Wah kmu punya tuhan tdak!!! Kmu atheis jika tak percaya tuhan!!!!!Semoga dapat hidayah!!!

Sabar brow

Ketika Nabi mendengar dr Allah hendaklah!Nabi langsung memakaikan kpda isterri anak dn kaum muslimin jilbab seluruh bandannya.Tapi hari ini perempuan terkena subhat kaum kafir orientalis berkata Allah berkata lewat perintahnya hendaklah!Perempuan hari ini mengatakan mau pake atau gak terserah kan cuman saran alhasil hari ini bnayk mengakui islam tetapi telanjang sperti kaum kafir.Lihatlah kaum wanita hari ini pembangkangan Kpda Allah dn Rasul.

Memahami Al-Qur'an (dan As-Sunnah) itu harus menurut PEMAHAMAN PARA SAHABAT, karena mereka yang mendapat bimbingan langsung dari Nabi ﷺ , sehingga merekalah yang paling mengerti tentang kapan ayat itu turun dan apa makna yang terkandung didalamnya. Ketika ayat hijab turun, tidak ada satu sahabatpun yang mengatakan bahwa itu sebagai suatu saran, tetapi MEREKA SEMUA MEMAHAMINYA SEBAGAI SUATU KEWAJIBAN.

@@Jangan_Fanatik_Ulama , Sebenarnya Al Quran yang duturunkan Allah dan ada ditangan kita sekarang sudah detail, lengkap dan sempurna sebagai sebuah Kitab Petunjuk Kehidupan bagi manusia. Segala hal yang dibutuhkan manusia, baik hukum, aturan dan karakter agar dapat menegakkan kehidupan surgawi di dunia sehingga dapat mewarisi surga nya tersebut di kehidupan selanjutnya, telah dijabarkan Allah dalam Kitab Petunjuk Nya tersebut. Namun manusia bukan robot, punya pikiran, keinginan, budaya dan peradaban yang terus berevolusi mencari jalan untuk berkembang kearah yang lebih baik dan Allah telah mengakomodir perubahan peradaban tersebut dengan menyerahkan hal hal diluar dari yang telah disebutkan dalam Al Quran untuk diputuskan oleh manusia secara musyawarah bersama. _QS __42:38__ - "They respond to their Lord by establishing Salaat, and _*_conduct their affairs by mutual consultation_*_ and they keep open for the welfare of others what We have given them.",_ [Establishing Salaat = Establishing the System where following of the Divine Commands is facilitated. _Nafaq_ = Open-ended tunnel = No hoarding]. Jadi Ya, Al Quran sudah lengkap dan sempurna, namun perubahan minor sesuai dengan perkembangan zaman dan peradaban masyarakat diserahkan kepada manusia untuk dimusyawarahkan dan diputuskan secara bersama sama bukan atas dasar keputusan secara pribadi dan sepanjang keputusan yang diambil tersebut tidak bertentangan dengan ayat ayat yang ada dalam Al Quran. Itulah sebabnya Nabi Muhammad (s) sebagai Rasulullah tidak pernah mengeluarkan keputusan atau fatwa secara (atas) pertimbangan pribadi, beliau senantiasa bermusyawarah bersama para sahabat dan para anggota shura dalam memutuskan kepentingan masyarakatnya sesuai dengan pelaksanaan ayat Al Quran diatas. Bandingkan dengan ulama sekarang yang mengeluarkan fatwa larang ini dan itu semata mata atas keputusan atau pertimbangan pribadi. Mereka merasa dirinya lebih hebat dari Rasul dan setara dengan Tuhan.

