FASE GERAK SFC & HPTLC KELOMPOK 4 KELAS A

  Рет қаралды 204

Rinaldi Idroes

Rinaldi Idroes

Күн бұрын

Пікірлер: 45
@zurratulrahmah2553
@zurratulrahmah2553 8 күн бұрын
Assalamualaikum wr.wb. Perkenalkan saya Zurratul Rahmah (2208103010035) dari kelompok 7 kelas A. Izin bertanya, dalam pemilihan fase gerak HPTLC, bagaimana karakteristik polaritas larutan mempengaruhi hasil resolusi senyawa? Terimakasih🙏
@alyaputrizulaikha759
@alyaputrizulaikha759 8 күн бұрын
wa’alaikumussalam, terimakasih zurratul atas pertanyaannya, saya Alya Putri Zulaikha, izin menjawab yaa, dalam pemilihan fase gerak HPTLC, karakteristik polaritas larutan memiliki peran penting dalam menentukan kualitas resolusi senyawa pada pelat kromatografi. Polaritas fase gerak akan memengaruhi seberapa kuat interaksi antara senyawa dengan fase diam dan fase gerak. Jika fase gerak bersifat lebih polar, senyawa polar cenderung bergerak lebih cepat karena interaksi dengan fase diam (seperti silika gel) yang juga bersifat polar menjadi lebih lemah, sementara senyawa non-polar akan tertahan lebih lama. Sebaliknya, jika fase gerak non-polar, senyawa non-polar akan lebih mudah bergerak, sedangkan senyawa polar akan tertahan lebih kuat pada fase diam karena interaksi polar yang dominan. Acharya, B. (2023). Chemical Fingerprints of Medicinal Plants - HPTLC Profiling. Bentham Science Publishers. sekian jawaban dari saya, terimakasih 🙏🏻
@zurratulrahmah2553
@zurratulrahmah2553 8 күн бұрын
@@alyaputrizulaikha759 terimakasi alya atas jawabannya🤗🙏
@ElviraYusanti
@ElviraYusanti 8 күн бұрын
Assalamu'alaikum. Perkenalkan saya Elvira Yusanti (2208103010053) dari kelompok 7 kelas A. Izin bertanya, apakah untuk kerapatan dari SFC sendiri tergolong rendah atau tinggi?
@SriLestari-sc2dy
@SriLestari-sc2dy 8 күн бұрын
waalaikumussalam, terimakasih atas pertanyaannya elvira. Saya Sri Lestari (2208103010027) dari kelompok 4A akan bantu menjawab pertanyaan dari Elvira ya. Nah jadi dalam Kromatografi Cair Superkritis (SFC), kerapatan fase gerak nya itu tergolong tinggi jika dibandingkan dengan gas biasa. Hal ini karena CO₂ yang biasanya digunakan dalam SFC berada dalam kondisi superkritis, di mana ia memiliki sifat campuran antara gas dan cair, dengan kerapatan yang lebih tinggi daripada gas biasa namun lebih rendah daripada cairan. Kerapatan ini itu dapat disesuaikan dengan mengubah suhu dan tekanan, memberikan fleksibilitas dalam pemisahan komponen sampel. Oleh karena itu, dalam kondisi superkritis, fase gerak CO₂ memiliki kerapatan yang lebih tinggi daripada gas pada suhu dan tekanan biasa, tetapi tetap lebih rendah dibandingkan dengan cairan. Secara keseluruhan dapat disimpulkan, SFC memiliki kerapatan fase gerak yang lebih tinggi daripada gas biasa, tetapi lebih rendah daripada cairan. terimakasih, semoga bermanfaat yaa sumber: Suhanda, H. (n.d.). Kromatografi Fluida Superkritis (SFC). Diakses dari file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._KIMIA/196611151991011-HOKCU_SUHANDA/KULIAH_KIMIA_INSTRUMEN/KROMATOGRAFI_SFC.pdf
@NadiaRahmah-k1u
@NadiaRahmah-k1u 8 күн бұрын
Assalamualaikum wr..wb.. Perkenalkan saya Nadia Rahmah (2208103010051) dari kelompok 5 A, Izin bertanya, berdasarkan video yang dipaparkan tersebut terdapat pernyataan bahwa pada prinsip SFC fase geraknya adalah fluida superkritis, apa yang dimaksud fluida superkritis?
