. Munandar. Proses penggabungan ini akhirnya secara resmi diterima oleh PB Persaudaraan Setia Hati dengan dikeluarkannya Surat Keputusan pada tahun 1994. Setelah sekian tahun bersama di penghujung tahun 2012, perbedaan pendapat semakin memuncak hal ini dikarenakan perbedaan kultur antara PB Persaudaraan Setia Hati yang dipimpin oleh Bp Trinowo dengan Bp. Mochammad Ngemron akhirnya muncullah Surat Keputusan (SK) dari PB Persaudaraan Setia Hati yang menganulir keanggotaan eks SH TERATE dari Bp Hasan Djojoadisuwarno. Keputusan yang diambil oleh PB Persaudaraan Setia Hati ternyata tidak serta merta didukung oleh beberapa Cabang Persaudaraan Setia Hati. Tercatat 18 Cabang dari Persaudaraan Setia Hati justru memberikan dukungan moral kepada Bp. Mochammad Ngemron dan mendorong untuk segera membentuk wadah baru. Dengan berbekal perasaan legawa dan dalam rangka menjaga amanat dari Bp. Hasan Djojoadisuwarno serta didukung sepenuhnya oleh 18 Cabang Persaudaraan Setia Hati. Maka pada tanggal 23 Juni 2013 bertempat di Kota Surakarta, diselenggarakanlah Kongres yang diikuti oleh 18 Cabang Persaudaraan Setia Hati untuk membentuk wadah baru menetapkan Bp. Drs. H. Mochammad Ngemron, MS.Psi (Kanjeng Pangeran Yogiswara Suryadiningrat) sebagai pendiri. Rabu dini hari tanggal 5 Maret 2014 Bp Drs.H.Mochammad Ngemron, M.S.Psi menghembuskan nafas terakhirnya di dunia. Beliau dimakamkan di pemakaman umum Desa Tegalgondo, Delanggu,Klaten berdekatan dengan makam istri terkasihnya yang telah mendahului beliau. Pada prosesi pemakaman beliau, terlihat banyak sekali tamu yang datang mulai dari para aktifis dan praktisi pencak silat, praktisi Yoga, para budayawan, agamawan yang mengiringi kepergian beliau. Para praktisi silat yang hadir selain dari kalangan internal , hadir pula beberapa pengurus IPSI Kota Surakarta dan beberapa tokoh dari aliran SH lainnya seperti Bp. Trinowo (Ketua PB Persaudaraan Setia Hati), Bp. Djoko Koentjoro, Bp. Slamet Riyadi (keduanya merupakan Dewan Sepuh Persaudaraan SH Pilangbango), Mas Abas Nurhadi (Magelang), Bp. Arti Siswoyo (Jakarta), beberapa Kadang sepuh SH Terate Yogyakarta seperti Bp. Sulardjo, Bp.Djoko Sumaryono (Semarang) dan beberapa sesepuh SH Terate Solo seperti Bp. Trimin, Bp. Arif Hudayanto, Bp. Mandiono, Mas Mamok (Karanganyar)
@ds_official05Ай бұрын
TOKOH SETIA HATI Mochammad Ngemron "Sang Kupu Kupu" -tingkat 1 PSHT tahun 1966 atas bimbingan Bpk Djoko Koentjoro Madiun -tingkat 2 disahkan cabang khusus keraton surakarta di kartasura oleh Bp. Hasan Djojoadisuwarno dengan disaksikan oleh Bp Murtadji Wijaya - tingkat 3 1984 dikecer oleh Bp Hasan Djojoadisuwarno di Kartasura dengan disaksikan oleh Bp. Murtadji Wijaya dan Bp. Djoko Koentjoro Mochammad Ngemron dilahirkan di Juwangi pada 7 April 1947, setelah menamatkan SR beliau mengenyam pendidikan di salah satu Sekolah Menengah Pertama Swasta (SMP) di Kota Yogyakarta setelah menamatkan pelajaran SMP, beliau melanjutkan pendidikan ke SMA Pendidikan Islam Republik Indonesia (PIRI), saat itu beliau mengikuti pamannya yang berada di Yogyakarta. Bp. Mochammad Ngemron pertama kali belajar pencak sejak kecil diajarkan langsung oleh ayahnya yang dikenal sebagai Kyai Tlawah. Menurut Bp. Djoko Koentjoro, Kyai Tlawah tidak hanya tokoh desa setempat beliau juga memiliki beberapa keilmuwan yang bersifat kanoman (kanuragan). Setelah berpindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) beliau mulai mengenal silat dan belajar silat aliran Setia Hati. Pertama kali belajar silat beliau pernah dilatih oleh Mas Sis dan