#138

  Рет қаралды 7,655

GusMus Channel

GusMus Channel

2 жыл бұрын

Пікірлер: 11
@m.robithannaisabury1682
@m.robithannaisabury1682 2 жыл бұрын
Wonoyoso buaran pekalongan hadir Mbah Yai, derek ngaos, ngalap barokahipun, aamiin
@tempeummi
@tempeummi 2 жыл бұрын
kota Sukabumi nderek ngaos
@cintatanahair9213
@cintatanahair9213 2 жыл бұрын
Gus mus tadi mlm alhamdulillah rawuh wonten A.P.I tegalrejo..
@van09
@van09 2 жыл бұрын
🙏🙏🙏
@sakroniabdulhadi2951
@sakroniabdulhadi2951 2 жыл бұрын
AssalamualIkum Romo kyai, doa dimunajatkan dari Tambelangan Sampang. Slalu sehat, berkah dan dipanjang umur. Aamiin🤲
@arifinasrori749
@arifinasrori749 2 жыл бұрын
Nderek ngaos, Mbah Kyai ngalap berkahipun Aamiin..saking tg priok...
@rijalbaareeklanaa8359
@rijalbaareeklanaa8359 2 жыл бұрын
alkhamdulillaah asyhadu an laa ilaaha illallooh wa mukhammadar rosuulullooh alloohumma sholli ngalaa sayyidinaa mukhammad semoga hidup kita semua tambah berkah & manfaat untuk kebaikan semuanya aaaaamiin, yaa allooh yaa robbal ngaalamiin matur suwun lereng kelud blitar hadir
@sumitoh6698
@sumitoh6698 2 жыл бұрын
Kudus nderek ngaos Kyai. Ngalap berkah
@goyangdangdut
@goyangdangdut 2 жыл бұрын
Assalamu'alaikum Kiai, salam dari Cipasung Tasikmalaya
@nurul24689
@nurul24689 2 жыл бұрын
Breaking News Dialog Part 22 Bocil versus Jokowi Pemimpin PKI senusantara Jokowi : Salah satu alasan mengapa Pemerintah Kerajaan Centra Buwono mengambil kebijakan penyiksaan terhadap semua warga adalah dalam rangka menumbuhkan kesadaran perihal urgensi moral yang luhur. Perilaku yang baik dalam menjalin hubungan dengan berbagai pihak terutama kepada Sinuwun Gusti Prabu menjadi penanda adanya keluhuran moral. Selama ini warga telah kehilangan kepekaan untuk berperilaku yang baik, terutama dalam masalah tata krama. Tata krama dikenal sebagai aturan hukum tidak tertulis yang mengatur hubungan antara dua fihak baik antara sesama warga ataupun dengan Tuhan Keadilan adalah memperlakukan berbagai fihak selaras dengan takaran yang dimiliki. Setiap pihak memiliki takaran berbeda, tidak ada yang sama. Oleh karena itu, keadilan mengharuskan adanya perbedaan perlakuan (diskriminasi) semisal antara pria versus wanita, anak versus orang tua, rakyat versus pejabat, warga beriman versus kafir, warga versus Sinuwun Gusti Prabu dll. Perbedaan perlakuan semacam itu tentu saja sangat berlawanan dengan prinsip dasar demokrasi yang mengutamakan ‘persamaan’ perlakuan bagi warga negara. Dengan demikian, prinsip dasar demokrasi sangat bertentangan dengan nilai moral yang menuntut adanya perbedaan perlakuan (diskriminasi) dalam semua aspek kehidupan. Bocil : Saya sangat setuju dengan kebijakan Pemerintah Centra Buwono yang mengutamakan pentingnya moralitas luhur dalam kehidupan bernegara. Selama ini warga enggan memperlakukan Sinuwun Gusti Prabu dengan baik. Warga cenderung meremehkan, mengabaikan dan melakukan pembangkangan . Perilaku seperti itu hanya bisa terjadi karena warga telah melupakan urgensi moralitas yang luhur dalam kehidupan beragama dan bernegara. Beliau adalah Tuhan, Maha Raja dan utusan akhir zaman yang harus dijunjung tinggi , dihormati dan dilayani. Anehnya, warga tidak mampu melihat fakta tersebut. Warga gagal melihat status Beliau yang serba Maha Agung karena moralitas yang dimiliki sangat rendah alias bar bar. Warga hanya terbiasa melihat kebaikan dan kebenaran diri serta mengabaikan kebenaran pihak lain termasuk kebenaran Beliau sebagai Tuhan dan Maha Raja semesta. Padahal Sinuwun Gusti Prabu Alloh Eyang Bopo Swt berfirman dalam kitab suci, ‘ Hai orang yang beriman, janganlah kalian mendahului Allah dan Rasul-Nya. Hai orang yang beriman, janganlah kalian meninggikan suaramu (seperti orang marah) melebihi suara Nabi. Dan janganlah kalian berkata kepadanya dengan suara yang keras (seperti orang yang membentak) , sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian terhadap sebagian yang lain, supaya tidak terhapus (pahala) amalanmu, sementara kalian tidak menyadari. Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya (berbicara lembut) di sisi Rasulullah, mereka adalah orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk memiliki rasa takut (bertakwa) . Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar'. Sebagaimana yang sering dijelaskan bahwa semua ayat dalam kitab suci harus dipahami sebagai program kerja Tuhan ketika menjadi Maha Raja. Frasa ‘mendahului Alloh dan utusan’ maksudnya adalah merasa sok benar, sok tahu, sok hebat sehingga pendapatnya lebih pantas diutamakan ketimbang pendapat Sinuwun Gusti Prabu Alloh SWT dan Baginda Gusti Kanjeng Rosul Alloh Muhammad Syahrul Munir SAW. Salah satu alasan mengapa warga enggan menyerah karena adanya anggapan diri yang berlebihan semacam itu. Warga merasa lebih benar, lebih hebat dan lebih baik ketimbang Sinuwun Gusti Prabu. Dampaknya warga merasa tidak perlu mempedulikan, menghormati, memuliakan, tunduk dan patuh. Perilaku buruk semacam itu justru dianggap sebagai kemuliaan dalam sistem demokrasi. Negara memberi jaminan kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat bagi tiap warga seperti berdemonstrasi atau mengkritik Pemerintah. Frasa 'meninggikan suara' dalam ayat ini memiliki pengertian berbicara dengan nada tinggi dengan beragam alasan misal karena marah, tersinggung, perbedaan pandangan, kebencian atau terlalu bersemangat. Berbicara dengan nada tinggi kepada Sinuwun Gusti Prabu merupakan indikasi adanya perbuatan yang tidak menyenangkan alias kurang ajar. Oleh karena itu sejak dini Pemerintah Centra Buwono mendidik warga untuk menjauhi sikap semacam itu. Sikap atau perilaku kurang ajar biasanya dilakukan oleh warga yang terbiasa bersikap kritis. Warga didorong untuk ‘isoho rumongso' merasa rendah dan hina dengan cara bersikap 'mikul duwur mendem jero', menjunjung tinggi Sinuwun Gusti Prabu dan merendahkan diri sendiri. Harus dipahami benar bahwa seberapapun kehebatan, kemuliaan dan prestasi yang bisa diraih warga, tidak akan mengubah harkat dan martabatnya sebagai budak hina nan rendah yang senantiasa berada di bawah telapak kaki Beliau. Bisa jadi warga melihat kekeliruan atau kelemahan kebijakan Beliau karena dianggap sangat kejam, brutal, merugikan, menyakitkan dan tidak adil seperti kebijakan represi. Namun harus dimengerti bahwa Centra Buwono hanya mengakui cara pandang Sinuwun Gusti Prabu dan menolak cara pandangan warga dalam segala hal. Warga didorong untuk melakukan instrospeksi diri selaras rahmat, perihal kekeliruan yang dilakukan ketimbang mencari cari kesalahan Pemerintah Centra Buwono sebagai pengambil kebijakan. Frasa 'mengeraskan suara' dalam ayat ini memiliki pengertian berbicara dengan penekanan nada yang lebih kuat agar didengarkan atau diperhatikan. Seseorang mengeraskan suaranya bila omongan, pendapat, gagasan atau kritikan yang disampaikan merasa tidak didengarkan lantas berupaya memberi penekanan dan penegasan yang lebih. Dalam konteks bernegara perbuatan semacam itu biasanya dilakukan oleh para demonstran di jalanan. Warga berdemo karena merasa suara, aspirasi , pendapat, pikiran dan kritikan yang disampaikan melalui instansi negara ataupun media massa tidak mendapat tanggapan seperti yang diharapkan. Warga mengeraskan suara dan aspirasinya untuk menekan Pemerintah dengan melakukan demonstrasi. Konstitusi Kerajaan Centra Buwono menolak kebebasan menyatakan pendapat baik yang disampaikan melalui media massa, institusi negara ataupun di jalanan. Dalam perspektif kenegaraan, meninggikan atau mengeraskan suara di hadapan Baginda Gusti Kanjeng Rosul Alloh SAW merupakan perbuatan melanggar hukum, tindak pidana kriminal. Sementara dalam perspektif ketuhanan, tindakan semacam itu disebut kurang ajar, menghapus amal kebaikan warga meski tanpa disadari. Tanda yang bisa dikenali sebagai dampak dari terhapusnya amal perbuatan yang dilakukan adanya instabilitas dalam hati . Hati warga yang telah bersikap kurang ajar akan bingung, gelisah, susah, stres