Punten, numpang ngacapruk, Bah.🙏 4 model dalam tipologi kajian turats tsb menjadi semacam sekuel kisah perdebatan epistimologis sejak masa klasik antara rasionalisme dg empirisne/positivisme. Bagi positivisme (basis epistimologi kaum revisionis) misal, kesahihan/integritas penutur (acuan validasi dlm tradisi hadis) saja tidak cukup utk memvalidasi sebuah kebenaran di masa lalu, harus terkonfirmasi oleh bukti empirik/kuantitatif lain sbgmn dlm tradisi keilmuan modernisme. Seketat apapun misal, kriteria sanad yg ditentukan dlm ilmu hadis tetap gak dianggap, meski kriteria2 tsb sebenarnya sdh rasional; padahal kriteria2 sanad disusun berdasarkan rasionalisasi. Harus diakui, epistimologi positivisme dg metode ilmiahnya terbukti telah sukses membawa kemajuan fisik peradaban. Mungkin itu jadi alasan knp mereka lantas memposisikan kebenaran ilmiah sbg tolok ukur kebenaran, imam kebenaran, termasuk utk kajian turats. Kebenaran lain harus makmum. Kemaruk, ya Bah.