MasyaAllah.. kajian yg memang dr kmrn ku cari2 tntg gmn sgala aktivitas hidup (kerja, makan minum, semuanya dr bgn smpe tidur) bs jd pahala..dr syarat, cara dan bagaimana sesuai tuntunan Nabi. Terimakasih Pak Ustadz ceramahnya. Semoga Allah Subhanahuwatta'alla sllu berikan rahmat, berkah dan lindungan Nya kpd kt semua. Aamiiin
@ahidamuhsin9532 жыл бұрын
Last Part Lihat spirit beribadah dan beramalnya para sahabat, Sa’ad bin Abi Waqash menginginkan 2/3 dan dia orang kaya, orang kaya itu mainnya di bagian seperti ini bukan main di angka atau nominal. Sa’ad bin Abi Waqash kemudian mengatakan bagaimana kalau ½ ya rasul? Beliau menjawab, ‘Tidak’. Lalu bagaimana kalau 1/3 ya Rasul? ? Selanjutnya beliau bersabda, ‘Ya, sepertiga, dan sepertiga itu banyak atau besar”. Lihat semangat orang-orang kaya dalam berinfaq pada zaman itu, mainnya bagian 2/3, ½, 1/3 walaupun tidak ada masalah dengan nominal, tetapi lihat semangat mereka dan di tolak maju lagi dan seterusnya sampai di terima oleh Nabi ﷺ. Karena jujur ingin menjadi bagian, berinfaq, sedekah, ingin mendoasikan hartanya dan ingin jawaban yang clear secara ilmu, konsultasi terus agar hasilnya maksimal karena semua harus ada ilmunya. Session Tanya-Jawab: Tanya: Baru beberapa bulan ini saya mengikuti kajian ustadz dan mempelajari Kitab Riyadhush Shaalihin, ada bagian yang bagi saya itu menarik sekali dan ilmu baru yaitu tentang sedekah yang disarankan Nabi ﷺ bahwa 1/3 penghasilan itu sudah terlalu banyak. Apakah berlaku di saat Pandemi seperti saat ini, rasa-rasanya kita ingin membantu masyarakat terdampak semaksimal mungkin yang kita bisa, mohon pencerahannya. Jawab: Tetap berlaku, karena hadits ini berlaku sampai Hari Kiamat. Buat penanya dan kita semua semoga kita dijaga الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Namun parameternya bukan karena sedang Pandemi, namun parameter yang mengeluarkan ini kondisinya normal atau sakit yang tidak serius atau karena sakit yang akan mengarahkan dia kepada kematian, dan kata para ulama Sa’ad bin Abi Waqash ini sakitnya sakit parah dan arahnya ke kematian. Makanya Sa’ad bin Abi Waqash sudah membicarakan tentang ahli waris. Adapun dalam kondisi normal, kita tahu Umar menginfaq kan ½ dari hartanya, Abu Bakar menginfaq kan semua hartanya tapi dengan catatan ketika kita sudah berinfaq kita minta-minta sama orang, dan Abu Bakar tawakalnya kuat, kalau ada orang yang seperti silahkan saja, tidak ada yang seperti Abu Bakar dan itu tidak mudah dan bukan claim, Abu Bakr itu special dari segi Iman, Umar saja berhenti di ½ wallahu ta’al a’lam bissowab, dan ini yang perlu kita camkan. Tanya: Saya ada niatan untuk menyisihkan rizki untuk berbagi kepada orang yang tidak mampu, tapi itu baru sebuah niat saja karena saya tidak tahu apakah bulan depan masih di gaji atau tidak. Apakah ini hanya talbis Syaithan agar tidak melakukan kebaikan sedangkan Allah sudah menjamin rizki hambanya dan barangsiapa yang takut perkara rizki esok hari kita akan berdosa, mohon pencerahannya. Jawab: In Sha Allah kalau niat kita jujur dan tulus kita mendapatkan pahala dari niat tersebut, namun segera eksekusi dari niat tersebut. Tanggung jawab terhadap keluarga itu jelas harus kita tunaikan, namun jangan juga sia-siakan kesempatan ini, karena ini Ramadhan, kapan lagi kita akan mendapatkan Ramadhan dan kita tidak akan tahu apakah Ramadhan tahun depan kita masih ada atau tidak, karena kita tidak tahu apakah kebutuhan saudara-saudari kita, kebutuhan umat dan masayarakat terhadap bantuan di Ramadhan tahun depan itu seperti urgentnya hari ini atau tidak dan ini kesempatan buat kita untuk memberi. Adapun bulan depan selama kita masih hidup sampai bulan depan kita pasti mendapatkan rizki, Nabi ﷺ mengatakan, “Jiwa itu tidak akan meninggal sampai seluruh rizkinya diberikan sama Allah” jadi