Рет қаралды 416
Etu atau Ritual Tinju Adat merupakan salah satu kekayaan adat dan budaya yang menjadi tradisi serta kearifan lokal, masyarakat Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dalam bahasa Nagekeo, ritual adat sering disebut dengan nama Buku Gua.
Buku Gua sendiri dapat diartikan sebagai tata cara dalam sebuah upacara keramat yang dilakukan oleh masyarakat adat. Hal ini ditandai dengan waktu, tempat, alat-alat dan juga orang-orang yang terlibat dalam upacara tersebut.
Setiap ritual mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Tujuan ritual pada umumnya adalah mendapat berkat atau rezeki dari setiap usaha yang akan dikerjakan.
Salah satu ritual adat dalam budaya Nagekeo ialah Tinju Adat, yang dalam bahasa daerah disebut dengan ” Etu “.
Ritual Etu adalah sebuah acara tinju adat yang dilakukan secara turun temurun setiap tahun, sebagai simbol rasa syukur atas panen yang di peroleh.
Tinju atau Etu sendiri biasanya dilakukan kaum laki-laki masyarakat adat di Kabupaten Nagekeo, khususnya di kampung Natalea. Upacara ini telah lama dilakukan oleh masyarakat setempat sebagai tradisi yang diselenggarakan secara turun temurun dari nenek moyang.
Ritual Tinju Adat, bukan sekedar ingin menunjukan sikap balas dendam setiap individu melainkan, tinju hanya bagian dari pengorbanan, yang ditandai dengan darah yang keluar dari tubuh sebagai simbol dari kesuburan.
Ada makna yang lebih dari upacara ini yakni mengajak generasi berikutnya untuk semakin mempererat persaudaraan atau kebersamaan, dengan sikap konsistensi, dan saling menghargai dengan harapan agar dapat membentuk karakter setiap orang.
Ritual Etu biasanya dilakukan di tempat terbuka, misalnya di tengah kampung. Areanya sangat luas sehingga bisa memberikan ruang gerak yang bebas kepada dua petarung dan beberapa orang yang menjaga kedua petarung ini. Ada semacam pembatas arena pertarungan sehingga para penonton tidak bisa melewatinya.
Ritual Etu Biasanya akan dihadiri oleh beberapa orang dari kampung yang berbeda. Para petarung juga tidak hanya dari kampung yang mengadakan ritual tetapi juga dari kampung lain. Biasanya para petarung harus mempunyai usia dan kemampuan fisik yang sama. Anak muda biasanya menjadi yang paling sering bertarung dalam ritual ini. Selain berpartisipasi dalam ritual, biasanya pencarian jati diri menjadi salah satu alasan sehingga banyak anak muda yang bertarung dalam ritual ini. @sagaone549