Рет қаралды 1,291
#haisawit #news #bpdpks #beritaterkini #beritasawit #industrisawit
Jakarta, SAWIT INDONESIA - Kelapa sawit merupakan komoditas yang paling siap mendukung pencapaian Net Zero Emission (NZE) sektor industri tahun 2050. Sawit Indonesia Emas 2045 telah diarahkan untuk mengeliminasi emisi karbon pada industri sawit nasional.
Hal tersebut disampaikan Direktur Industri Hasil Laut dan Perkebunan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Setiadi Diarta dalam sambutannya mewakili Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika pada acara ‘2nd Technology and Talent Palm Oil Mill Indonesian (2nd TPOMI 2024). Acara tersebut diselenggarakan Media Perkebunan dan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia (P3PI) di Bandung, Kamis (18/7/2024.
“Kata kuncinya adalah pengembangan sektor industri yang berkelanjutan (sustainable) dan mampu tertelusur (treaceable) sebagai prasyarat penerimaan produk hilir kelapa sawit di pasar global,” ujarnya dalam acara itu.
Dia menambahkan, pihaknya mengapresiasi terselenggaranya acara Talent Palm Oil Mill Indonesian ini.
Selain itu, Kemenperin saat ini tengah menyusun Peta Jalan (Roadmap) Sawit Indonesia Emas 2045. Diharapkan pada tahun 2045 nanti, dapat tercapai postur industri kelapa sawit hulu hingga hilir yang berkelanjutan (sustainable) dan sejalan dengan ultimate goals pertumbuhan sektor industri yang mandiri, berdaulat, maju, berkeadilan, dan inklusif.
Dia menyebut industri ini tercatat menjadi tumpuan pencaharian bagi sekitar 4,2 juta orang, menghidupi sekitar 20,8 juta jiwa masyarakat Indonesia, hingga menyumbang devisa negara sekitar Rp450 Triliun per tahun, khususnya dari ekspor produk hilir bernilai tambah tinggi.
“Nilai ekonomi sektor kelapa sawit hulu - hilir nasional sendiri mencapai lebih dari Rp750 Triliun per tahun, setara dengan 3,5% Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional tahun 2023 yang mencapai Rp20.892 Triliun,” ungkapnya.
Di sisi lain, Setiadi, acara ini sangat strategis untuk keberlanjutan hilirisasi industri kelapa sawit nasional karena bagaimanapun juga industri hilir.
“Keberlanjutan hilirisasi industri kelapa sawit nasional membutuhkan kepastian pasokan bahan baku CPO/CPKO berkualitas dalam kuantitas yang memadai,” katanya.