selama masih hidup jaminan dari Allah pasti akan mendapatkan rizki, tapi Ramadhan tahun depan belum tentu kondisi urgentnya seperti Ramadhan tahun ini dan ini mementum. Kita tahu dalam sejarah kita ada masa dimana ketika diberi orang menolak karena merasa sudah cukup. Dan Ramadhan tahun ini yang butuh banyak, yang di PHK ribuan, yang gulung tikar ribuan mungkin total semua jutaan dan belum lagi yang dari awal memang sudah tidak mampu, yang mendadak tidak mampu juga banyak, dan dari data yang di dapat se Asia Tenggara atau se Asia Pacific di atas 10 juta nambahnya gara-gara pandemi ini dan ini baru data, pasti penomena gunung esnya selalu terlihat. Jutaan orang mendadak miskin dalam kacamata dunia pada masa ini, dan ini waktunya, sayang kalau dilewatkan dan kita tidak gunakan. Nabi ﷺ mengatakan, “Sedekah itu tidak akan mengurangi harta”, dan Abu Bakar As-Shiddiq memberikan semua hartanya tetap kaya lagi dan tidak berlarut-larut jatuh miskin. Kita pernah bawakan hadits Nabi ﷺ ketika keluar rumah bertemu Abu Bakr dan Umar رضي الله تَعَالَى عَنْهُمَا dalam kondisi kelaparan, ternyata kata para ulama harta mereka habis karena mereka memberikan semua hartanya untuk mereka yang membutuhkan sampai mereka tidak memiliki uang sepeserpun, namun setelah itu Allah berikan lagi kekayaan tersebut. Dan itu talbis Iblis, karena syaithan itu selalu menakut-nakuti kita tentang kemiskinan dan itu pekerjaannya. Dan itu yang Allah katakan dalam QS Al-Baqarah; 268 yang berbunyi; الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ ۖ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ Yang artinya, “Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui”. (QS Al-Baqarah; 268). Tanya: Bagaimana cara mengajarkan anak-anak untuk memuliakan ulama, menyenangi hadir di Majlis Ta’lim dan memiliki adab dan akhlak yang mulia, mohon nasihatnya. Jawab: Yang pertama, orang yang tidak punya itu tidak bisa memberi, kalau ingin anak kita mencintai atau memuliakan ulama, menyenangi hadir di majlis ta’lim dan memiliki adab dan akhlak yang mulia, maka kita dahulu yang melakukan itu, semangat dan senang hadir di kajian. Dan nanti anak-anak kita lihat dan harus berani berkorban. Masih ingat kisah Anas bin Malik رضي الله تَعَالَى عنه kemarin? Itu sama Ibunya Ummu Sulaim diberikan ke Rasulullah ﷺ dan memberinya bukan karena dia repot dalam mengurusi anak dan ini kisah bukan kisah dongeng namun ini ini kisah real tapi siapa diantara kita mau menerapkan. Dan kalau hanya di dengar saja tidak akan berubah lalu do’akan anak-anak kita tersebut dan anak-anak perlu dikondisikan, kalau tidak nanti sampai tua dia tidak punya adab. Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Selasa, 5 Ramadhan 1441 AH/28 April 2020 M Ahida Muhsin
2nd Part Hadits ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa bolehnya seseorang yang sedang sakit menceritakan tentang penyakitnya dalam rangka mencari masukan, arahan selama bukan dalam rangka mengeluh, mengeluhkan apa yang Allah takdirkan kepada dia, apalagi suudzhan sama Allah dan menjelek-jelekan Allah, Nudzubillah Tsumma Naudzubillah. Lihat Sa’ad bin Abi Waqash bukan curhat, mengeluh apa lagi menjual penyakitnya agar orang kasihan misalnya dalam hadits ini, tapi beliau ingin mencari fatwa dan ilmu bagaimana dengan kasus beliau, karena nanti kita akan tahu Sa’ad meminta izin untuk berinfaq 2/3 hartanya, dan biar jelas dia kasih data dahulu bahwa dia banyak uang, saya lagi sakit dan punya ahli waris hanya satu orang dan itu anak perempuan apakah boleh memberikannya 2/3 dari hartanya. Para ulama mengatakan seorang muslim itu harus Ta’affuf yaitu berusaha menjaga, menahan diri agar musibahnya tidak dia sampaikan keluar kecuali ada maslahat, dan secara umum maslahat itu tidak di umbar paling ke satu atau dua orang kita bicara. Hadits ini memberikan