Рет қаралды 39,384
Sal Priadi menciptakan Nyala bagaikan mengumpulkan luka yang dalamnya terasa sangat nyata. Entah patah hati macam apa yang Ia alami, tapi dengan hanya mendengarkan Nyala, saya ikut mengamini rasanya ‘ditikam patah hati’. Memang benar ternyata, retak nyawamu yang tak bersuara itu adalah bagian terlara dari menyikapi patah hati. Dengan ini, Sal benar-benar pintar mengoleksi diksi. Nyala api yang dipadamkan berkali-kali, cemburu yang dirayakan sendirian, hingga memberi tepuk tangan paling riuh untuk dia yang memilih menjauh. Tiga hal paling nyata untuk membuat luka itu kembali menganga, terisi ekspektasi, terbuai rayuan fiksi, hingga kau sadar bahwa semua luka terasa ketika kau sedang sayang-sayangnya.
Menyalakan kembali luka. Romansa yang ternyata tak hanya melahirkan bahagia. Lagu ini memilah dan menyajikan beragam kisah dari patah hati. Emosi yang tak hanya soal “bagaimana rasanya“, namun juga “bagaimana jika“. Menjadi jantungnya dan berhenti semaumu adalah satu hal di luar nalar, namun menggambarkan itu untuk rasa hampir mati ketika ditikam patah hati adalah kemungkinan yang masuk akal. Sebab rasa sakit yang kau beri semaumu kadang harus ku balas semauku.
Menyimak Nyala, saya menemukan patah hati paling serius. Ditulis dari rasa sakit yang tulus. Elegi patah hati yang dapat dengan mudah memanggil lagi kisah-kisah perihal hati yang pernah tersakiti. Atau mungkin menjadi pengiring jiwa-jiwa yang sedang terluka. Kita tak pernah tau letak persisnya di mana, luka itu muncul dari hati yang dalamnya tak bisa dikira-kira. Ibarat kata, tak ada luka secara pandangan mata. Namun rasanya tak bisa dipandang sebelah mata.
_
Temukan saya di lain sosial media!
/ adhabuyung
/ kiarakelana
/ adha-buyung
/ adhabuyung
Contact me thru email!
adhabuyung@gmail.com