Рет қаралды 27,772
Mang dayat Episode 190
Belitang dibalik Transmigrasi atau Kolonisasi di Sumatera selatan yang Sukses menjadi Lumbung Beras
Mangcek Bicek kito kembali meneruskan mengenai sejarah kota belitang, setelah sebelumnyo di bagian pertamo mengenai muasal marga belitang, kali ini kito akam mengulas berkembangnyo kawasan belitang, belitang yang awalnyo memiliki penduduk paling sedikit kemudian menjelma jadi kawasan dengan penduduk terbanyak di kawasan ogan komering ulu, dak Cuma itu bae, kawasan belitang jugo menjadi lumbung padi di sumatera selatan, hal ini dak terlepas dari koloniasi oleh belando, atau lebih dikenal oleh masyarakat adalah transmigrasi, dalam catatan sejarah banyak hal yang terjadi dalam perkembangan belitang ini, cak mano ceritonyo? Peh kito bahas
Apo kabar mang cek bicek salam sedulur dari mang dayat, kalu kito jalan-jalan ke belitang sekarang ini, geliat pertumbuhan ekonomi nyo tejingok nian, perputaran ekonominyo tejingok hidup, daya beli masyarakatnyo tinggi, suasana nyo jugo sejuk, mungkin karno banyak air jadi uap air nyo tinggi, selain itu biso memanjakan mato jugo dengan menikmati suasana persawahan yang indah, dan yang terpenting mang dayat ngerasoke kawasan ini damai, Belitang pada masa kolonial belando iyolah penduduk yang paling sedikit, namun dalam sekejap berubah menjadi penduduk terbanyak di onder afdeling komering ulu, hal ini disebabkan adonyo kolonisasi atau yang lebih populer di wong kito adalah transmigrasi, sebenernyo apo dampak dari adonyo kolonisasi di daerah belitang ini?
Kalo kito jingok sekarang antara masyarakat pribumi dan transmigrasi hidup berdampingan dengan harmonis, mulai terjadi akulturasi dan asimilasi di kawasan ini, pertumbuhan ekonomi jadi tumbuh dengan pesat, hal ini disebabkan dengan adanya kolonisasi
namun menurut tokoh masyarakat yang mang dayat temui, diawal kolonisasi antara warga pribumi dan transmigrasi idak berbaur, namus saat ini berbeda, masyarat pribumi sudah berbaur dangan masyarat transmigrasi
Masyarakat belitang pada awalnyo idak terlalu banyak, hal ini jugo dipengaruhi dengan letak geografis dari belitang ini
Dari penduduk sedikit menjelma menjadi penduduk terbesar, awal muasal cerita Belitang ini dimulai pada masa kolonial belanda yang menerapkan politik etis pada tahun 1901 yang dikenal dengan trias van de penter yaitu pertama irigasi, kedua kolonisasi dan ketiga edukasi, untuk kawasan sumatera selatan, belitang merupakan penerapan kolonisasi di masa-masa akhir kolonial belanda, kolonisasi pertama si suamtera selatan adalah di lintang pagar alam pada tahun 1919, namun tidak berhasil, kemudian diulang kembali di lokasi yang sama pada tahun 1930an, namun kembali gagal, barula pada tahun 1936 dimulai kolonisasi di belitang
Belajar dari pengalaman kegagalan kolonisasi di lintang pagaralam, maka kolonisasi di belitang diimbangi dengan sistem irigasi dengan pembangunan bendungan komering yang merupakan bendungan terbesar di sumatera selatan , hal ini jugo menjadi daya tarik bagi warga transmigrasi, apalagi peruntukan kolonisasi ini membang menciptakan kawasan lumbung padi untuk mensuplai kawasan keresidenan Palembang, memang sebelum datangnya transmigrasi kawasan belitang sudah menjadi penghasil beras, namun sebelum adanya kolonisasi teknik penanaman berbeda dan juga luasan sawah tidak sebesar setelah kolonisasi
Pada masa inilah produksi besar-besar, selain adanya beras lokal, ada juga beras dari transmigrasi, sampe-sampe kolonial belanda membangun labotorium beras di belitang
Wajar bae kan kalo beras belitang ni lemak nian, sampe ado labolatorium dewek, selain dilengkapi fasilitas yang menunjang belitang ini diatur penataan dan managemen yang rapi, karno itula ado yang kito kenal dengan penomoran bk atau bendungan kombering
Belitang dari wilayah kecik yang kemudian menjelma menjadi kawasan yang maju, bahkan menghasilkan kota baru yaitu Gumawang
Mang Dayat Adalah Channel asli wong Palembang yang pertama kali mengangkat Dakwah, Sejarag, budaya dan Pariwisata kota Palembang khususnya dan sumatera Umumnya dengan khas menggunakan bahasa lokal Palembang sehari-hari, namun dikarenakan bahasa Palembang mudah dimengerti dan mirip dengan bahasa indonesia maka tetap dapat dinikmati masayarakat se Indonesia