Mas Warno (Bausasran) keduanya merupakan kadang SH Terate Yogyakarta. Seperti remaja kebanyakan Mochammad Ngemron kecil pun pernah memiliki fase-fase kenakalan, diceritakan oleh Bp. Djoko Koentjoro saat itu Bp.Warno sudah menyerah dan tidak sanggup dengan ndablegnya Mochammad Ngemron kecil saat itu. Atas ijin Bp. Salyo (sesepuh SH Terate Yogyakarta) akhirnya Bp. Warno menyerahkan kepada Bp. Djoko Koentjoro untuk melanjutkan pelatihan Mochammad Ngemron. Proses pelatihan dengan Bp.Djoko Koentjoro saat itu dimulai pada tahun ± 1964. Setelah dua tahun dibimbing oleh Bp. Djoko Koentjoro, pada tahun 1966 beliau diantar oleh Bp. Djoko Koentjoro untuk dikecer di Madiun. Pasca dikecer di tahun 1966 beliau diminta oleh Bp Djoko Koentjoro untuk membantu mengembangkan SH Terate di Yogyakarta, dikarenakan Bp. Djoko Koentjoro sendiri sudah mulai disibukkan dengan jadwal kuliah di Universitas Gajah Mada saat itu dan ingin fokus dalam kuliahnya. Bp. Mochammad Ngemron sendiri mulai aktif mengembangkan SH Terate di Yogyakarta dari rentang 1966 s.d 1973. Pada tahun-tahun tersebut Bp. Mochammad Ngemron melatih di daerah Macanan dekat tempat tinggal beliau di Yogyakarta. Pada tahun 1973, setelah mengantarkan beberapa siswanya untuk dikecer di Madiun, salah satunya adalah Mas Djoko Sumaryono pada tahun 1974 Bp. Sedangkan menurut Bp. Sulardjo beberapa rekan seangkatan yang juga pernah dilatih Bp. Mochammad Ngemron di tahun 1968 diantaranya Mas Peni (alm), Mas Sugeng (Mataram,Lombok), Mas Ngaib, Mas Triyono (alm). Tiga Serangkai pelestari ajaran Bp.Hasan Djojoadisuwarno Hubungan yang sudah sangat lekat antara Bp Djoko Koentjoro dan Bp Moch.Ngemron saat itu, menjadikan masing-masing memiliki hubungan istimewa dengan keluarga besar masing-masing. Saat itu diceritakan Bp. Djoko Koentjoro dianggap sebagai anak dari Kyai Tlawah (Ayah Bp. Moch. Ngemron) dan Bp. Moch.Ngemron juga sudah dianggap anak oleh KRHT. Kusumatanaya seorang ahli spiritual yang sangat di hormati di Kasunanan maupun Puro Mangkunegaran pada masanya (Ayah dari Bp. Djoko Koentjoro). Keduanya lalu bertemu dan berkenalan dengan Bp. Hasan Djojoadisuwarno, dan mendalami Ilmu Setia Hati dibawah bimbingan beliau. Pada Tahun 1970 Bp Djoko Koentjoro mempersunting putri dari Bp. Hasan Djojoadisuwarno, hal ini tentu saja semakin mempererat hubungan keduanya tidak hanya sebatas Guru-Murid / kadhang sepuh-kadang anem melainkan hubungan antara ayah dan anak, tidak hanya Bp. Djoko Koentjoro sebagai putra mantu, tetapi juga Bp. Mochammad Ngemron yang tidak lain sudah dianggap adiknya sendiri. Dalam perjalanan waktu, Bp. Mochammad Ngemron semakin dekat hubungannya dengan Bp Hasan Djojoadisuwarno (nyantrik) dan alhasil Bp. Mochammad Ngemron dikecer Trap II (Tweede Trap) di Kartasura di kediaman Bp. Hasan Djojoadisuwarno dengan disaksikan oleh Bp Murtadji Wijaya *penuturan dari saksi mata langsung Bp. (Alm). Peter Suwarno (Cokrotulung). Dan pada tahun ± 1984 Bp Moch.Ngemron disahkan/dikecer Trap III (derde trap) oleh Bp Hasan Djojoadisuwarno di Kartasura dengan disaksikan oleh Bp. Murtadji Wijaya dan Bp. Djoko Koentjoro. Pada bulan April Tahun 1988, Bp. Mochammad Ngemron mengikuti Bp Hasan Djojoadisuwarno ke Cilacap untuk melakukan keceran. Pada tahun ini ditengarai sebagai proses awal merapatnya SH TERATE dari Jalur Bp. Hasan Djojoadisuwarno untuk bergabung dengan Persaudaraan Setia Hati yang saat itu dipimpin oleh Bp. Mashadi sebagai ketua umum. Pada keceran di Bulan April tahun 1988 dan Bulan Juni 1988 di Cilacap saat itu juga dihadiri