keterangan kepada kita bahwa bolehnya menceritakan kemampuan finacial kita jika ada maslahat, ini bukan pamer apalagi sombong, ujub, ini Sa’ad bin Abi Waqash sudah terbukti orang yang pertama kali masuk islam itu tidak ada kepentingan karena taruhannya mati, bukan harta lagi tapi nyawa taruhannya. Dan para ulama mengatakan, pada saat itu tidak ada orang munafik dan orang munafik baru muncul di Madinah. Jangan ada yang salah paham lalu berfikir ini pamer, tidak. Sa’ad bin Abi Waqash itu menyebutkan kemampuan financialnya, hartanya karena ada tujuan Syar’i karena ada maslahat, karena beliau mau bersedekah dan kondisi beliau sedang sakit parah dan tidak ada ahli waris kecuali satu orang dan untuk mendapatkan hukum yang akurat. Hadits ini memberikan keterangan kepada kita bahwa ketika kita menanyakan masalah, kita hendaknya disampaikan kondisinya secara komprehenshif, lihat Sa’ad bin Abi Waqash mengatakan, saya sedang sakit parah lalu saya punya uang banyak dan tidak ada yang mewarisi kecuali satu-satunya anak perempuan saya, ada 3 point, baru masuk ke pertanyaan, ‘Bolehkah saya bersedekah dengan 2/3 harta saya?’ dan 3 point ini adalah semua data yang dibutuhkan oleh Nabi ﷺ, lalu kata para ulama untuk menyimpulkan hukum dan ini tidak ada pamer karena data ini yang dibutuhkan. Dan hendaknya ketika kita menanyakan sesuatu kita jelaskan masalahnya apa adanya, terbuka karena kaidah dalam ilmu usul fiqh dalam ilmu fatwa, ‘Menghukumi sesuatu itu setelah mengetahui masalahnya secara komprehensif, utuh dan bukan setengah-setengah apalagi masalahnya berkaitan diantara dua belah pihak dan kita harus dengarkan dari kedua-duanya’. Nabi ﷺ bersabda, “Wahai Ali janganlah engkau memutuskan persengketaan kecuali engkau dengar dari kedua belah pihak”. Penggalan hadits berikutnya, “Apakah boleh aku sedekahkan 2/3 hartaku?’ Beliau menjawab, ‘Tidak’, kemudian kutanyakan, ‘Bagaimana kalau 1/2nya?’ Beliau menjawab ‘Tidak’. Lalu kutanyakan, ‘Bagaimana jika 1/3nya ya Rasulullah? Selanjutnya beliau bersabda, ‘Ya, 1/3, dan 1/3 itu banyak atau besar”. Hadits ini menunjukkan bahwa kita tidak boleh memberikan harta kita lebih dari 1/3 jika kita merasa akan meninggal dunia, kita sedang sakit dan sakit kita akan mengantarkan kita kepada kematian. Jadi kita tidak boleh menginfaq kan harta kita lebih dari 1/3 harta kita, jika kita sedang sakit dengan penyakit secara medis membawa kita ke kematian dalam waktu yang tidak lama. Tapi intinya para ulama mengatakan, ‘Tidak boleh orang yang sedang sakit dan mengarah kepada kematian atau di vonis misalnya besok mau dihukum mati dan dia tidak sakit tapi dia akan di eksekusi, untuk memberikan lebih dari 1/3 hartanya baik dalam bentuk infaq, sedekah, hadiah atau wasiat, kecuali kalau ahli warisnya mengijinkan dengan rela dan tanpa tekanan’ kata para ulama walaupun dia bangun Mesjid, hibah dan lain-lain. Dan kenapa tidak boleh? Karena ada hak ahli waris, jadi hak itu sudah tampak dan sebentar lagi sudah mau meninggal. Dan ketika yang punya hak menanggalkan, merelakan haknya, berarti sah-sah saja. Sebagaimana anda punya gaji, namun anda tidak mau ambil gaji tersebut bulan ini, dan itu diperbolehkan. Adapun kalau misalnya dalam kondisi normal para ulama mengatakan dibolehkan. Dan diantara dalilnya adalah, Umar pernah menginfaq kan ½ hartanya dalam kondisi normal, Abu Bakr As-Shiddiq pernah menginfaq kan seluruh hartanya dalam kondisi normal. Tapi para ulama mengatakan, ‘Jangan kalian menginfaq kan seluruh harta anda kecuali ada hal yang membuat kita tidak menggantungkan financial kita ke orang lain’. Jadi jangan sampai menjadi benalu atau mengandalkan orang, dan sebagian ulama mengatakan, boleh dengan catatan iman anda seperti Abu Bakr yang derajat keyakinannya luar biasa, kalau tidak jangan coba-coba. Lalu kalau ada orang yang dalam kondisi