Рет қаралды 63
Made Taro and his son, I Gede Tarmada, present The Raincaller Song, a traditional Balinese tale. At the time this video was made, Made Taro was 84 years old and still actively sharing stories about nature and humanity. On June 15, 1979, he founded Sanggar Kukuruyuk, and the children in this video are the current members of the workshop. The Sanggar is still active today, with Tarmada carrying on the legacy, nurturing the next generation to preserve this rich tradition.
___
In 2024, we continue to collaborate with them. Made Taro and Tarmada never tire of working together. Always present, always ready, always delivering. The elder’s stories are paired with the traditional games led by the younger generation.
In this story, Made Taro tells the Raincaller Song, while Tarmada accompanies the storytelling with traditional music. Once the story is finished, Tarmada often closes with a traditional Balinese game: kelik-kelikan. For them, preserving Balinese culture is second nature-almost like a hobby.
"Please, just a drop of water, we the frogs are thirsty. The frogs are dying from hunger. Please, just a drop of water."
The frog in the story pleads for rain from the divine, from the universe, because it is thirsty and cannot drink. There has been no rain for several days, and drought is everywhere. The frog can only take shelter under a tree and rest.
I Gede Tarmada passed away on November 27, 2024. We continue to honor his memory through this video. Rest in peace, Tarmada.
*
Made Taro bersama anaknya, I Gede Tarmada membawakan Dongeng Nyanyian Pemanggil Hujan. Saat video ini dibuat beliau berusia 84 tahun dan masih aktif mendongeng tentang isu alam dan manusianya. Pada 15 Juni 1979 silam dia mendirikan Sanggar Kukuruyuk, dan anak-anak dalam video ini adalah para anggota sanggar tersebut pada generasi saat ini. Sanggar ini masih aktif sampa hari ini, Tarmada meneruskannya, merawat anak-anak untuk melestarikan semua itu.
___
Di tahun 2024 ini, kami banyak berkolaborasi dengan mereka. Made Taro bersama dengan Tarmada tidak pernah lelah dalam kolaborasi. Selalu iya, selalu ada, selalu bisa. Dongeng dari sang pekak (kakek), berkolaborasi dengan permainan tradisional yang selalu dibawakan oleh sang anak.
Made Taro mendongeng nyanyian pemanggil hujan, sementara Tarmada mengiringi dongeng dan nyanyiannya, menghiasi melalui lantunan musik tradisional. Usai dongeng, Tarmada biasa menutupnya dengan permainan tradisional Bali: kelik-kelikan. Bagi mereka, melestarikan kebudayaan Bali sudah seperti kebiasaan, seperti hobi.
"Mohon setetes air, kami kodok-kodok haus. Kodok-kodok mati karena kelaparan. Tolong, setetes air saja."
Sang kodok dalam dongeng meminta hujan pada Tuhan, pada alam semesta. Dia haus, dia tak bisa minum.
Tidak ada hujan dalam beberapa hari, dan kekeringan di mana-mana. Dia hanya berteduh di bawah pohon, beristirahat.
I Gede Tarmada berpulang pada 27 November 2024. Kami masih ingin mengenang yang berpulang lewat video ini. Selamat menyaksikan.
Follow us :
Instagram: idep_foundation
Facebook: IDEP Foundation
LinkedIn: IDEP Foundation
Twitter: idepfoundation
Visit us at idepfoundation....