CHRISYE, Anak Pegangsaan Yang Jadi Legenda

#selebritis #sejarah #videoviral
KETIKA Christian Rahadi berusia enam tahun, mereka pindah ke jalan Pegangsaan Timur, Menteng, Jakarta Pusat, dan bertetangga dengan keluarga Saidi Hasjim Nasution.
Ada Rayendra, Zulham, Gauri, Keenan, Odink dan Debbie Nasution. Karena kedekatan usia, Christian lebih akrab dengan Gauri, sejak SD. Mereka sering bermain layang-layang dan badminton.
Persentuhan dengan keluarga Nasution yang berdomisili di jalan Pegangsaan Timur 12-A, rupanya merupakan jalan Tuhan bagi Christian remaja memasuki dunia musik.
Pertengahan tahun enam puluhan, Nasution Bersaudara membentuk band bernama Sabda Nada. Gauri Nasution mengajak Christian bergabung sebagai pemetik bass gitar menggantikan Edi Oddek yang sakit.
Sejak itu, keberuntungan demi keberuntungan menghampiri Christian. Bersama band Sabda Nada, Christian tampil di berbagai acara pernikahan dan ulang tahun. Secara tetap, Sabda Nada tampil di Mini Disko, jalan Juanda. Di samping bermain bass, Christian sesekali didaulat menyanyi.
Sabda Nada kemudian berganti nama menjadi Gipsy pada tahun 1969. Sejak itu, Christian menggunakan nama pangung Chrisye. Karena jadwal Gipsy begitu padat, akhirnya Chrisye mundur dari UKI, dan pindah ke Akademi Pariwisata Trisakti.
Ketika Gipsy mendapat tawaran manggung di Ramayana Restaurant, New York, Christian tidak langsung ikut. Ia baru bergabung pertengahan tahun hingga akhir 1973.
Pulang dari New York, Gauri Nasution memperkenalkan Chrisye kepada Guruh Soekarnoputra. Nasution Bersaudara saat itu sedang merancang proyek musik bersama Guruh. Chrisye dilibatkan, antara lain sebagai pencipta lagu.
Pertengahan 1975 Chrisye sempat kembali ke New York, kali ini bersama The Pro’s. Namun ia harus kembali ke Jakarta, karena adiknya Vicky meninggal dunia akibat infeksi lambung.
Sejak kematian adiknya, Chrisye sempat dirundung kesedihan, dan vakum bermusik untuk beberapa saat.
Namun keberuntungan lagi-lagi menghampiri Chrisye. Nasution Bersaudara melibatkan Chrisye pada proyek musik bersama Guruh Soekarnoputra. Pada proyek Guruh Gipsy ini, Chrisye didaulat membawakan sejumlah lagu.
Album Guruh Gipsy rilis tahun 1976, dan meledak. Tahun 1977, Sys NS menawarkan Chrisye membawakan lagu Lilin-lilin Kecil karya James F. Sundah, salah satu pemenang pada ajang LCLR Prambors.
Dunia terkesima ketika Chrisye melantunkan Lilin-lilin Kecil. Sejak itu orang lebih mengenal Chrisye sebagai penyanyi. Begitu seterusnya hingga akhir perjalanan karier Chrisye, hingga ia dijuluki legenda.
Perkenalannya dengan Guruh Soekarnoputra, mempertautkan tali asmaranya kepada sosok bernama Gusti Firoza Damayanti Noor. Gadis berdarah Dayak dan Minang ini, biasa disapa Yanti.
Setahun kemudian, 1982, Chrisye-Yanti memutuskan untuk menikah. Pernikahan berlangsung pada 12 Desember 1982. Sebelum itu, Chrisye sudah lebih dulu masuk Islam, dan mengganti namanya menjadi Chrismansyah Rahadi.
Lahir sebagai Christian Rahadi pada 16 September 1949 di Jakarta, dan meninggal dunia sebagai Chrismansyah Rahadi pada pada 30 Maret 2007, di Jakarta.
Chrisye sangat beruntung bertemu dan berteman dengan Gauri Nasution. Namun ia jauh lebih beruntung karena memiliki orangtua yang sangat mendukung, dan memfasilitasinya hingga menjadi legenda.
Chrisye lahir dari pasangan super istimewa. Ayahandanya bernama Laurens Rahadi berdarah Betawi-Cina yang lahir pada tanggal 14 Juli 1918 di Jakarta. Sementara ibunya, Hanna, keturunan Sunda-Cina yang lahir di Bogor pada 26 Agustus tahun 1923.

[@BadmintonGames07]

Mantap, sejarahnya lengkap sekali

[@MasAlvinAja]

Berproses jadi penyanyi alm Chrisye tidak lh mudah, dikarenakan orang tua tidak setuju anaknya berprofesi jadi penyanyi karena penghasilan penyanyi pd jaman itu tidak bisa membiayai keluarga,Dan alm juga berkata "terkenal bukan berarti kaya"

[@agusalhusain6483]

Hadir Juni 2024.