@SriLestari-sc2dy
@SriLestari-sc2dy 8 күн бұрын
Waalaikumsalam, terimakasih atas pertanyaannya Nadia, saya Sri Lestari (2208103010027) dari kelompok 4A akan membantu menjawab pertanyaan dari Nadia Fluida superkritis adalah suatu zat yang memiliki sifat pertengahan antara cair dan gas dan terjadi bila suatu zat berada di atas titik kritis. Fluida superkritis memiliki sifat fisika yaitu kelarutan, difusivitas, dan densitas yang tinggi serta viskositas rendah. Jika kita menaikkan suhu diatas suhu titik superkritisnya maka fluida cair dan gas dapat diubah menjadi fluida superkritis. Sumber : kzbin.info/www/bejne/r4ndomaaj9mBrrssi=nevVeN4msm8J OyJL Sekian, terimakasih. semoga bermanfaat
@NadiaRahmah-k1u
@NadiaRahmah-k1u 8 күн бұрын
@@SriLestari-sc2dy terimakasih sri🤗
@talitha-j6u
@talitha-j6u 8 күн бұрын
Assalamualaikum, perkenalkan saya Talitha Aufa Nabilah dengan NPM 2208103010059 dari kelompok 9 kelas A. Izin bertanya kepada kelompok 4. Berdasarkan paparan kelompok 4, dalam pelaksanaan analisis menggunakan Sistem Flow Cytometry (SFC), terdapat berbagai parameter operasional yang sangat krusial untuk dikendalikan demi memastikan kualitas dan akurasi hasil yang diperoleh. Apa saja parameter operasional kritis yang harus dikontrol dalam SFC? Selain itu, bagaimana masing-masing parameter tersebut dapat mempengaruhi keakuratan dan kualitas hasil analisis yang dihasilkan?
@Nadya-aja18
@Nadya-aja18 8 күн бұрын
waalaikumsalam, saya Nadya dengan npm 2208103010019 dari kelompok 4, terimakasi atas pertanyaan nya dan saya izin menjawab pertanyaan dari Talitha, jawabannya adalah terdapat beberapa parameter operasional kritis dalam SFC yaitu: 1. Tekanan: Tekanan tinggi menjaga fluida dalam keadaan superkritis. Fluktuasi tekanan dapat memengaruhi viskositas fluida dan, pada akhirnya, waktu retensi. 2. Temperatur: Suhu memengaruhi kepadatan dan solvasi fluida superkritis. Perubahan suhu dapat memengaruhi kekuatan elusi. 3. Laju alir: Laju alir berpengaruh pada waktu retensi dan efisiensi pemisahan. 4. Komposisi fase gerak (modifier): Penambahan metanol atau etanol sebagai modifier meningkatkan polaritas fase gerak sehingga memengaruhi interaksi analit dengan fase diam. jawaban ini merujuk pada sumber : Berger, T. A. (1998). "Supercritical Fluid Chromatography: Advances and Applications in Pharmaceutical Analysis." Academic Press.