Bp. Mashadi, dan beliaunya menyampaikan saat itu menerima murid-murid Bp Hasan untuk melakukan penggabungan (unifikasi) dengan Persaudaraan Setia Hati. Keceran Thn'88 di Cilacap dihadiri Bp. Mashadi Hubungan dengan Pengurus Besar Persaudaraan Setia Hati tetap berlanjut meskipun pada tahun 1989 Bp. Hasan Djojoadisuwarno meninggal dunia. Proses penggabungan dengan Persaudaraan Setia Hati dilanjutkan oleh Bp. Mochammad Ngemron sebagai amanat dari Bp Hasan, yaitu memperdalam keilmuwan Setia Hati yang diajarkan oleh Bp. Munandar. Proses penggabungan ini akhirnya secara resmi diterima oleh PB Persaudaraan Setia Hati dengan dikeluarkannya Surat Keputusan pada tahun 1994. Setelah sekian tahun bersama di penghujung tahun 2012, perbedaan pendapat semakin memuncak hal ini dikarenakan perbedaan kultur antara PB Persaudaraan Setia Hati yang dipimpin oleh Bp Trinowo dengan Bp. Mochammad Ngemron akhirnya muncullah Surat Keputusan (SK) dari PB Persaudaraan Setia Hati yang menganulir keanggotaan eks SH TERATE dari Bp Hasan Djojoadisuwarno. Keputusan yang diambil oleh PB Persaudaraan Setia Hati ternyata tidak serta merta didukung oleh beberapa Cabang Persaudaraan Setia Hati. Tercatat 18 Cabang dari Persaudaraan Setia Hati justru memberikan dukungan moral kepada Bp. Mochammad Ngemron dan mendorong untuk segera membentuk wadah baru. Dengan berbekal perasaan legawa dan dalam rangka menjaga amanat dari Bp. Hasan Djojoadisuwarno serta didukung sepenuhnya oleh 18 Cabang Persaudaraan Setia Hati. Maka pada tanggal 23 Juni 2013 bertempat di Kota Surakarta, diselenggarakanlah Kongres yang diikuti oleh 18 Cabang Persaudaraan Setia Hati untuk membentuk wadah baru menetapkan Bp. Drs. H. Mochammad Ngemron, MS.Psi (Kanjeng Pangeran Yogiswara Suryadiningrat) sebagai pendiri. Rabu dini hari tanggal 5 Maret 2014 Bp Drs.H.Mochammad Ngemron, M.S.Psi menghembuskan nafas terakhirnya di dunia. Beliau dimakamkan di pemakaman umum Desa Tegalgondo, Delanggu,Klaten berdekatan dengan makam istri terkasihnya yang telah mendahului beliau. Pada prosesi pemakaman beliau, terlihat banyak sekali tamu yang datang mulai dari para aktifis dan praktisi pencak silat, praktisi Yoga, para budayawan, agamawan yang mengiringi kepergian beliau. Para praktisi silat yang hadir selain dari kalangan internal , hadir pula beberapa pengurus IPSI Kota Surakarta dan beberapa tokoh dari aliran SH lainnya seperti Bp. Trinowo (Ketua PB Persaudaraan Setia Hati), Bp. Djoko Koentjoro, Bp. Slamet Riyadi (keduanya merupakan Dewan Sepuh Persaudaraan SH Pilangbango), Mas Abas Nurhadi (Magelang), Bp. Arti Siswoyo (Jakarta), beberapa Kadang sepuh SH Terate Yogyakarta seperti Bp. Sulardjo, Bp.Djoko Sumaryono (Semarang) dan beberapa sesepuh SH Terate Solo seperti Bp. Trimin, Bp. Arif Hudayanto, Bp. Mandiono, Mas Mamok (Karanganyar)
@ds_official05Ай бұрын
Generasi psht sebelum ikut psh dan jadi prsh
@ds_official05Ай бұрын
Pembukaan e ada 2
@ds_official05Ай бұрын
Psht kalo sudah di jawa tengah pasti tergoyah. Karena di jateng ada psh, sho
@ds_official05Ай бұрын
Sesepuh psht pada masanya
@ds_official05Ай бұрын
Sejarah PRSH tidak mengakui adanya mas imam dan mas tarmadji
@ds_official05Ай бұрын
Sesepuh psht pada masanya
@ds_official052 ай бұрын
Generasi psht dan psh sebelum jadi prsh
@ds_official052 ай бұрын
Penciptaannya dulu tingkat 2 psht sebelum ke psh eyang Munandar
@muhamadrifansetyawan19112 ай бұрын
Semua trah SH saudara 🙏🙏
@PENCAKSILATKERASAKTI2 ай бұрын
Rahayu 🙏
@videosecond2 ай бұрын
Dulunya Mas Sumino pengesahan tingkat 1 PSHT dari cabang mana ya?
