Masyaallaoh... Barrakallohufikum untuk ustad dan tim.. Selalu apa yg di sampaikan sangat mendalam. Semoga keberkahan juga untuk para ulama
@syaputrifebrinasari484023 күн бұрын
Masya Allah Tabarakallah
@ahidamuhsin95323 күн бұрын
LAST PART Makanya ada yang menarik di dalam hadits ini bahwa ini menunjukan Mu’adz mencintai Nabi ﷺ, dan Nabi ﷺ sebagai orang yang paling mulia dari semua orang mulia memberikan feedback dan memberikan balasan lebih daripada cinta Mu’adz kepada beliau ﷺ. Makanya kalau kita berinteraksi dengan orang mulia itu enak dan tidak usah takut. Karena orang mulia itu bukan hanya tahu balas budi, tetapi dia mengabdikan hidupnya untuk anda atau membantu dan mensupport dan dia tidak hitung-hitungan dan bukan berarti menghamba. Tetapi dia akan berusaha berdiri bersama kita, karena dia ingat dan tahu karena itu syarat menjadi orang yang mulia. Jadi orang mulia itu tahu siapa yang sayang kepada dia dan siapa yang tidak sayang kepada dia. Siapa yang baik kepada dia dan siapa yang memperalat dia. Siapa yang berhubungan dengan dia hanya symbiosis mutulaisme atau oportunis dan siapa yang benar-benar tulus dan berbuat baik kepada dia. Orang-orang mulia itu mengerti akan hal itu. Makanya kaidah para ulama sebagaimana yang dibawakan oleh Al-Khatib dalam Tarikh Baghdad adalah, ‘Tidak ada yang mengerti keutamaan atau kemuliaan orang yang mulia kecuali orang-orang yang mulia’. Makanya tidak ada yang tahu keahlian seseorang di sebuah bidang kecuali expert pada bidang tersebut. Jadi tidak ada yang tahu jasa seseorang kecuali orang-orang yang berkelas. Jangankan balas jasa, dia tidak mengerti jasa itu sendiri. Dia tidak mengerti bahwa selama ini dia diberikan kebaikan dan diberikan keutamaan makanya mudah kufur nikmat orang-orang seperti itu, karena dari awal dia clueless (tidak tahu apa-apa). Makanya orang-orang mulia ketika menyikapi atau membaca istrinya atau suaminya atau sahabatnya itu dia tidak perlu mendengar langsung tetapi dengan melihat sikap mereka itu karena keutamaan orang-orang tersebut. Dan Nabi ﷺ adalah orang yang paling mulia, maka beliau melakukan yang terbaik untuk orang-orang yang mencintai beliau ﷺ. Dan ini pelajaran bagi kita, dan ini bukan hanya tentang Muadz saja, kalau kita mencintai Rasulullah ﷺ, maka kita akan mendapatkan hal yang sangat luar biasa. Kalau kita mencintai الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, Allah Al-Karim “Yang Maha Mulia”, maka Allah akan memberikan lebih dari apa yang kita lakukan. Makanya 1 amal shalih di balas dengan 10 kebaikan dan ini minimum bahkan sampai 700x lipat bahkan lebih kepada yang Allah kehendaki. Karena itu aturan di dalam dunia pihak-pihak yang mulia. Orang mulia itu pantang menjadi kacang lupa pada kulitnya. Bahkan orang-orang mulia itu pantang membalas dengan yang setimpal dan orang-orang mulia itu berfikir bagaimana dia memberikan yang lebih atau memberikan segenap yang dia berikan. Makanya ketika Abu Bakr As Shiddiq menjadi umat terbaik dan umat termulia, apa yang diberikan Abu Bakr ke Nabi ﷺ? semua hartanya. Lalu ketika Abu Bakr di tanya oleh Nabi ﷺ, “Lalu apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu wahai Abu Bakr?” Abu Bakr mengatakan, “Allah dan Rasul-Nya”, karena Abu Bakr mengerti, tidak mungkin Allah menyia-nyiakan beliau, karena Allah Al Karim dan itu Tauhid Asama’ wa Sifat dan itu Iman. Dan terbukti Abu Bakr setelah itu tidak pernah hidup sengsara, kelaparan dan berantakan. Makanya coba kita renungkan, seringkali kita dalam hidup itu hanya memberikan sisa untuk الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sisa waktu, tenaga, energi, makanya hidup kita seperti ini. Tetapi kalau di tanya, ‘Yakin tidak dengan Allah’ pasti di jawab dengan ‘Yakin, Allah Al Karim’, tetapi kenyataannya tidak dan itu kesalahan kita di dalam hidup. Dan justru sebaliknya, seringkali manusia itu memberikan mayoritas waktu dan tenaganya untuk orang-orang yang tidak mulia, makanya di peras oleh mereka, dimanipulasi oleh mereka dan dimanfaatkan untuk kepentingan mereka. Lalu kita salahkan mereka, padahal anda yang salah dan kita tidak tahu kita berinteraksi dengan siapa dan seharusnya Allah yang diberikan mayoritas untuk hal-hal yang terbaik dalam hidup kita dan diri kita, karena Allah yang pasti ganjar yang lebih. Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله تَعَالَى أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Senin, 22 Jumada al-Akhir 1446 AH/23 December 2024 Ahida Muhsin
@seandysusanti538021 күн бұрын
Semoga allah membalas atas kebaikan kk sdh merangkumnya
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah Tabaroka wa Ta’ala atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah berhenti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak di sana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita, Nabi kita Rasulullah ﷺ beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team berserta keluarganya dan juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada. Dan juga semoga Allah memberikan kekuatan dan ketabahan untuk kaum Muslimin dan Muslimat yang sedang terzhalimi di Palestina, di Uyghur dan di belahan Bumi lainnya, serta memberikan perlindungan kepada kita semua sebagai umat Rasulullah ﷺ dan sebagai suri tauladan kita semua. آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن. PART ONE Pembelajaran ke-10 hadits Ke-389 dari Mu’adz bin Jabal رضي الله تَعَالَى عنه, di atas adalah sebagai berikut; Kita masih membahas hadits ke-10 yang Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى bawakan yaitu hadits dari Mu’adz bin Jabal رضي الله تَعَالَى عنه bahwa Rasulullah ﷺ memegang tangannya dan bersabda, « يَا مُعَاذُ واللَّهِ ، إِنِّي لأُحِبُّكَ ، ثُمَّ أُوصِيكَ يَا مُعاذُ لا تَدَعنَّ في دُبُرِ كُلِّ صلاةٍ تَقُولُ : اللَّهُم أَعِنِّي على ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ ، وحُسنِ عِبَادتِك » . حديث صحيحٌ ، رواه أبو داود والنسائي بإسناد صحيح . “Wahai Mu'adz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu. Kemudian aku berwasiat kepadamu, wahai Mu'adz, 'Jangan sekali-kali kamu meninggalkan do’a di belakang setiap shalat, 'Ya Allah, tolonglah saya untuk tetap berdzikir kepadaMu, bersyukur kepadaMu, dan beribadah kepadaMu dengan baik'.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud dan an-Nasa'i dengan sanad shahih). Hadits ini secara jelas menjelaskan keutamaan Mu’adz bin Jabal رضي الله تَعَالَى عنه. Bagaimana tidak utama, Rasulullah ﷺ mengambil tangan Mu’adz bin Jabal dengan mengatakan,يَا مُعَاذُ واللَّهِ ، إِنِّي لأُحِبُّكَ “Wahai Mu'adz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu”. Cukuplah kalimat di atas menunjukan betapa mulianya Mu’adz bin Jabal yang dicintai oleh manusia terbaik ﷺ, dicintai oleh Rasul terbaik ﷺ, dicintai oleh Nabi kita عليه الصلاة و السلام. Makanya para ulama mengatakan bahwa hadits ini menunjukan atau ‘Ini salah satu bukti yang paling jelas keutamaan Mu’adz bin Jabal dan bagaimana keIstiqomahan beliau di level yang tertinggi dan bagaimana perhatian beliau terhadap Agama beliau dan jelas’. Dan sebagian ulama mengatakan bahwa, ‘Ini menunjukan secara tidak langsung bahwa cinta Muadz bin Jabal رضي الله تَعَالَى عنه kepada Nabi ﷺ adalah cinta yang murni dan tinggi’, kenapa demikian? Karena Allah dan Rasul-Nya ﷺ ketika mencintai orang-orang beriman itu menunjukan bahwa Iman dan cinta orang tersebut tinggi kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya ﷺ, apalagi dengan level yang seperti ini. Para ulama mengatakan sebagaimana dalam Kitab Dalilul Falihin dan Kitab Al Ishobah, ‘Ini menunjukan bahwa ketika