1420. KESIBUKAN ORANG BERIMAN Riyaadhush Shaalihiin Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri
Пікірлер: 12
@a.4.27.4.i7 ай бұрын
❤️❤️❤️
@istiamelia26775 ай бұрын
😭😭😭😭😭😭😭😭😭
@indr_imlyn7 ай бұрын
Barakallahu fiik ustadz...
@inungbudiarti47657 ай бұрын
Bismillahirrohmanirrohim. Yaa Alloh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat dan aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat. Semoga Alloh selalu melimpahkan rahmat kepada Imam Nawawi rahimahullah, orang tua beliau, keluarga beliau, guru-guru beliau dan kepada para ulama. Jazaakallahu khoyron ustadz, semoga Alloh selalu memberikan limpahan rahmat dan penjagaan-Nya kepada ustadz, orang tua ustadz, keluarga ustadz, guru-guru ustadz, tim dan seluruh kaum muslimin di manapun berada.
@sartikatika80377 ай бұрын
ماشاءالله
@abdulmuntolib27177 ай бұрын
Istiqomalah aku utk selalu sibuk dengan akhirat🤲🤲🤲
@ahidamuhsin9537 ай бұрын
LAST PART Ini tentang Dunia dan dampaknya terjatuh ke dalam kekufuran dan Allah tidak memberikan hidayah kepada mereka. Dan kalau kita lihat keterangan para ulama tafsir seperti Ibnu Katsir mengatakan tentang 2 ayat di atas, ‘Allah menceritakan orang-orang yang kufur setelah beriman, setelah tahu mana yang benar dan mana yang salah dan mereka lega dengan kekafiran mereka dan Allah menjelaskan bahwa Allah murka dengan mereka, karena mereka sudah tahu tentang Iman dan mengerti lalu mereka berpaling, mereka faham lalu mereka meninggalkan Iman, mereka sadar lalu mereka pergi dari Iman, mereka bukan tidak mengerti, tidak tahu dan tidak faham, mereka tahu itu semua’. Jadi ini juga pelajaran bagi kita bahwa jangan berfikir bahwa pada hari ini kita beriman dan mengetahui Iman, lalu besok secara otomatis kita masih tetap beriman dan tidak ada jaminan, ada banyak orang berpaling setelah beriman, lalu Allah murka dan mereka terkena azab yang sangat pedih. Lalu apa penyebabnya kenapa mereka kufur setelah beriman? Ternyata penyebabnya mereka lebih cinta kehidupan dunia daripada akhirat, maka mereka lebih memprioritaskan kekufuran dan kemurtadan di banding lebih mempertahankan Iman dan semua tentang Dunia. Mereka lebih memilih maksiat daripada ketaatan, karena kalau tetap taat akan dikatakan, mau makan apa? Nanti jatuh miskin!. Dan akhirnya Allah tidak memberikan hidayah kepada hati mereka dan Allah tidak kokohkan dan Allah tidak memberikan keistiqomahan dan Allah tutup hati mereka sehingga mereka kehilangan akal sehat untuk memilih yang bermanfaat untuk mereka. Kesimpulannya sebagaimana yang dikatakan para ulama bahwa cinta Dunia adalah induk dan Ibunya dari seluruh dosa. Maka evaluasi diri kita, keluarga kita, kenapa kita berumah tangga, evaluasi pekerjaan dan bisnis kita, dan kalau perlu evaluasi aktivitas kita, apakah untuk Dunia atau untuk Akhirat dan tidak perlu cari pembenaran, karena itu perlu diproklamirkan dihadapan manusia, namun itu antara kita dengan Rabb kita الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Dan kalau sudah bersama Rabbul ‘Alamin tidak ada gunanya berkelit atau menghindar, Allah adalah Rabb yang Maha Mengetahui yang tidak nampak.يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ “Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati” (QS Al-Ghaafir: 19). Namun yang kita butuhkan adalah kejujuran, dan selama ini hidup kita untuk apa? Apakah untuk Akhirat atau untuk Dunia dan mana yang lebih kita cintai, apakah kehidupan Dunia? Atau kehidupan Akhirat? Dan penyebab dicabutnya hidayah adalah ketika kita lebih cinta kepada dunia dan kita tidak berusaha untuk lawan dan tidak berusaha untuk berubah dan Allah murka lalu Allah tutup hati kita, dan akhirnya kita hancur bersama dengan orang-orang yang hancur. Makanya Nabi ﷺ dan para sahabat tahu apa issue yang paling penting dalam hidup, apa yang harus diangkat dan apa yang harus diperjuangkan, untuk apa waktu dihabiskan dan dengan siapa kita bergaul dan kita bersahabat, semuanya tentang akhirat dan orang-orang yang mencintai akhirat di banding kehidupan dunia dan pada saat itulah kebaikan dan kebahagiaan akan tercapai. Coba tanya diri kita, evaluasi hati kita lalu audit semua hal-hal yang telah kita lakukan dikesempatan yang lalu semua ini untuk apa? Apakah untuk Dunia ataukah untuk Akhirat? Dan jangan sampai kita termasuk ke dalam orang-orang yang Hubbud Dunya. Dan diantara do’a yang di baca oleh Nabi ﷺ, yaitu Do’a agar musibah tidak menimpa agama dan agar Dunia bukan sebagai tujuan وَلَا تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِي دِيْنِنَا، وَلَا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلَا مَبْلَغَ عِلْمِنَا “Ya Allah Janganlah Engkau jadikan musibah pada kami menimpa agama kami. Janganlah Engkau jadikan dunia (harta dan kemewahan) sebagai cita-cita terbesar kami, jangan juga sebagai tujuan utama dari Ilmu kami” (HR. Tirmidzi, 3502. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih). Artinya jadikanlah cita-cita tertinggi kami adalah Akhirat dan ini adalah do’a yang hendaknya kita baca karena ini berkaitan dengan hidayah. Dan salah satu makna penggalan do’a ini adalah “Ya Allah jadikanlah kami orang yang selalu memikirkan kehidupan Akhirat dan jadikanlah kami orang-orang yang senantiasa mengkaji dan sibuk dengan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, ilmu yang berhubungan dengan Nama dan Sifat Allah dan hak-hak الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan ilmu yang berkaitan dengan Akhirat”. Maka hadits ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa Muslim adalah orang yang selalu sibuk dengan urusan-urusan Akhiat. Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Selasa, 13 Dzul Qa'dah 1445 AH/21 Mei 2024 Ahida Muhsin
@RABbased7 ай бұрын
Jazakumullah khairan ustad dan tim, semoga kita diberikan rasa istiqomah dalam menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu
@Latifahid47 ай бұрын
Yang selalu ditunggu setiap pagi.. Maa syaa Allah Jazaakumullaahu khairan Wa baarakallaahu fiikum Ustadz dan Team
@apipnievam7 ай бұрын
جزاك الله خيرا ustadz
@ahidamuhsin9537 ай бұрын
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Rabbul A’lamiin atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah henti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak disana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita Nabi kita Muhammadin عليه الصلاة و السلام beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن. PART ONE Kitab ini butuh perhatian penuh dari kita karena ini salah satu buku yang di kaji secara rutin oleh para ulama dan hal yang rutin itu yang akan merubah seseorang. Maka PR kita juga menjadi jauh lebih besar karena perubahannya juga jauh lebih besar. Jika kita diberikan satu nikmat maka kita harus bersyukur, kemudian dua nikmat dua syukur dan begitu seterusnya. Dan bersyukur adalah kenikmatan maka butuh syukur yang berikutnya dan berikutnya dan begitu seterusnya. Maka sekali lagi coba fikirkan hal tersebut, sehingga kita tidak salah dalam bersikap dan ilmu ini bukan menjadi bumerang bagi kita karena kegagalan kita untuk mensyukuri dan kita bisa mendapatkan dengan maksimal dalam kajian rutin kita. Pembelajaran Ke-3 hadits Ke-373 dari Anas رضي الله تَعَالَى عنه, di atas adalah sebagai berikut; Masih bersama pembahasan hadits yang Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى bawakan yaitu, hadits dari Anas رضي الله تَعَالَى عنه, وعن أَنس رضي اللَّه عنه أَن أَعرابياً قال لرسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : مَتَى السَّاعَةُ ؟ قال رسولُ اللَّه ﷺ : « مَا أَعْدَدْتَ لَهَا ؟ » قال : حُب اللَّهِ ورسولِهِ قال : « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . متفقٌ عليه ، وهذا لفظ مسلمٍ . Artinya, ”Bahwa seorang Arab badui berkata kepada Rasulullah 'Kapankah Kiamat tiba?' Rasulullah (balik) bertanya, 'Apa yang kamu siapkan untuk hal itu?' Dia menjawab, 'Cinta kepada Allah dan RasulNya.' Maka beliau bersabda, 'Kamu akan bersama yang kamu cintai'." (Muttafaq ‘alaih, dan ini adalah lafazh Muslim). Dan dalam satu riwayat milik keduanya, وفي روايةٍ لهما : مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَوْمٍ ، وَلا صَلاةٍ ، وَلا صَدَقَةٍ ، وَلَكِنِّي أُحِبُّ اللَّه وَرَسُولَهُ “Saya tidak mempersiapkan untuknya banyak puasa, shalat, dan sedekah, tetapi saya mencintai Allah dan Rasul-Nya”. Dan diantara pelajaran yang bisa kita petik dalam hadits ini adalah para ulama menjelaskan ‘Hendaknya seorang Muslim itu senantiasa sibuk dalam perkara Akhirat dan kalau ia mengerjakan hal Duniawi itu sebagai sarana menuju Akhirat dan bukan sebagai tujuan dan inti dari kehidupan’. Dialog ini menunjukan hal tersebut, maka pertanyaannya pun مَتَى السَّاعَةُ ؟ “Kapankah Kiamat tiba?”, dan jawabannya pun berkaitan dengan Akhirat, مَا أَعْدَدْتَ لَهَا ؟ “Apa yang kamu siapkan untuk hal itu?”. Dan bedanya adalah Nabi ﷺ memalingkan dari Waktu ke Persiapan, karena yang terpenting adalah Persiapan, tetapi baik pertanyaan maupun jawaban sama-sama berkaitan dengan Akhirat. Jadi ini menunjukan bahwa hal yang menjadi Issue di tengah-tengah Nabi ﷺ dan para sahabat adalah Akhirat, مَتَى السَّاعَةُ ؟ “Kapankah Kiamat tiba?”. Bukan dengan pertanyaan kapan liburan, kapan saya sukses dalam perkebunan atau pertanian atau peternakan, tetapi مَتَى السَّاعَةُ ؟ “Kapankah Kiamat tiba?”, maka di jawab مَا أَعْدَدْتَ لَهَا ؟ “Apa yang kamu siapkan untuk hal itu?”. Dan itu yang menjadi issue mereka. Dan seorang Mukmin itu senantiasa sibuk dengan urusan-urusan Akhirat adapun Dunia sebagai sarana menuju Akhirat dan akhirat menjadi ambisinya. Seorang Muslim sejati benar-benar disibukan dengan urusan-urusan Akhirat, dan Akhirat yang menjadi ambisinya. Ketika dia merintis usaha, menikah, punya anak, itu Akhirat yang menjadi ambisinya dan itu yang seharusnya. Itulah seorang Mukmin dia focus dengan Akhirat dan itu yang menjadi kegiatan dia sehari-hari, makanya Allah berfirman misalnya dalam QS An-Nahl: 106-107 yang berbunyi; مَنْ كَفَرَ بِاللَّهِ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِهِ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالْإِيمَانِ وَلَٰكِنْ مَنْ شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِنَ اللَّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ Yang artinya, “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar”. (QS An-Nahl: 106). ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمُ اسْتَحَبُّوا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا عَلَى الْآخِرَةِ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ Yang artinya, “Yang demikian itu disebabkan karena sesungguhnya mereka mencintai kehidupan di dunia lebih dari akhirat, dan bahwasanya Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang kafir”. (QS An-Nahl: 107). To be continued 1 of 2 part Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Selasa, 13 Dzul Qa'dah 1445 AH/21 Mei 2024 Ahida Muhsin