Рет қаралды 10,888
#SAYYIDAHAISYAH #AISYAH
Ummul Mukminin Sayyidah Aisyah ra, adalah salah satu Istri terkasih Rasulullah SAW. Beliau memiliki sebutan Ummu Abdillah, dikenal dan digelari Ash-Shiddiqah yang memiliki arti “wanita yang membenarkan”. sebab kehebatannya dalam keilmuan Islam.
Sayyidah Aisyah ra. adalah putri dari Abu Bakar ash-Shiddiq ra. Sedang ibunya bernama Zainab, Akan tetapi lebih dikenal julukannya yaitu Ummu Ruman. Ayah dan ibunya merupakan orang terkemuka di kalangan masyarakat Arab saat itu dan keduanya berasal dari suku Quraisy.
Nasab dari jalur ayah adalah Sayyidah Aisyah binti Abi Bakar ash-Shiddiq bin Abi Quhafah Utsman bin ‘Amir bin Umar bin Ka’b bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’b bin Luay bin Fihr bin Malik. Nasab ayahnya bertemu dengan nasab Rasulullah saw. pada kakek ketujuh.
Sedangkan nasab dari jalur ibu, Sayyidah Aisyah binti Ummu Ruman binti ‘Amir bin‘Uwaimir bin ‘Abd Syams bin ‘Ittab bin Udzainah bin Subai’ bin Wahban bin Harits bin Ghunm bin Malik bin Kinanah. Nasab dari jalur ibunya ini bertemu dengan nasab Rasulullah saw. pada kakek kedua belas. Sayyidah Aisyah lahir pada tahun kesembilan sebelum hijriyah, bertepatan dengan tahun 614 M
Masa Kecilnya
Sayidah Aisyah merupakan wanita mulya yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Tak heran sampai hari banyak hadits Rasulullah yang sampai pada kita merupakan riwayat sayidah Aisyah. Tanda-tanda kejeniusan Sayyidah Aisyah sudah nampak sejak masih masa kanak-kanak.
Sayidah Aisyah mengingat dengan baik apa yang terjadi pada masa kecilnya, termasuk hadits-hadits yang didengarnya dari Rasulullah saw. Ia memahami hadits-hadits itu, meriwayatkannya, menarik kesimpulan darinya.
Tatkala Nabi berhijrah ke Madinah, Sayyidah Aisyah belum berumur delapan tahun, tetapi dia bisa memahami dan menghafal dengan baik berbagai peristiwa hijrah Nabi Muhammad dan hal-hal lain yang berhubungan dengan peristiwa tersebut. Tidak ada seorang sahabat pun yang menghafal peristiwa bersejarah tersebut yang lebih urut dan lengkap dibanding Sayyidah Aisyah.
Pernikahannya dengan Rasulullah SAW.
SayyidahAisyah merupakan istri ketiga Rasulullah yang dinikahi setelah wafatnya Sayyidah Khadijah. Pernikahan tersebut dilangsungkan di Makkah di usianya yang ke 6 tahun. Akan tetapi Sayyidah Aisyah hidup serumah dengan Rasulullah ketika ia berusia 9 tahun pada bulan Syawwal delapan belas bulan setelah hijrahnya Rasulullah saw. di Madinah.
Hadist mengenai hal ini diriwayatkan dalam kitab Bukhari dan Muslim.
Kehidupan rumah tangga Rasulullah saw. dengan Sayyidah Sayyidah Aisyah ra. adalah kehidupan yang sederhana dan jauh sekali dari kenikmatan-kenikmatan yang bersifat duniawi. Berikut penuturan Sayyidah Aisyah mengenai hal itu: “Keluarga Rasulullah saw. tidak pernah memakan roti gandum beserta lauknya selama tiga hari berturut-turut hingga beliau meninggal dunia.”(HR. Bukhari, Muslim, Nasa’i, dan Ibnu Majah)
Pernah selama sebulan keluarga Rasulullah saw. tidak membuat roti dan tidak pula memasak dalam periuk.” “Keluarga Rasulullah saw. hanya hidup dengan mengkonsumsi kurma dan air.” (HR. Bukhari dan Ahmad)
Rumah yang didiami Rasulullah saw. bersama Sayyidah Aisyah bukanlah sebuah istana yang besar dan megah. Rumah yang beliau tempati bersama para istri beliau lebih tepat dikatakan sebagai kamar-kamar atau ruangan-ruangan kecil di perkampungan Bani Najjar, di sekeliling masjid Nabawi. Diantara kamar-kamar itu, ada kamar milik Sayyidah Aisyah. Luas kamar Sayyidah Aisyah kira-kira enam atau tujuh hasta. Dindingnya terbuat dari tanah liat. Atap yang terbuat dari pelepah daun kurma dan sangat rendah sehingga setiap orang yang berdiri dapat menyentuhnya.
Kesaksian akan kehidupan Rasulullah saw. yang sangat sederhana dan menggambarkan sifat beliau yang zuhud.
Demikianlah Sayyidah Aisyah menjalani kehidupan pernikahan dengan Rasulullah saw. dalam kesederhanaan dan kekurangan. Bahkan dikisahkan ketika sepeninggal Rasulullah saw., apabila ia sedang makan dengan menu yang cukup, maka ia menitikkan air mata. Ketika ditanya hal ini, ia berkata bahwa dirinya teringat akan Rasulullah yang tidak pernah makan dengan kecukupan seperti ini.
Pendidikan akan kesederhanaan yang diberikan oleh Rasulullah tersebut menancap kuat dalam diri Sayyidah Aisyah ra. Sebab itu, tidak heran bila kita melihat sosok Sayyidah Aisyah tumbuh menjadi wanita yang berkepribadian tangguh, qana’ah, ahli syukur, zuhud serta rendah hati.
Sayyidah Aisyah ra. wafat di masa kepemimpinan Muawiyah pada malam Selasa, tanggal 17 Ramadhan, tahun 58 Hijriyah, dalam usia 67 tahun. Malam itu juga dimakamkan di Baqi’ setelah shalat witir.