@talitha-j6u
@talitha-j6u 8 күн бұрын
@@Nadya-aja18 terimakasih nadya atas jawabannya🙏🏻🤗
@Nafilahsiregar05
@Nafilahsiregar05 8 күн бұрын
Assalamualaikum, saya Nafilah Siregar (2208103010009) dari kelompok 8A, izin bertanya kepada kelompok 4A. Bagaimana pengoptimasian suhu dan kelembapan dalam chamber dapat memengaruhi hasil pemisahan pada pelat HPTLC? Terima Kasih
@alyaputrizulaikha759
@alyaputrizulaikha759 8 күн бұрын
wa’alaikumussalam, baik terimakasih atas pertanyaannya, Nafilah. Saya Alya Putri Zulaikha dari kelompok 4A, izin menjawab yaa, optimasi suhu dan kelembapan dalam chamber HPTLC sangat penting untuk memastikan hasil pemisahan yang optimal dan reprodusibel. Suhu memengaruhi laju evaporasi fase gerak serta interaksi senyawa dengan fase diam pada pelat kromatografi. Apabila suhu terlalu tinggi, fase gerak dapat menguap lebih cepat, menyebabkan pola migrasi yang tidak seragam dan resolusi pemisahan yang menurun. Sebaliknya, kelembapan berpengaruh besar pada sorben seperti silika gel yang sensitif terhadap kadar air. Kelembapan yang rendah dapat mempercepat migrasi fase gerak, sedangkan kelembapan tinggi dapat memperlambatnya, menyebabkan pemisahan tidak efisien. Oleh karena itu, sangat penting untuk menjaga suhu dan kelembapan pada kondisi optimal, seperti melalui saturasi chamber sebelum analisis, memastikan migrasi fase gerak yang konsisten sehingga dapat dilakukan pemisahan senyawa yang lebih baik. Gope, E. R., et al. (2024). A Review of Principles, Applications, and Recent Developments in HPTLC and HPLC. Journal of Pharma Insights and Research, 2(6), 056-064. sekian, terimakasih 🙏🏻
@sucifathin1519
@sucifathin1519 8 күн бұрын
Assalamualaikum, saya Suci Fathin Akhina (2208103010031) dari kelompok 9A, izin bertanya kepada kelompok 4A, Secara khusus, bagaimana kontrol aliran fluida superkritis harus dipertimbangkan dalam SFC, dan bagaimana hal ini mempengaruhi selektivitas?
@Nadya-aja18
@Nadya-aja18 8 күн бұрын
waalaikumsalam, saya Nadya dengan npm 2208103010019 dari kelompok 4, terimakasih atas pertanyaannya dan saya izin menjawab pertanyaan dari Suci, jawabannya adalah laju alir fluida superkritis (Supercritical Fluid Chromatography, SFC) sangat memengaruhi resolusi pemisahan. Laju alir yang terlalu tinggi dapat menyebabkan waktu kontak antara analit dan fase diam menjadi lebih singkat, sehingga pemisahan tidak sempurna. Sebaliknya, laju alir yang terlalu rendah dapat memperpanjang waktu analisis. Pengaturan laju alir harus disesuaikan agar mencapai keseimbangan antara efisiensi waktu dan resolusi pemisahan. jawaban ini merujuk pada sumber : Lesellier, E., & Tchapla, A. (2002). "Properties of the stationary phase in subcritical and supercritical fluid chromatography." Journal of Chromatography A, 974(1-2), 51-62.
@ElviaRosalinda
@ElviaRosalinda 8 күн бұрын
Assalamualaikum, perkenalkan saya Elvia Rosalinda dengan npm (2208103010022) dari kelompok 9 kelas A, izin bertanya kepada kelompok 4. berdasarkan materi yang di bahas pada video, Bagaimana suhu dan tekanan kritis memengaruhi mekanisme kerja SFC? Berikan penjelasan terkait dampaknya pada interaksi senyawa dengan fase stasioner.
@alyaputrizulaikha759
@alyaputrizulaikha759 8 күн бұрын
wa’alaikumussalam, terimakasih elvia atas pertanyaannya, saya Alya Putri Zulaikha perwakilan dari kelompok 4, izin menjawab ya, suhu dan tekanan kritis sangat memengaruhi mekanisme kerja SFC karena menentukan kondisi fluida superkritis, yang memiliki sifat antara gas dan cairan. Pada suhu dan tekanan di atas titik kritis, fluida superkritis (seperti CO₂) mempunyai densitas yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kemampuan pelarutnya. Peningkatan suhu cenderung menurunkan densitas fluida superkritis, sehingga menurunkan kemampuan pelarutnya dan meningkatkan interaksi senyawa dengan fase stasioner, yang memperlambat waktu retensi. Sebaliknya, peningkatan tekanan akan meningkatkan densitas fluida, memperkuat kemampuan pelarut, dan mengurangi interaksi senyawa dengan fase stasioner, sehingga senyawa terelusi lebih cepat. sekian jawaban dari saya, terimakasih 🙏🏻
@jaradraff
@jaradraff 8 күн бұрын
Assalamualaikum, perkenalkan saya Syajara Tuddur (2208103010065) dari kelompok 9A izin bertanya kepada kelompok 4 mengenai materi yang kalian jelaskan ada sedikit yang saya kurang mengerti. Apa yang akan terjadi jika dalam proses pemisahan menggunakan HPTLC, sampel gagal tertahan pada fase diam dan tidak larut dalam fase gerak? Bagaimana hal ini mempengaruhi efektivitas proses pemisahan secara keseluruhan, dan apa dampaknya untuk hasil akhir analisis?
