Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Rabbul A’lamiin atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita sebagaimana yang kita ketahui bahwa nikmat Allah itu tidak pernah henti sebagaimana kehidupan kita, dimana bumi di pijak disana ada nikmat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى. Sebagaimana shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasul kita Nabi kita Muhammadin عليه الصلاة و السلام beserta para keluarga, para sahabat dan orang-orang yang istiqamah berjalan dibawah naungan Sunnah beliau sampai Hari Kiamat kelak. Dan semoga Allah merahmati Al Imam An-Nawawi رحمه الله تَعَالَى beserta keluarganya dan seluruh ulama kita dan semoga Allah merahmati Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri حفظه الله dan seluruh team juga orang-orang yang beriman dan umat Muslim dimanapun mereka berada, آمِيْنُ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْن. Part One Makna ke-1 dari QS An-Nisa’: 36 adalah sebagai berikut; Dalam ayat di atas, setelah Allah memerintahkan kita untuk mentauhidkannya yaitu dengan beribadah hanya kepada-Nya dan tidak melakukan kesyirikan, maka berikutnya yang pertama Allah sebutkan adalah وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا “Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa”, sebelum kepada ke kerabat, anak yatim, fakir miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, sahabat atau teman, musafir dan hamba sahaya. Jadi yang pertama Allah tekankan adalah berbuat baik kepada orang tua, ini menunjukkan bahwa sebagaimana yang ulama katakan bahwa hukum asalnya hak orang tua itu setelah Hak Allah dan Rasul-Nya عليه الصلاة و السلام. Dan ini pelajaran yang besar di atas hak keluarga besar yang lain, di atas hak anak yatim, fakir miskin dan yang lainnnya. Namun ada pembahasan khusus antara orang tua dengan suami, namun pada dasarnya Allah mengedepankan atau menyebutkan orang tua terlebih dahulu dibandingkan orang lain. Ini menunjukkan bahwa hak orang tua adalah hak yang sangat besar dan hak yang hendaknya diprioritaskan dan nanti kita jelaskan bagaimana الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyebutkan dalam QS Al-Isra’: 23 yang nanti akan kita pelajari juga yaitu ۞ وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ yang artinya, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”. Lagi-lagi digabungkan antara mentauhidkan Allah dengan berbakti kepada orang tua. Ini menunjukkan bahwa hak orang tua adalah hak yang sangat tinggi dan mulia dan hak yang sangat special dan harus di sadari khususnya yang sudah mengaji dan belajar dan ini harus terlihat. Oleh karena itu yang menjadi PR kita adalah setelah kita berubah dan setelah kita bertaubat dan setelah kita berhijrah dan kita belajar secara bertahap, maka performa kita sebagai anak pun harus mengalami perbaikan dan grafiknya naik. Bukan justru tambah turun dan bermasalah dan tambah jauh, konflik dengan orang tua dalam hal-hal yang tidak sepantasnya dan tidak seharusnya, bahkan nanti akan kita bahas kalaupun orang tua mengajak kepada kesyirikan atau maksiat, itu jelas yang Allah minta kepada kita yaitu jangan taat kepada mereka, namun tetap bersahabat dengan mereka dengan baik. Jadi bukan menjauh, kabur atau ribut bahkan ada beberapa kasus berantem dengan ayahnya dan itu bukan dengan masalah keyakinan namun masalah duniawi. Lalu bagaimana dia bisa bahagia kalau dia sudah ribut dengan ayahnya dan itu kontak pisik, itu miris yang terjadi di lapangan. Bahwa hendaklah berbuat baik kepada orang tua itu berpondasikan tauhid, pondasinya itu bukan hanya sebatas kita dilahirkan olehnya. Kita lahir ke dunia dengan sesab beliau, bukan hanya itu. Tetapi kita berbakti kepada orang tua berlandaskan dan berasaskan Tauhid kepada الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan tidak melakukan kesyirikan. Makanya Allah berfirman ۞ وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun”. Dan وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا “Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa”. Dan begitu juga dalam QS Al-Isra’: 23۞ وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ yang artinya, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”. Lihat perintah beribadah hanya kepada Allah dan tidak melakukan kesyirikan dan perintah berbakti kepada orang tua. Ini menunjukkan bahwa yang membedakan antara orang yang tidak beragama misalnya, tetapi dia baik terhadap orang tuanya dengan orang-orang beriman atau orang-orang beriman dengan selain orang-orang beriman. Orang-orang beriman berbuat baik terhadap orang tua itu dasarnya Tauhid kepada Allah, dasarnya ubudiyah yaitu beribadah kepada Allah bukan hanya sebatas hubungan horizontal atau sebatas kebersamaan dan hutang budi atau balas jasa. Makanya sekali lagi salah satu fungsinya adalah hak Allah selalu diprioritaskan, berbeda dengan orang yang hanya menjadikan ini sebagai hablum minannas. Maka bisa jadi Allah dimaksiati demi orang tua dan itu yang membedakannya. Kita coba buka firman Allah dalam QS Lukman: 15 yang berbunyi; وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ۚ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ Yang artinya, “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS Lukman: 15 ). Jadi lihat bagaimana Allah mendidik kita untuk proporsional bukan secara mutlak. Tapi ini harus dibangun di atas iman dan di atas tauhid, diatas penghambaan dan taqarrub kepada Allah, di atas cinta karena Allah. Jadi kita mencintai orang tua kita dengan cinta karena Allah Tabaraka wa Ta’ala. Bukan hanya sebatas cinta darah, tetapi mencintai karena mereka orang tua kita dan mencintai karena Allah Tabaraka wa Ta’ala. Jadi dasarnya dulu kita tetapkan, bisa jadi secara gambaran itu sama, misalnya dengan mengurus semua keperluan mereka, tetapi kata para ulama ini berbeda antara timur dan barat, jadi yang satu mendapatkan pahala dan yang satunya lagi tidak mendapatkan pahala. Karena dasarnya tidak taat kepada Allah hanya sebatas berbakti saja kepada orang tua, itu saja dan hanya personal saja. Sebelum kita bicara berbakti kepada orang tua, bangun pondasi yang tepat dulu. Lihat bagaimana الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjelaskan kepada kita, yaitu dengan mentauhidkan kepada Allah dan tidak melakukan kesyirikan baru setelah itu berbakti terhadap orang tua. Makanya yang diinginkan bukan hanya anak atau seseorang yang ramah dan baik terhadap orang tuanya, tetapi dia tidak shalat atau tidak puasa misalnya. Namun yang diinginkan adalah yang ibadahnya baik, taqarrubnya bagus, senantiasa meminta pertolongan kepada Allah, semua amalnya didasari oleh keikhlasan dan setelah itu dia baik kepada orang tua, dia taat kepada orang tua dan mentaati perintah orang tuanya. Dan kalau nanti orangtuanya khilaf dan melakukan kemaksiatan, semua kita pernah melakukan kemaksiatan, namun kita punya sikap yang tepat sebagai anak kita tidak ikut-ikutan terjatuh dan kita tidak membenarkan dan kita tidak menuruti orang tua dalam melakukan kemaksiatan. Dan tidak nurutnya hanya pada titik itu saja, namun tetap bersahabat dengan orang tua dengan cara yang baik, makanya وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا “dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik”. Dan kita melakukan hal tersebut berharap hanya wajah Allah dan agar Allah ridha terhadap kita, sebelum orang tua kita ridha terhadap kita. Dan ini yang harus tetap kita tanamkan terus dan ini penting dan ini adalah hal yang sangat urgent yaitu pondasi. Karena kita tahu ada kaidah mengatakan ‘Barangsiapa yang tidak memiliki dasar atau pondasi yang baik, maka dia tidak akan sampai ke tujuan’. Kaidah ini biasa dibawakan dalam beberapa cabang ilmu seperti Ilmu usul fiqh dan seterusnya. Dan makna ini bisa universal lagi dan berlaku di semua bidang, kalau pondasi kita tidak kuat maka kita tidak akan berhasil, termasuk Birrul Walidain. To be continued 1 of 2 part Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Jum’at, 19 Rajab 1444 AH/10 Februari 2023 Ahida Muhsin
@syaputrifebrinasari4840 Жыл бұрын
Masya Allah Tabarakallah
@anggisiregar3449 Жыл бұрын
semoga Allah merahmati imam an nawawi, ustadz, team dan seluruh umat muslim dimanapun berada. Barakallahu fiikum
@danahijrah Жыл бұрын
Alhamdulillah ..
