Рет қаралды 29,257
Fahombo, Hombo Batu atau dalam bahasa Indonesia "Lompat Batu" adalah olahraga tradisional Suku Nias. Olahraga yang sebelumnya merupakan ritual pendewasaan Suku Nias ini banyak dilakukan di Pulau Nias dan menjadi objek wisata tradisional unik hingga kesohor ke berbagai penjuru dunia. Mereka harus melompati susunan bangunan batu setinggi 2 meter.
Latar belakang
Dalam budaya Nusantara zaman dahulu, belum ada keterlibatan latihan fisik layaknya olahraga modern. Suku asli Nusantara umumnya menghubungkan aktivitas fisik dengan praktik kesukuan; umumnya ritual, seni, kebugaran fisik dan bela diri. Tarian perang dan pertempuran ritual pada suku Nusantara menjadi contoh awal dari "ritualisasi" latihan fisik di Indonesia modern. Beberapa ritual suku asli Indonesia sangat mirip dengan olahraga, seperti tradisi fahombo Nias untuk ritual pendewasaan yang mirip dengan lompat gawang dan lompat jauh di atletik.
Batu yang harus dilompati dalam fahombo berbentuk seperti sebuah monumen piramida dengan permukaan atas datar. Tingginya tidak kurang dari 2 meter, dengan lebar 90 cm, dan panjang 60 cm. Pelompat tidak hanya harus melompati tumpukan batu tersebut, tetapi ia juga harus memiliki teknik untuk mendarat, karena jika dia mendarat dengan posisi yang salah, dapat menyebabkan cedera otot atau patah tulang.
Pada masa lampau, di atas papan batu bahkan ditutupi dengan paku dan bambu runcing, yang menunjukkan betapa seriusnya ritual ini di mata Suku Nias. Secara taktis dalam peperangan, tradisi fahombo ini juga berarti melatih prajurit muda untuk tangkas dan gesit dalam melompati dinding pertahanan musuh mereka, dengan obor di satu tangan dan pedang di malam hari.
=================
Sigale Gale atau Si Gale-Gale atau Sigalegale adalah sebuah patung kayu yang digunakan dalam pertunjukan tari saat ritual penguburan mayat suku Batak di Pulau Samosir, Sumatera Utara. Sigale Gale berasal dari kata “gale” artinya lemah, lesu, lunglai.
Sigale Gale cukup terkenal di kalangan para turis. Selama menari-nari, patung ini dikendalikan oleh seorang pemain dari belakang mirip boneka marionette menggunakan tali tersembunyi yang menghubungkan bagian-bagian patung melalui podium kayu berukir tempatnya berdiri. Hal ini memungkinkan bagian lengan, kepala dan tubuhnya digerakkan. Konon, jumlah tali yang menggerakkan Sigale gale sama dengan jumlah urat yang ada di tangan manusia.