@SriLestari-sc2dy
@SriLestari-sc2dy 8 күн бұрын
waalaikumussalam, terimakasih atas pertanyaannya Tuddur, saya sri lestari (2208103010027) dari kelompok 4A akan membantu menjawab pertanyaan dari Tuddur Jika sampel tidak tertahan pada fase diam, maka sampel akan bergerak terlalu cepat mengikuti fase gerak. Hal ini menyebabkan tidak ada interaksi yang cukup antara sampel dan fase diam, sehingga pemisahan tidak terjadi. Sebaliknya, jika sampel tidak larut dalam fase gerak, sampel akan tetap berada di garis awal dan tidak bergerak sama sekali. Kondisi ini menghambat proses pemisahan karena sampel tidak terbawa oleh fase gerak. Oleh karena itu, interaksi antara sampel dengan fase diam serta kelarutan sampel dalam fase gerak harus seimbang agar pemisahan dalam HPTLC dapat berlangsung optimal. terimakasih, semoga bermanfaat sumber: Nugroho, S., & Rahmawati, F. (2021). Evaluasi Penggunaan KLTKT dengan Fase Diam Silika Gel dan Fase Gerak Etanol-Asam Asetat. Jurnal Farmasi Higea, 9(1), 45-52.
@jaradraff
@jaradraff 8 күн бұрын
​@@SriLestari-sc2dy terimakasih atas jawabannya sangat membantuu
@Aera_aneksa
@Aera_aneksa 8 күн бұрын
Assamualaikum wr.wb . Perkenalkan saya Mujibatul Husna(2208103010005) dari kelompok 8 A, izin bertanya, Mengapa sifat antara gas dan cair pada fluida superkritis penting dalam meningkatkan efisiensi pemisahan senyawa pada SFC? Jelaskan dengan mengaitkan sifat fisikokimia CO₂ sebagai fase gerak.
@alyaputrizulaikha759
@alyaputrizulaikha759 8 күн бұрын
Wa’alaikumussalam, terimakasih Muji atas pertanyaannya, saya Alya Putri Zulaikha dari kelompok 4A, izin menjawab yaa, fluida superkritis seperti karbon dioksida (CO₂) memiliki sifat unik yang berada di antara gas dan cairan, yang sangat penting dalam meningkatkan efisiensi pemisahan senyawa pada SFC. Dalam kondisi superkritis, CO₂ memiliki densitas yang mirip dengan cairan, memungkinkan kemampuan pelarut yang baik untuk melarutkan berbagai senyawa. Selain itu, viskositasnya yang rendah dan difusivitas yang tinggi, menyerupai gas, memungkinkan aliran yang lebih cepat dan transfer massa yang efisien melalui kolom kromatografi. Hartmann, A., & Markus, G. (2015). Supercritical Fluid Chromatography - Theoretical Background and Applications on Natural Products. Planta Med, Vol. 81, 1570-1581. sekian jawaban dari saya, terimakasih 🙏🏻
@ElvizaWandika
@ElvizaWandika 8 күн бұрын
Assalamuailkum wr.wb saya Elviza Wandika (2208103010049) dari kelompok 3A, izin bertanya apakah komposisifase gerak HPLTLC menentukan pemisahan dari suatu zat? terimakasih
@SriLestari-sc2dy
@SriLestari-sc2dy 8 күн бұрын
Walaikumsalam terimakasih atas pertanyaannya Elviza, saya Sri lestari (2208103010027) akan membantu menjawab pertanyaan dari Elviza Komposisi fase gerak HPTLC dapat menentukan pemisahan suatu zat di mana seringkali komposisi yang tidak tepat memberikan hasil yang buruk walaupun sebenarnya kombinasi fase gerak yang digunakan sudah benar. Sumber: ( Aulia, S. S., & Muchtaridi, M. (2016). Terimakasih, semoga bermanfaat
