Рет қаралды 82,306
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya, “Sesungguhnya kematian manusia maksudnya adalah keluarnya ruh dari jasad. Ketika dikuburkan apakah ruh kembali ke jasadnya atau kemana ia pergi? Jika ruh kembali ke jasad di kuburan, bagaimana hal itu?
Maka beliau menjawab, “Terdapat riwayat dari Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bahwa mayat ketika meninggal, maka ruhnya akan dikembalikan lagi kepadanya waktu di kuburnya. Dan ditanya tentang Tuhan, agama dan nabinya. Maka Allah kuatkan orang yang beriman dengan ucapan yang kuat di kehidupan dunia dan akhirat. Seraya orang mukmin mengatakan, “Tuhanku Allah, agamaku Islam dan nabiku Muhammad. Sementara orang kafir atau munafik, ketika ditanya dia menjawab, “Ha-ha-ha, saya tidak tahu, saya mendengar orang mengatakan sesuatu dan saya ikut mengatakannya.
Pengembalian ini -maksudnya pengembalian ruh ke badan dalam kubur- bukan seperti kejadian ruh manusia ke badannya di dunia, karena ia kehidupan barzah kita tidak mengetahui hakekatnya. Kita tidak diberi tahu tentang hakekatnya di kehidupan ini. Semua urusan gaib yang kita tidak diberitahu tentangnya, maka kewajiban kita terhadapnya adalah tawaquf (berhenti tidak perlu mendalami). Berdasarkan firman Allah ta’ala:
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْؤُولاً (سورة الإسراء: 36)
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)
(Fatawa Nurun ‘Ala Ad-Darbi’ karangan Syekh Utsaiin, 4/2, dengan penomoran syamilah)