cintanya Muadz ke Nabi ﷺ itu shalih dan itu valid dan di level yang sangat tinggi maka Nabi ﷺ membalasnya dengan lebih tinggi lagi, karena cinta Nabi ﷺ lebih tinggi di banding cinta umat kepada beliau ﷺ’. Makanya kata para ulama, ‘Parameternya bukan anda mencintai tetapi anda dicintai’, artinya ada banyak orang mencintai itu tidak mendapatkan apa-apa atau maknanya. Jadi parameternya bukan sebatas mencintai, tetapi yang lebih tinggi lagi ketika Allah mencintai hamba di banding ketika hamba mencintai Allah. Contoh, ada banyak tokoh yang diidolakan dan semua orang mencintai dia, lalu pertanyaannya, siapa yang dicintai? Jadi begitu cintanya Mu’adz kepada Nabi ﷺ valid dan shalih di level yang sangat tinggi maka Nabi ﷺ membalas dengan level yang lebih tinggi lagi. Nabi ﷺ mencintai Mu’adz lalu diajarkan sebuah do’a oleh Nabi ﷺ. Dan ini menunjukan bahwa Do’a itu adalah ungkapan cinta di level yang jauh lebih tinggi daripada yang lain yaitu materi dunia dan seterusnya. Karena para ulama mengatakan, ‘Nabi ﷺ balas dengan yang lebih tinggi’ seperti di dalam hadits di atas, apa yang Nabi ﷺ balas? Yang pertama Nabi ﷺ mencintai Mu’adz dan yang kedua Nabi ﷺ memberikan do’a. Ini menunjukan bahwa cinta Nabi ﷺ dan do’a itu lebih tinggi daripada ungkapan secara duniawi. Makanya ketika kita diajarkan sebuah do’a atau diberi tahu tentang sebuah do’a, itu luar biasa. Tetapi siapa diantara kita yang menyadari dan mensyukuri akan hal tersebut? Dan mana yang membuat kita terharu, ketika di beri uang atau di beri do’a? Lalu ulama mengatakan, ‘Dan begitulah budaya dari orang-orang mulia, dan tidak ada yang lebih mulia dari Rasulullah ﷺ’. Maksudnya apa? Kalau kita ingin tahu bahwa orang ini berkelas atau tidak, mulia atau tidak, maka lihat bagaimana cara dia membalas budi dan membalas kebaikan. Karena orang-orang mulia ketika diberikan kebaikan dia berusaha membalas dan lebih tinggi dari itu. Jadi dia bukan hanya berusaha membalas, tetapi dia berusaha membalas lebih tinggi dari itu atau ketika dia tidak mampu maka semampu dia. Makanya yang selalu kita ucapkan, Rasulullah ﷺ bersabda, مَنْ صَنَعَ إِلَيْكُمْ مَعْرُوفًا فَكَافِئُوهُ، فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا مَا تُكَافِئُونَهُ فَادْعُوا لَهُ حَتَّى تَرَوْا أَنَّكُمْ قَدْ كَافَأْتُمُوهُ “Barangsiapa yang telah berbuat suatu kebaikan padamu, maka balaslah dengan yang serupa. Jika engkau tidak bisa membalasnya dengan yang serupa maka do’akanlah ia hingga engkau mengira do’amu tersebut sudah bisa membalas dengan serupa atas kebaikannya” (HR Abu Daud). Makanya do’a itu penting, karena itu sudah opsi terakhir. Sedangkan kalau kita ingin menjadi orang mulia, kita pikir bagaimana cara membalas. Berbeda dengan orang yang tidak mulia itu demanding, ingin ini dan itu. Makanya ulama mengatakan, ‘Kalau anda berbuat baik kepada orang yang mulia, dia akan mengabdikan hidupnya untuk anda. Tetapi kalau anda berbuat baik kepada orang yang buruk maka dia akan ngelunjak dan demanding dan dia tidak akan pernah puas’ dan ini ilmu kehidupan. Makanya kata para ulama, ‘Begitulah kultur dan budaya orang-orang yang mulia dan tidak ada yang lebih mulia dari Rasulullah ﷺ’. Makanya ketika Nabi ﷺ tahu bahwa beliau dicintai, beliau ﷺ akan memberikan lebih. Dan tidak ada yang lebih baik di banding Ilmu Agama, Do’a dan Ibadah. Dan itu yang diberikan oleh Nabi ﷺ. Makanya apabila ada yang meremehkan Ilmu Agama, do’a dan seterusnya, itu berarti dia meremehkan apa yang diberikan oleh Rasulullah ﷺ. Hidayah Irsyad, Ilmu, Nasihat, Wasiat, Ayat, Hadits, Do’a, Dzikir itu yang paling tinggi. Seperti Do’a yang diajarkan oleh Nabi ﷺ ketika mendapatkan kesulitan dan masalah besar dan minta diberikan kemudahan, hadits dari Anas bin Malik رضي الله عنه, beliau berkata bahwa Nabi ﷺ bersabda, اللَّهُمَّ لاَ سَهْلَ إِلاَّ مَا جَعَلْتَهُ سَهْلاً وَأَنْتَ تَجْعَلُ الحَزْنَ إِذَا شِئْتَ سَهْلاً “Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali yang Engkau buat mudah. Dan engkau menjadikan kesedihan (kesulitan), jika Engkau kehendaki pasti akan menjadi mudah” (Ibnu Hibban dalam Shahihnya (3/255)). Dan ini lebih tinggi di banding kalau dia berikan uang ke kita. Tetapi siapa yang mengerti dan memahami? Siapa yang tidak mau materialistis dan memilih menjadi orang beriman? Dan siapa yang lebih menghargai sesuatu yang tangible dengan intangible? Ketaqwaan di banding hal yang materil? To be continued 1 of 2 part Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله تَعَالَى أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Senin, 22 Jumada al-Akhir 1446 AH/23 December 2024 Ahida Muhsinv
@vnteguh23 күн бұрын
الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات اللهم إني أسألك علما نافعا وأعوذ بك من علم لا ينفع جزاكم الله خيرا و بارك الله فيكم
@herwanisarmansugianto912623 күн бұрын
بسم الله الرحمن الرحيم 💫🙏 Jazakumullah khair ,ustadz Barakallahu fiikum
@seandysusanti538021 күн бұрын
Alhamdulillahi rabbil alamiin Robbana taqobbal minna
@AhmadArif01922 күн бұрын
Ringkasan Kajian 1. Pembukaan: - Doa untuk bangsa dan rahmat bagi Imam Nawawi. - Penjelasan hadis Mu'ad bin Jabal, di mana Rasulullah SAW menyatakan cinta kepada Mu'ad dan mengajarkan doa: "Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah kepada-Mu dengan baik." 2. Keutamaan Mu'ad bin Jabal: - Dicintai oleh Rasulullah SAW merupakan bukti keutamaan dan kedudukan tinggi Mu'ad. - Cinta Nabi SAW kepada Mu'ad adalah cinta yang tulus karena Allah. - Cinta yang diberikan oleh Rasulullah SAW lebih tinggi daripada cinta yang diberikan umat kepada beliau. 3. Hakikat Cinta dan Pembalasan: - Parameter cinta sejati adalah apakah kita dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya, bukan hanya mencintai mereka. - Rasulullah SAW menunjukkan keagungan cinta dengan memberikan doa yang lebih tinggi nilainya dibandingkan pemberian materi. - Hadis ini menekankan pentingnya mensyukuri doa dan nasihat yang diberikan sebagai bentuk cinta, yang lebih berharga daripada harta. 4. Budaya Membalas Kebaikan: - Orang yang mulia selalu membalas kebaikan dengan lebih baik, atau minimal semampunya. - Jika tidak mampu membalas secara materi, maka balasan terbaik adalah doa. - Orang yang tidak mulia cenderung menuntut lebih banyak dan tidak menghargai kebaikan yang diterima. 5. Pelajaran dari Rasulullah SAW: - Rasulullah SAW selalu membalas cinta dan kebaikan dengan memberikan yang lebih tinggi, seperti doa, ilmu, dan nasihat. - Rasulullah mengajarkan bahwa pemberian berupa hidayah, ilmu, atau zikir memiliki nilai tertinggi. 6. Refleksi untuk Kehidupan: - Kita sering memberikan sisa waktu, energi, atau tenaga kepada Allah, sementara mayoritas diberikan kepada pihak yang memanfaatkan kita. - Semestinya Allah SWT mendapatkan prioritas utama dalam hidup kita, karena hanya Allah yang pasti membalas lebih besar dan mulia. 7. Kisah Abu Bakar: - Abu Bakar RA memberikan seluruh hartanya untuk Rasulullah SAW dengan keyakinan penuh bahwa Allah dan Rasul-Nya tidak akan menyia-nyiakan kebaikannya. - Contoh nyata bagaimana berinteraksi dengan orang yang mulia akan menghasilkan balasan yang lebih besar. 8. Penutup: - Renungan: Mengutamakan Allah dalam hidup adalah kunci keberkahan. - Kesimpulan: Orang mulia selalu membalas kebaikan dengan lebih baik, dan Allah, sebagai Dzat yang Maha Karim, pasti memberikan ganjaran yang jauh lebih besar atas setiap amal. Pesan Utama: Keutamaan cinta kepada Allah dan Rasulullah SAW adalah cinta yang dibalas dengan kebaikan lebih tinggi. Prioritaskan Allah dalam hidup, dan balaslah kebaikan yang diterima dengan keikhlasan dan usaha terbaik.