@dikyassrulridwan19329 күн бұрын
Jogja
@videosecond2 ай бұрын
Mas Sumino pengesahan tingkat 1 di PSHT tahun berapa ya 🙏
@videosecond3 ай бұрын
Kenapa tidak dicantumkan dalam sejarah PRSH. Kalau Mas Ngemron disahkan di PSHT tahun 1960an ?
@mejakreatif63882 ай бұрын
Hehe..mungkin lupa..😅😅
@ds_official05Ай бұрын
Memang tidak ada tapi dulu sesepuh psht tk 2 dan eyang Hasan sebelum masuk psh
@AvatarBlack-qq1wl3 ай бұрын
Bapak Martono Guru SMA Negeri 55, tinggal di Depok,.. saya muridnya
Cikal bakal ngemron dr PSHT, setelah mulai menampakan aslinya.. mulailah misinya dan oleh para muridnya diagung2kan 😂
@ds_official05Ай бұрын
Sebelum masuk psh memang mas ngemron dan eyang Hasan berlatih di psht
@videosecond3 ай бұрын
Cikal bakal ngemron dr PSHT, setelah mulai menampakan aslinya.. mulailah misinya dan oleh para muridnya diagung2kan 😂
@ds_official052 ай бұрын
Setelah di psht pindah ke psh lalu mendirikan prsh
@videosecond3 ай бұрын
Awalnya membuat wadah baru.. lambat laun nampak aslinya kan
@videosecond3 ай бұрын
Eyang Hasan ini siapa kak
@PSHWMAOSPATI3 ай бұрын
Luar biasa penjelasannya mas...salam saking pshwtm maospati salam paseduluran kebak katresnan...
@YuliantoTo-zu7se3 ай бұрын
Lampung, Waykanan hadir
@HerySetucer3 ай бұрын
Salam seduluran dr PSHW cabang blora
@dwiarya12973 ай бұрын
salam persaudaraan saking PRSH blora mas
@yudisetiawan85333 ай бұрын
Belajar pencak silat biar kuat, sehat jasmani.