@CatsLifeMatter Жыл бұрын
Jazaakallahu khair Ustadz, semoga Allah selalu merahmati Imam Nawawi, Para Ulama yang senantiasa mengajarkan ilmu Agama yg lurus untuk menuntun kami semua berada di jalan yg di ridhoi Allah, Para tim Muhajir yang selama ini dengan ikhlas membantu proses Dakwah Ustadz Nuzul. Topik hari ini sangat berguna banget untuk saya dan Semoga Allah mudahkan kita semua menjadi anak yang berbakti kepada Orang Tua dengan landasan Tauhid kepada Allah.
@ummualfsyah6445 Жыл бұрын
Alhamdulillah alladzi bi ni'matihi tatimmush shoolihaat, semoga Allah senantiasa merahmati imam Nawawi, para ulama, ustadz, keluarga, tim, para pemimpin kami, para orangtua kami, para guru kami dan anak anak kami, serta seluruh umat muslim dimanapun berada. Jazakumullah kyairan katsiran ustadz, atas ilmu yang sangat bermanfaat ini, barakallah fiikum...
@nursapitri7113 Жыл бұрын
Bismillah alhamdulilah syukron wa jazakumulloh khoiron atas ilmu nya ustadz wa yubarokalloh fikum
@rochayahj5706 Жыл бұрын
Jazakumullahu Khoiron Katsiron Pak Ustadz dan teams yg terus mengajarkan kami kebaikan dan tetap lurus dijalan yg Allah Ridho, semoga Allah selalu menjaga Pak Ustadz, teams dan keluarganya selalu diberikan nikmat sehat. Aamiin Allahumma Aamiin 🤲🤲🤲
@aisyahzulfa1142 Жыл бұрын
Baarakallahu fiikum ustadz
@ahidamuhsin953 Жыл бұрын
Last Part Session Tanya-Jawab: Tanya: Saya seorang anak laki-laki yang telah baligh yang In Sha Allah sudah memasuki akhir masa perkuliahan. Saya dan kakak perempuan saya dibesarkan oleh Ibu saya karena ayah saya bukanlah orang yang baik atau tepat terhadap ibu saya. Ayah saya memperlakukan Ibu saya dengan perlakuan yang tidak baik selama mereka bersama hingga sekitar 15 tahun yang lalu, Ibu saya di usir oleh Ayah saya dan di suruh untuk membesarkan saya dan juga kakak saya sendiri. Ibu saya masih sakit hati sampai sekarang karena perlakuan yang tidak menyenangkan dari ayah saya. Tetapi beliau tidak melarang kami untuk menyambung tali silaturahim dengan ayah. Ayah saya adalah perokok berat sejak dulu dan diceritakan oleh ibu saya bahwa beliau jarang shalat dan pernah meminum khamr. Saya pun jarang berkontak dengan ayah sejak lama. Pertanyaannya, sekarang ayah saya sudah tua renta dan berkali-kali masuk rumah sakit karena penyakitnya. Domisili beliau di daerah timur Indonesia, sedangkan saya berdomisili di pulau jawa, apa yang harus saya lakukan agar bisa berbakti kepadanya? mohon nasihatnya. Jawab: Yang perlu kita camkan bahwa kaidah yang harus kita yakini bukan hanya kita diketahui adalah bahwa orang-orang zhalim itu tidak akan bahagia. Allah berfirman dalam QS Al-An’am: 21 yang berbunyi; وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَىٰ عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ كَذَّبَ بِآيَاتِهِ ۗ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ Yang artinya, “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan”. (QS Al-An’am: 21). Dan lawannya beruntung itu hidupnya akal sial, tetapi dia kaya misalnya, memangnya sial hanya tentang uang, memangnya sial itu artinya miskin? Itu sama saja suudzhon dengan saudara-saudara kita yang fakir dan miskin. Dan ada banyak orang-orang yang fakir miskin itu bahagia hidupnya, kalau kita bandingkan dengan orang-orang yang kaya raya dan jauh lebih