@@baharuddinkarim2836 , “Sesungguhnya agama itu mudah, dan sekali-kali tidaklah seseorang memperberat agama melainkan akan dikalahkan, dan (dalam beramal) hendaklah pertengahan (yaitu tidak melebihi dan tidak mengurangi), bergembiralah kalian, serta mohonlah pertolongan (didalam ketaatan kepada Allah) dengan amal-amal kalian pada waktu kalian bersemangat dan giat”. Apa saja aturan wajib dalam Islam? - Syahadat. Mohon maaf, seandainya Anda bisu alias tidak bisa berbicara, Anda tetap bisa bersyahadat dalam hati. Karena Islam terpenting adalah di dalam, bukan tampilan luar. - Salat. Bila bisa lakukan maka lakukan sesuai anjuran, bila tidak bisa karena waktu, maka ada aturan jamak (dua salat dilakukan dalam satu waktu). Bila tidak bisa karena tidak bisa berdiri, maka lakukan sambil duduk. Tidak bisa duduk, maka lakukan sambil berbaring. Tidak bisa berbaring? Lakukan dengan isyarat mata. Tidak juga bisa dengan isyarat mata? Tenang, bakal ada satu RT yang membantu "menyalatkan" Anda. - Zakat. Zakat hanya 2,5 % dari penghasilan kotor (bruto) tapi untuk yang ekonominya pas-pasan, maka ijtihad para ulama menyebutkan 2,5 % tersebut dihitung dari penghasilan bersih (netto) yakni setelah dipotong pengeluaran harian. Bagaimana bila orang tersebut sangat miskin? Maksudnya, penghasilannya tidak memenuhi "nisab" alias batas minimal seseorang harus berzakat? Yah, zakat tadi tidak wajib bagi dia, malahan dia yang akan menerima zakat tersebut. - Puasa. Anda kuat berpuasa? Silahkan berpuasa, tidak makan, minum, dan melanggar aturan berpuasa lainnya selama 30 hari. Anda tidak bisa berpuasa karena hal tertentu? Ada aturan Qodo, alias mengganti puasa di bulan lain. Tidak bisa atau tidak kuat berpuasa? Maka bisa diganti dengan membayar fidyah. Tidak juga mampu membayar fidyah? Nah, pernah cerita ini terjadi di zaman Nabi SAW, tidak kuat puasa, tak mampu ganti, tak pula mampu mambayar fidyah, Nabi SAW hanya meminta ia pulang dan memberikan dua butir kurma. - Haji. Anda punya uang dan kekuatan untuk berangkat ke tanah suci? Silahkan beribadah. Punya uang tapi tak mampu (secara fisik), bisa digantikan orang lain. Tidak punya uang dan tidak punya kemampuan secara fisik, maka ibadah yang tadinya wajib ini, menjadi tidak wajib bagi Anda. Sedangkan beberapa aturan yang lain adalah sunnah. Anda bisa melakukannya, dan tentunya dapat pahala. Sedangkan tidak melakukannya, tidak juga diganjar dengan dosa. Maka pertanyaan saya, mana aturan yang menyulitkan itu? Oh, iya saya lupa, Islam menjadi sulit bukan karena Tuhan, juga Nabi SAW. Tapi, berkat para penganut-penganutnya sendiri. Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (al Anbiya ayat 107). Ingat, apa perintah surat ini? Yah, Islam mesti menjadi rahmat bagi semesta alam. Rahmatan lil alamin. Bukan rahmatan lil muslimin wae...

@@baharuddinkarim2836 , Pemahaman para Sahabat Mereka mengaku membahas masalah agama menurut pemahaman para Sahabat Mereka mengatakan bahwa dalam membahas masalah agama dengan pedoman Al Qur’an dan Hadits menurut pemahaman para Sahabat Apa yang mereka maksud dengan “pemahaman para Sahabat” ? Salah satu fitnah akhir zaman adalah orang-orang pada masa kini (khalaf) yang mengaku-aku mengikuti pemahaman Salafush Sholeh namun pada kenyataannya tentu mereka tidak bertemu dengan Salafush Sholeh untuk mendapatkan pemahaman Salafush Sholeh. Perlu kita ingat bahwa nama para Sahabat tercantum pada hadits pada umumnya sebagai perawi bukanlah menyampaikan pemahaman atau hasil ijtihad atau istinbat mereka melainkan para Sahabat sekedar mengulangi kembali apa yang diucapkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam Zaid bin Tsabit RA berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Semoga Allah mengelokkan rupa orang yang mendengar Hadits dariku, lalu dia menghafalnya-dalam lafadz riwayat lain: lalu dia memahami dan menghafalnya- kemudian dia menyampaikannya kepada orang lain. Terkadang orang yang membawa ilmu agama (hadits) menyampaikannya kepada orang yang lebih paham darinya,dan terkadang orang yang membawa ilmu agama (hadits) tidak memahaminya” (Hadits ShahihRiwayat Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, ad-Darimi, Ahmad, Ibnu Hibban,at-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabir, dan imam-imam lainnya). Dari hadits tersebut kita paham memang ada perawi (para Sahabat) yang sekedar menghafal dan menyampaikan saja tanpa memahami hadits yang dihafal dan disampaikannya. Jadi pendapat atau pemahaman para Sahabat tidak bisa didapatkan dari membaca hadits. Imam Nawawi dalam Majmu’ Syarah al-Muhadzdzab berkata “dan tidak boleh bagi orang awam bermazhab dengan mazhab salah seorang dari pada imam-imam di kalangan para Sahabat radhiallahu ‘anhum dan selain mereka daripada generasi awal,walaupun mereka lebih alim dan lebih tinggi darajatnya dibandingkan dengan (ulama’) selepas mereka; hal ini karena mereka tidak meluangkan waktu sepenuhnya untuk mengarang (menyusun) ilmu dan meletakkan prinsip-prinsip asas/dasar dan furu’/cabangnya. Tidak ada salah seorang daripada mereka (para Sahabat) sebuah mazhab yang dianalisa dan diakui. Sedangkan para ulama yang datang setelah mereka (para Sahabat) merupakan pendukung mazhab para Sahabat dan Tabien dan kemudian melakukan usaha meletakkan hukum-hukum sebelum berlakunya perkara tersebut; dan bangkit menerangkan prinsip-prinsip asas/dasar dan furu’/cabang ilmu seperti (Imam) Malik dan (Imam) Abu Hanifah dan selain dari mereka berdua.” Hal yang perlu kita ingat selalu bahwa ketika orang membaca hadits maka itu adalah pemahaman orang itu sendiri bukan pendapat atau permahaman para Sahabat Mereka yang mengaku-aku mengikuti pemahaman para Sahabat berijtihad dengan pendapatnya terhadap hadits yang mereka baca. Apa yang mereka katakan tentang hadits tersebut, pada hakikatnya adalah hasil ijtihad dan ra’yu mereka sendiri. Sumbernya memang hadits tersebut tapi apa yang mereka sampaikan semata lahir dari kepala mereka sendiri. Sayangnya mereka mengatakan kepada orang banyak bahwa apa yang mereka ketahui dan sampaikan adalah pemahaman para Sahabat. Tidak ada yang dapat menjamin hasil upaya ijtihad mereka pasti benar dan terlebih lagi mereka tidak dikenal berkompetensi sebagai Imam Mujtahid Mutlak. Apapun hasil ijtihad mereka, benar atau salah, mereka atas namakan kepada para Sahabat. Jika hasil ijtihad mereka salah, inilah yang namanya fitnah terhadap para Sahabat. Mereka yang merasa atau mengaku mengikuti pemahaman para Sahabat tampaknya adalah orang-orang hasil pengajaran para ulama yang dipaksakan oleh sekutu Zionis Yahudi Inggris dan Amerika yakni kerajaan dinasti Saudi untuk mengikuti ajaran atau pemahaman ulama Najed yakni Muhammad bin Abdul Wahhab Jadi pendapat atau pemahaman para Sahabat tidak bisa didapatkan dari membaca hadits.

Tidak wajib karena subhat dr kaum kafir

@@Jangan_Fanatik_Ulama , Menjadi wajib karena ustad ustad radikal.

Iya pembeda antara kaum kafir dan muslimah pada umumnya

@@Jangan_Fanatik_Ulama , Istri Abu Jahal juga pakai jilbab.