@febrindchannel59423 ай бұрын
Pakdhe Ngemron dulu pernah dhawuhi saya.. Dalam Memahami dan melatih nanti tidak boleh menggunakan wewaler (larangan2) sing soko tembung jarene.. Harus tuntas dijelaskan agar tidak jadi gugon tuhon
@sangyangwulandoro64173 ай бұрын
PRSH Jaya ❤
@YusufGuppychannel3 ай бұрын
🤍
@LIAWULANDARI-n2m3 ай бұрын
Pacitan
@kemikasugihartha18213 ай бұрын
Depok jabar hadir mantap Nderek midangettaken
@wanz15953 ай бұрын
Salam sangking cabang lamongan hadirr
@prshofficial3 ай бұрын
Salam, sampai ketemu minggu depan keceran lamongan dan Tuban
@singobarong20134 ай бұрын
Salam saking cabang Tuban hadir🙏🏻🙏🏻🙏🏻🤍🖤🤍
@prshofficial3 ай бұрын
Salam
@firmandani94164 ай бұрын
Salam saking PSHT kang mas🤝
@prshofficial4 ай бұрын
@@firmandani9416 salam persaudaraan mas🙏
@riokhencil2624 ай бұрын
Wonogiri hadir🤍
@kurimantekx14243 ай бұрын
Wonogiri ne pundi mas
@riokhencil2623 ай бұрын
@@kurimantekx1424 baturetno
@febrianto-974 ай бұрын
Cabang cilacap hadir🎉
@prshofficial4 ай бұрын
Maturnuwun, cabang cilacap selalu keren 🙏
@fitriamaliah31784 ай бұрын
PRSH JAYAAA❤
@prshofficial4 ай бұрын
Paseduluran istimewa!! 🤍🖤
@Suyatiberkat014 ай бұрын
Cabang baturetno hadir
@dikyassrulridwan1934 ай бұрын
ranting lebih tepatnya🙏
@prshofficial4 ай бұрын
cabang wonogiri kompak selalu 🙏
@riokhencil2624 ай бұрын
🗿@@dikyassrulridwan193
@cobrakanchakupbg4 ай бұрын
Purbalingga hadir ✅
@YuliusHadiPawarto4 ай бұрын
Gerakannya khas trah SH
@prshofficial4 ай бұрын
Memang trah SH mas 🙏
@SecurityIndramayu4 ай бұрын
Jinggelnya keren, tabarokah fikum kangge kadang sepuh lan kadang sedayana
@SecurityIndramayu4 ай бұрын
Semoga semakin jaya
@prshofficial4 ай бұрын
Amiin, terima kasih, salam persaudaraan 🙏
@rahmedharimurti80154 ай бұрын
Sederhana adem ayem dn keren, Dirgahayu PRSH
@febrindchannel59424 ай бұрын
Adem, ayem, sederhana, anteng manteng, ora melu-melu liyane... #PRSHBerjatidiri
@badaralliqawiy43124 ай бұрын
Pendiri & Guru besar PRSH siapa?
@dikyassrulridwan1934 ай бұрын
Kanjeng Pangeran Yogiswara Suryadiningrat
@suroso58964 ай бұрын
Muhammad ngemron..
@suroso58964 ай бұрын
M.ngemron.
@badaralliqawiy43124 ай бұрын
Koq beda jawabanx?
@capsofficial4 ай бұрын
Smpyn tanya pendiri saja atau sama guru besarnya juga tidak...? @@badaralliqawiy4312
@muhammadzainudin47514 ай бұрын
Pendiri yg berhianat dari psht dan membuat organisasi nya sendiri.
@prshofficial4 ай бұрын
Ampun ngoten niku ngendikane, biasakan bebicara dengan dasar dan referensi yg kuat nggih mas, 🙏
@ANJARLuthfinugroho4 ай бұрын
😂😂😂 situ sapa ya
@faisalyazid3584 ай бұрын
Lawak😂
@prshofficial4 ай бұрын
@@faisalyazid358 pripun maksud e?
@ds_official05Ай бұрын
@@prshofficial TOKOH SETIA HATI Mochammad Ngemron "Sang Kupu Kupu" -tingkat 1 PSHT tahun 1966 atas bimbingan Bpk Djoko Koentjoro Madiun -tingkat 2 disahkan cabang khusus keraton surakarta di kartasura oleh Bp. Hasan Djojoadisuwarno dengan disaksikan oleh Bp Murtadji Wijaya - tingkat 3 1984 dikecer oleh Bp Hasan Djojoadisuwarno di Kartasura dengan disaksikan oleh Bp. Murtadji Wijaya dan Bp. Djoko Koentjoro Mochammad Ngemron dilahirkan di Juwangi pada 7 April 1947, setelah menamatkan SR beliau mengenyam pendidikan di salah satu Sekolah Menengah Pertama Swasta (SMP) di Kota Yogyakarta setelah menamatkan pelajaran SMP, beliau melanjutkan pendidikan ke SMA Pendidikan Islam Republik Indonesia (PIRI), saat itu beliau mengikuti pamannya yang berada di Yogyakarta. Bp. Mochammad