seperti itu, mana yang terbaik, 1/3 atau hitungan yang lain?. Sebagain para ulama mengatakan yang paling afdhal juga tidak 1/3, makanya Abdullah bin Abbas رضي الله تَعَالَى عنه lebih suka kalau kita tidak dalam kondisi itu lebih memilih ¼. Abdullah bin Abbas رضي الله تَعَالَى عنه mengatakan, ‘Kalau saja manusia lebih memilih ¼ daripada 1/3’. Adapun Abu Bakar As-Shiddiq lebih memilih 1/5, kata beliau, ‘Aku ridha dengan apa yang Allah ridha untuk dirinya, 1/5’ maksudnya 1/5 ini berkaitan dengan hasil peperangan, dalam QS Al-Anfal yaitu 1/5 untuk Allah dan Rasul-Nya. Namun intinya apabila kita dalam kondisi seperti itu atau ada orang tua, para ulama mengatakan 1/3 boleh tapi kalau bisa ¼ atau 1/5 seperti Abu Bakr itu lebih Afdhal. Kata para ulama ini menunjukkan bahwa kalau kita mau berinfaq, mendonasikan harta kita atau memberikan hendaknya kita tanya dulu kepada ahli ilmu, jangan main infaq begitu saja. Lihat Sa’ad bin Abi Waqash bertanya kepada Nabi ﷺ dan terbuka. Dan jangan merasa sudah mengerti, Sa’ad bin Abi Waqash itu 1 dari 10 sahabat terbaik tapi masih bertanya kepada Nabi ﷺ dan tidak inisiatif sendiri. Dan mengamalkanفَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ “Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. Bisa jadi niat kita menurut kita baik menjadi salah atau ada pos yang kita tidak tahu kalau kita berikan ada yang jauh lebih besar pahalanya dari yang kita fikirkan dalam benak kita. Kalau kita bertanya ke ahli ilmu, mereka bisa mengarahkan kita ke pos-pos yang selama ini tidak pernah terfikir dan kita tidak tahu dalilnya. Ingatlah selalu ucapan Abdullah bin Mas’ud, ‘Betapa banyak orang yang menginginkan kebaikan, dia tidak dapatkan karena salah ilmu’ karena tidak tahu ilmunya, niatnya baik sekali namun keliru. To be continued Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Selasa, 5 Ramadhan 1441 AH/28 April 2020 M Ahida Muhsin
@farhanapriliano Жыл бұрын
Untuk bagian pertamanya ada kah?
@seulbeargiichaa67604 жыл бұрын
Salah satu yang bikin nagih dengerin kajian beliau krn tata penjelasannya enak dan kadang ada humornya sedikit juga. Bismillah mudah2an jadi ladang untuk belajar
@debinurjayanti4513 Жыл бұрын
alhamdulillah
@mukhlismukmin22904 жыл бұрын
Terimakasih Ustadz dan Team. Sungguh senantiasa pahala Anda mengalir selama video rekaman ini di dengarkan sampai hari kiamat. Dari kutub Utara sampai kutub selatan. amin
@angellyazzahrawongso01012 жыл бұрын
MASYAllah Allah
@farismuhammad22313 жыл бұрын
بارك الله فيك
@tejawidy4 жыл бұрын
Style dakwah ustadz Nuzul masyaaAllah, barakallah ustadz, semoga ustadz selalu semangat dalam menyampaikan hal yang haq dengan detil dan diambil dari angle berbeda yang tidak pernah kita duga... Jazakallahu khayran ilmunya tadz..
@mukhlismukmin22904 жыл бұрын
Semoga Allah meng-kayakan rezeki Anda. amin
@deaagnesia29084 жыл бұрын
baarakallah ustadz
@ibrahim_absalsahidibrahim_62054 жыл бұрын
Assalamualaikum barakallahufiik guru ustadz MNZ Dan sekalian muslimin ..dari Malaysia..
@ahlimutiara4 жыл бұрын
Apa dari malaysia mengerti bahasa indonesia yang dipakai ustaz?
@ibrahim_absalsahidibrahim_62054 жыл бұрын
@@ahlimutiara ye faham bahasa Nye 80 atau 90 peratus.ana sye follow kajian guru ini..jazakallahukhairan..
@auny893 жыл бұрын
@@ibrahim_absalsahidibrahim_6205 saya pn follow ustaz kajian ustaz ni.. Saya dr Malaysia juga
@habakacahayaprestasi10934 жыл бұрын
MasyaAllah Allah
@susyervi69544 жыл бұрын
Masya Allah Tabarrakallah...mugi2 ustadz dan keluarga dan kita semua dikaruniai kesehatan danrhamat serta ampunan Allah yg luas....wabah ini segera diangkat....Terimakasih ustadz telah senantiasa membuat program ngaji online.....buat kita semua.....aaamiiiin
@nanirosnaeni8239 Жыл бұрын
Masya Alloh..
@lilisrosidah71334 жыл бұрын
Maa sya Allah Jazaakumullah khoir wa baarakallahu fikum