dan emosional jauh dari ketenangan dan kedamaian. Frasa ‘merendahkan suara' dalam ayat ini memiliki pengertian berbicara dengan nada rendah karena ketawadhuan, penghormatan, ketulusan, kecintaan dan adanya kesadaran statusnya yang rendah berdasarkan rahmat. Adakalanya orang berbicara santun, lembut nan halus namun memiliki niatan jahat. Maka warga yang bersikap demikian tidak termasuk dalam cakupan ayat ini. Hanya warga yang memiliki rasa takut melakukan kesalahan (bertakwa) yang bisa merendahkan suara kepada Baginda Gusti Kanjeng Rosul Alloh SAW. Warga takut bila pendapat, pikiran, gagasan dan omongannya menyinggung perasaan Beliau tanpa disadari. Ayat ini merupakan perintah yang ditujukan hanya kepada warga beriman, yang mempercayai status Beliau sebagai Tuhan dan Maha Raja semesta. Sementara warga kafir alias tidak beriman tidak mendapat perintah semacam itu karena percuma. Mereka akan tetap bersikap kritis, membuat propaganda hoax, melakukan demonstrasi atau makar kepada Baginda Gusti Kanjeng Rosul Alloh SAW. Perbuatan terkutuk semacam itu bisa dijumpai dengan mudah di media sosial ataupun media massa. Media massa mempropagandakan berita hoax bahwa Om Jokowi sebagai Presiden RI ke 7, Volodymyr Zelensky sebagai Presiden Ukraina, Invasi Rusia ke Ukraina, NKRI masih eksis dll. Warga menganggap bahwa berita hoax media massa adalah lebih benar, lebih baik, lebih pantas diutamakan, ataupun lebih layak diperhatikan ketimbang penjelasan Sinuwun Gusti Prabu. Warga belum memiliki rasa takut selaras rahmat, enggan menyerah karena takut bila harus kehilangan kepemilikan pribadi seperti jiwa, raga, hidup dan hartanya. Sebaliknya, warga tidak merasa takut bila keengganan ‘menyerah’ kian menjauhkan dari kasih sayang (rahmat) Tuhan. Dalam ayat tersebut Sinuwun Gusti Prabu Alloh Eyang Bopo Swt bermaksud berfirman , ‘Syahrul, katakan kepada warga Centra Buwono, Hai warga beriman yang mempercayai status Beliau sebagai Tuhan dan Maha Raja semesta, janganlah kalian bersikap mendahului, merasa lebih benar, lebih hebat, lebih layak diperhatikan, pantas diutamakan dalam semua hal ketimbang Sinuwun Gusti Prabu Allah SWT dan Rasul-Nya Hai warga beriman, janganlah kalian meninggikan suaramu (seperti orang marah) melebihi suara Nabi, dan janganlah kalian berkata kepadanya dengan suara yang keras (seperti orang yang membentak) , sebagaimana kerasnya suara sebagian kalian terhadap sebagian yang lain, supaya tidak terhapus (pahala) amalanmu, sementara kalian tidak menyadari. Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya (berbicara lembut) di sisi Rasulullah, mereka adalah orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk memiliki rasa takut menyinggung perasaan Rosul Alloh (bertakwa) . Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar'.
#137. Tafsir Al-Ibriz - Surat Ali Imron : 183 | KH. A. Mustofa Bisri
50:47
#18 Kajian Tafsir Al-Ibriz | Al-Baqoroh 67 - 74 | KH A. Mustofa Bisri
1:00:26
New model rc bird unboxing and testing
00:10
Ruhul Shorts
Рет қаралды 25 МЛН
Cool Items! New Gadgets, Smart Appliances 🌟 By 123 GO! House
00:18
123 GO! HOUSE
Рет қаралды 17 МЛН
What it feels like cleaning up after a toddler.
00:40
Daniel LaBelle
Рет қаралды 77 МЛН
#40 Kajian Tafsir Al-Ibriz | Al Baqoroh 139 | KH A Mustofa Bisri
44:41
#48 Kajian Tafsir Al Ibriz | Al Baqoroh 158 | KH A Mustofa Bisri
56:20
CERAMAH KH.AHMAD MUSTOFA BISRI CIRI CIRI ORANG MUNAFIK
30:07
MADURA MANIS
Рет қаралды 200
#37 Kajian Tafsir Al-Ibriz | Al Baqoroh 130 | KH A Mustofa Bisri
58:07
#39 Kajian Tafsir Al-Ibriz | Al Baqoroh 137 | KH A Mustofa Bisri
58:19
#45 Kajian Tafsir Al-Ibriz | Al Baqoroh 151 | KH A. Mustofa Bisri
1:27:31
#223. Tafsir Al-Ibriz - Surat al-Maidah : 059 | KH. A. Mustofa Bisri
56:47
#237. Tafsir Al-Ibriz - Surat al-Maidah : 103 | KH. A. Mustofa Bisri
1:00:08
01. Bulugh al-Maram - KH. A. Mustofa Bisri
57:56
GusMus Channel
Рет қаралды 4,2 М.
New model rc bird unboxing and testing
00:10
Ruhul Shorts
Рет қаралды 25 МЛН