kaya dengan kita, hidup orang miskin jauh lebih tenang dan bahagia dan jauh lebih bersemangat. Istri itu amanat, tidak bisa dia buat suka-suka, bahkan terhadap istri yang zhalim pun kita tidak bisa suka-suka, memangnya gara-gara istri kita zhalim kita bisa pukul dan banting? Ini bukan tentang suami dan istri, makanya kata Nabi ﷺ “Berbuatbaiklah dengan wanita atau istri dan saling memberikan nasihat yang baik kepada istri” dan dalam riwayat, “Sesungguhnya kalian mendapatkan istri kalian dengan amanat dari الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan kalian halalkan kehormatannya itu dengan kalimat الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى“ ini bahasa yang sangat dalam. Lalu ketika ada suami yang mengusir istrinya juga anak-anaknya, lalu bagaimana dengan amanatnya dengan الله سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى? Dan mungkinkah orang yang menghianati amanat, dia dengan Allah bisa hidup tenang? Itu tidak mungkin dan itu mustahil. Jadi sampaikan kepada ibu kita bahwa berhentilah menyakiti diri sendiri dengan trauma masa lalu itu, di usir memang menyakitkan, tapi perasaan itu tidak lebih parah dengan apa yang dirasakan oleh suaminya. Lalu timbul pertanyaan, apakah yang ditolong Allah itu yang zhalim atau yang dizhalimi? Orang yang dizhalimi, bukankah para Nabi dan Rasul itu dizhalimi?. Lihat bagaimana Nabi kita ﷺ sepanjang hidup beliau secara umum dizhalimi. Bahkan sampai dengan hari ini di zhalimi bahkan ada yang mencela beliau, memfitnah beliau dan itu zhalim, padahal sosoknya sudah wafat 15 tahun yang lalu. Lalu sambung tetap hubungan dengan ayah kita, secara umum caranya kembalikan kepada urf orang tua, bagaimana kalau punya hubungan di luar daerah atau berbeda pulau dan mulai dengan telp dan whatsApp atau dalam sebuah waktu dikunjungi dan ini penting, apalagi orang tua kita sudah tua dan sakit-sakitan. Ada banyak orang menghabiskan masa tuanya dengan rasa penyesalan dan kalau tidak ada hukuman kecuali itu, sudah cukup. Belum lagi ketidaktenangan, kesengsaraan dan kita sudah baca haditsnya, bahwa ada dua dosa yang Allah balas di Dunia sebelum nanti di Akhirat, yaitu zhalim dan memutuskan tali silaturahim. Ayah kita dengan sikapnya seperti itu dia telah melakukan hal di atas, pasti Allah balas di dunia, kecuali Allah maafkan, tetapi ia di ancam di dunia dan itu yang kita lihat. Jadi coba untuk maafkan ayah kita dan rajut lagi hubungan. Mungkin ada yang mengatakan, enak sekali ayahnya, sudah mengusir saya, sekarang saya harus berbakti pula! Kalau kita mau buat teori atau cara berfikir hitung-hitungan, ini bukan tentang ayah kita namun ini tentang diri kita. Kalau kita lihat angel keberuntungan, yang paling dirugikan bukan kita tapi ayah kita. Kalau bisa memaafkan dan kita bisa memulai maka bergembiralah kita berada di level hati yang tidak rendah atau tinggi dan kecerdasan emotional yang tinggi dan arahnya ini kepada keikhlasan yang semua orang tidak bisa melakukannya. Mohon maaf dan juga koreksinya jika ada kekeliruan atau kesalahan karena keterbatasan dan kurangnya pemahaman ilmu yang saya miliki dalam merangkum, والله أعلم بالصواب اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ Barakallahu fikum… Jakarta, Jum’at, 19 Rajab 1444 AH/10 Februari 2023 Ahida Muhsin