Ngemron pertama kali belajar pencak sejak kecil diajarkan langsung oleh ayahnya yang dikenal sebagai Kyai Tlawah. Menurut Bp. Djoko Koentjoro, Kyai Tlawah tidak hanya tokoh desa setempat beliau juga memiliki beberapa keilmuwan yang bersifat kanoman (kanuragan). Setelah berpindah ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) beliau mulai mengenal silat dan belajar silat aliran Setia Hati. Pertama kali belajar silat beliau pernah dilatih oleh Mas Sis dan Mas Warno (Bausasran) keduanya merupakan kadang SH Terate Yogyakarta. Seperti remaja kebanyakan Mochammad Ngemron kecil pun pernah memiliki fase-fase kenakalan, diceritakan oleh Bp. Djoko Koentjoro saat itu Bp.Warno sudah menyerah dan tidak sanggup dengan ndablegnya Mochammad Ngemron kecil saat itu. Atas ijin Bp. Salyo (sesepuh SH Terate Yogyakarta) akhirnya Bp. Warno menyerahkan kepada Bp. Djoko Koentjoro untuk melanjutkan pelatihan Mochammad Ngemron. Proses pelatihan dengan Bp.Djoko Koentjoro saat itu dimulai pada tahun ± 1964. Setelah dua tahun dibimbing oleh Bp. Djoko Koentjoro, pada tahun 1966 beliau diantar oleh Bp. Djoko Koentjoro untuk dikecer di Madiun. Pasca dikecer di tahun 1966 beliau diminta oleh Bp Djoko Koentjoro untuk membantu mengembangkan SH Terate di Yogyakarta, dikarenakan Bp. Djoko Koentjoro sendiri sudah mulai disibukkan dengan jadwal kuliah di Universitas Gajah Mada saat itu dan ingin fokus dalam kuliahnya. Bp. Mochammad Ngemron sendiri mulai aktif mengembangkan SH Terate di Yogyakarta dari rentang 1966 s.d 1973. Pada tahun-tahun tersebut Bp. Mochammad Ngemron melatih di daerah Macanan dekat tempat tinggal beliau di Yogyakarta. Pada tahun 1973, setelah mengantarkan beberapa siswanya untuk dikecer di Madiun, salah satunya adalah Mas Djoko Sumaryono pada tahun 1974 Bp. Sedangkan menurut Bp. Sulardjo beberapa rekan seangkatan yang juga pernah dilatih Bp. Mochammad Ngemron di tahun 1968 diantaranya Mas Peni (alm), Mas Sugeng (Mataram,Lombok), Mas Ngaib, Mas Triyono (alm). Tiga Serangkai pelestari ajaran Bp.Hasan Djojoadisuwarno Hubungan yang sudah sangat lekat antara Bp Djoko Koentjoro dan Bp Moch.Ngemron saat itu, menjadikan masing-masing memiliki hubungan istimewa dengan keluarga besar masing-masing. Saat itu diceritakan Bp. Djoko Koentjoro dianggap sebagai anak dari Kyai Tlawah (Ayah Bp. Moch. Ngemron) dan Bp. Moch.Ngemron juga sudah dianggap anak oleh KRHT. Kusumatanaya seorang ahli spiritual yang sangat di hormati di Kasunanan maupun Puro Mangkunegaran pada masanya (Ayah dari Bp. Djoko Koentjoro). Keduanya lalu bertemu dan berkenalan dengan Bp. Hasan Djojoadisuwarno, dan mendalami Ilmu Setia Hati dibawah bimbingan beliau. Pada Tahun 1970 Bp Djoko Koentjoro mempersunting putri dari Bp. Hasan Djojoadisuwarno, hal ini tentu saja semakin mempererat hubungan keduanya tidak hanya sebatas Guru-Murid / kadhang sepuh-kadang anem melainkan hubungan antara ayah dan anak, tidak hanya Bp. Djoko Koentjoro sebagai putra mantu, tetapi juga Bp. Mochammad Ngemron yang tidak lain sudah dianggap adiknya sendiri. Dalam perjalanan waktu, Bp. Mochammad Ngemron semakin dekat hubungannya dengan Bp Hasan Djojoadisuwarno (nyantrik) dan alhasil Bp. Mochammad Ngemron dikecer Trap II (Tweede Trap) di Kartasura di kediaman Bp. Hasan Djojoadisuwarno dengan disaksikan oleh Bp Murtadji Wijaya *penuturan dari saksi mata langsung Bp. (Alm). Peter Suwarno (Cokrotulung). Dan pada tahun ± 1984 Bp Moch.Ngemron disahkan/dikecer Trap III (derde trap) oleh Bp Hasan Djojoadisuwarno di Kartasura dengan disaksikan oleh Bp. Murtadji Wijaya dan Bp. Djoko Koentjoro. Pada bulan April Tahun 1988, Bp. Mochammad Ngemron mengikuti Bp Hasan Djojoadisuwarno ke Cilacap untuk melakukan keceran. Pada tahun ini ditengarai sebagai proses awal merapatnya SH TERATE dari Jalur Bp. Hasan Djojoadisuwarno untuk bergabung dengan Persaudaraan Setia Hati yang saat itu dipimpin oleh Bp. Mashadi sebagai ketua umum. Pada keceran di Bulan April tahun 1988 dan Bulan Juni 1988 di Cilacap saat itu juga dihadiri Bp. Mashadi, dan beliaunya menyampaikan saat itu menerima murid-murid Bp Hasan untuk melakukan penggabungan (unifikasi) dengan Persaudaraan Setia Hati. Keceran Thn'88 di Cilacap dihadiri Bp. Mashadi Hubungan dengan Pengurus Besar Persaudaraan Setia Hati tetap berlanjut meskipun pada tahun 1989 Bp. Hasan Djojoadisuwarno meninggal dunia. Proses penggabungan dengan Persaudaraan Setia Hati dilanjutkan oleh Bp. Mochammad Ngemron sebagai amanat dari Bp Hasan, yaitu memperdalam keilmuwan Setia Hati yang diajarkan oleh Bp. Munandar. Proses penggabungan ini akhirnya secara resmi diterima oleh PB Persaudaraan Setia Hati dengan dikeluarkannya Surat Keputusan pada tahun 1994. Setelah sekian tahun bersama di penghujung tahun 2012, perbedaan pendapat semakin memuncak hal ini dikarenakan perbedaan kultur antara PB Persaudaraan Setia Hati yang dipimpin oleh Bp Trinowo dengan Bp. Mochammad Ngemron akhirnya muncullah Surat Keputusan (SK) dari PB Persaudaraan Setia Hati yang menganulir keanggotaan eks SH TERATE dari Bp Hasan Djojoadisuwarno. Keputusan yang diambil oleh PB Persaudaraan Setia Hati ternyata tidak serta merta didukung oleh beberapa Cabang Persaudaraan Setia Hati. Tercatat 18 Cabang dari Persaudaraan Setia Hati justru memberikan dukungan moral kepada Bp. Mochammad Ngemron dan mendorong untuk segera membentuk wadah baru. Dengan berbekal perasaan legawa dan dalam rangka menjaga amanat dari Bp. Hasan Djojoadisuwarno serta didukung sepenuhnya oleh 18 Cabang Persaudaraan Setia Hati. Maka pada tanggal 23 Juni 2013 bertempat di Kota Surakarta, diselenggarakanlah Kongres yang diikuti oleh 18 Cabang Persaudaraan Setia Hati untuk membentuk wadah baru menetapkan Bp. Drs. H. Mochammad Ngemron, MS.Psi (Kanjeng Pangeran Yogiswara Suryadiningrat) sebagai pendiri. Rabu dini hari tanggal 5 Maret 2014 Bp Drs.H.Mochammad Ngemron, M.S.Psi menghembuskan nafas terakhirnya di dunia. Beliau dimakamkan di pemakaman umum Desa Tegalgondo, Delanggu,Klaten berdekatan dengan makam istri terkasihnya yang telah mendahului beliau. Pada prosesi pemakaman beliau, terlihat banyak sekali tamu yang datang mulai dari para aktifis dan praktisi pencak silat, praktisi Yoga, para budayawan, agamawan yang mengiringi kepergian beliau. Para praktisi silat yang hadir selain dari kalangan internal , hadir pula beberapa pengurus IPSI Kota Surakarta dan beberapa tokoh dari aliran SH lainnya seperti Bp. Trinowo (Ketua PB Persaudaraan Setia Hati), Bp. Djoko Koentjoro, Bp. Slamet Riyadi (keduanya merupakan Dewan Sepuh Persaudaraan SH Pilangbango), Mas Abas Nurhadi (Magelang), Bp. Arti Siswoyo (Jakarta), beberapa Kadang sepuh SH Terate Yogyakarta seperti Bp. Sulardjo, Bp.Djoko Sumaryono (Semarang) dan beberapa sesepuh SH Terate Solo seperti Bp. Trimin, Bp. Arif Hudayanto, Bp. Mandiono, Mas Mamok (Karanganyar)