Рет қаралды 599,445
Horja Bius merupakan elemen dasar dalam sistem kelembagaan masyarakat Toba. Sebuah tradisi orang parmalim yang menunjukan bahwa untuk menyelesaikan masalah orang Batak lebih mengedepankan musyawarah. Dimana raja bersama tetua adat berkumpul untuk mengatur tatanan pemerintahan dan spiritual pada satu kampung pada zaman dahulu.
Dalam Pagelaran pesta Horja Bius juga diadakan beberapa ritual, mulai dari Ulaon Hahomion, Tortor Tunggal Panaluan, Tortor Parsiarabu, Marjoting, Pajongjong Borotan, Makharikkiri Horbo dan ditutup dengan Mangalahat Horbo. Pada upacara ulaon hahomion ada dua kegiatan yang dilaksanakan yaitu, ziarah ke tambak (makam) dolok ompu raja sidabutar dan mangalopas tu mual natio. Ini merupakan sebuah upacara ritual penghormatan kepada roh-roh leluhur untuk memohon berkat perlindungan dan kelancaran dalam melaksanakan tahapan-tahapan upacara yang akan dilangsungkan.
Di Desa Tomok, Horja Bius kini menjadi salah satu event tahunan, yang merupakan bagian dari Horas Samosir Festival. Pagelaran ini dikemas dalam bentuk teater kolosal, merupakan modifikasi upacara yang pernah dilakukan oleh para leluhurnya. Pada masa dahulu upacara Horja Bius Tomok bersifat sakral sebagai upacara persembahan kepada leluhur Ompung Raja Sidabutar yang telah mendirikan kampung Tomok.
Orang Batak Toba memiliki pemahaman bahwa roh leluhur masih ada di sekitar mereka, orang Batak pun yakin roh itu mengawasi dan tetap menyertai keturunannya. Pemahaman seperti ini masih tertanam kuat pada mereka yang sangat memegang teguh budaya habatakon.
Ziarah ke tambak dolok Ompu Raja Sidabutar merupakan ritual pertama yang dilaksanakan. Pada ritual ini harus disiapkan sesajen sebagai persembahan kepada Raja Sidabutar yang terdiri dari satu Ekor yang telah dimasak dan dipotong sesuai potongan sendi tulang kambing, bagian kepala, leher, dada atau badan, pangkal paha bagian atas, paha bagian tengah kaki bagian depan dan belakang.
Juga disiapkan Ayam Putih Jantan, Ayam Jantan Merah, Sagu-sagu, Itak Nani Hopingan, Itak Gurgur, Assimun, Anggir pangurason dan Aek Naso ke mida matani ari. Semua sesajen yang telah disapkan itu di bawa di atas kepala oleh wanita berdarah Batak yang memakai pakaian adat Batak Toba yakni ulos.
Dengan iringan gondang sabangunan, arakan yang membawa sesajen pun berjalan dengan langkah kecil menuju makam Raja Sidabutar. Sesampainya di makam, aroma kemenyan yang telah dibakar pun menyambut, Aroma khas kemenyan dimaksudkan untuk mengundang kehadiran mahluk gaib atau kekuatan gaib untuk hadir dan menyatu dalam ritual yang dilaksanakan.
Usai meletakan sesajen di makam Raja Sidabutar, ritual pun berlanjut dengan mangalopas tu mual nation sebuah ritual untuk melepaskan ayam putih ke Danau Toba. Diiringi lantunan Gondang Siboru Saniang Naga Laut, arak arakan warga berjalan menuju bibir danau toba
Video : Tarmizi Khusairi dan Deddy CP
Teks : Parada Harahap