@syifaomaira4651
@syifaomaira4651 8 күн бұрын
Assamualaikum wr.wb, Perkenalkan saya Syifa Omaira (2208103010025) dari kelompok 2 A, izin bertanya. Bagaimana pengaruh sifat fisik sorben pada pelat HPTLC terhadap efektivitas pemisahan senyawa? Terimakasih 🙏🏼
@Nadya-aja18
@Nadya-aja18 8 күн бұрын
waalaikumsalam, saya Nadya dengan npm 2208103010019 dari kelompok 4, terimakasih atas pertanyaannya dan saya izin menjawab pertanyaan dari Syifa, jawaban: Sifat fisik sorben pada pelat HPTLC (High-Performance Thin-Layer Chromatography) memiliki peran penting dalam menentukan kualitas pemisahan senyawa. Sorben yang biasa digunakan adalah silika gel, aluminium oksida, atau material lain dengan sifat tertentu. Beberapa sifat fisik sorben yang memengaruhi efektivitas pemisahan meliputi: 1. Ukuran Partikel Sorben • Pengaruh: Partikel yang lebih kecil menghasilkan luas permukaan yang lebih besar, sehingga interaksi antara senyawa analit dan sorben meningkat. Ini menyebabkan pemisahan yang lebih baik dan resolusi yang lebih tinggi. • Implikasi: Sorben dengan ukuran partikel yang lebih kecil (misalnya 5-10 µm) memberikan efisiensi pemisahan yang lebih baik dibandingkan partikel yang lebih besar (20-40 µm). 2. Porositas Sorben • Pengaruh: Porositas mengacu pada jumlah dan ukuran pori pada sorben. Poros yang besar memungkinkan senyawa lebih mudah masuk ke dalam sorben, sementara poros yang kecil membatasi penetrasi senyawa. • Implikasi: Pori-pori besar meningkatkan kapasitas muat analit dan memungkinkan analit yang lebih besar (molekul besar) terelusi lebih efektif. Namun, porositas yang terlalu tinggi dapat mengurangi interaksi permukaan, sehingga mengurangi waktu retensi. 3. Luas Permukaan Sorben • Pengaruh: Semakin luas permukaan sorben, semakin besar area kontak dengan analit, yang meningkatkan interaksi sorben-analit. • Implikasi: Pelat HPTLC dengan luas permukaan tinggi (seperti silika dengan luas permukaan 500-600 m²/g) memberikan lebih banyak situs aktif untuk interaksi, sehingga menghasilkan pemisahan yang lebih baik. 4. Kekasaran Permukaan Sorben • Pengaruh: Kekasaran permukaan sorben menciptakan situs aktif tambahan yang memungkinkan senyawa analit teradsorpsi lebih kuat. • Implikasi: Kekasaran yang tinggi memungkinkan ikatan hidrogen atau interaksi van der Waals yang lebih kuat, yang memperpanjang waktu retensi senyawa tertentu, terutama senyawa polar. 5. Kepolaran Sorben • Pengaruh: Sorben seperti silika gel bersifat polar, sehingga akan berinteraksi lebih kuat dengan senyawa polar melalui ikatan hidrogen dan interaksi dipol. • Implikasi: Senyawa polar akan tertahan lebih lama pada sorben polar, sedangkan senyawa non-polar akan terelusi lebih cepat. Oleh karena itu, sorben polar (silika) cocok untuk pemisahan senyawa polar. Jawaban ini merujuk pada sumber: Sherma, J., & Fried, B. (2003). "Handbook of Thin Layer Chromatography." CRC Press. Wagner, H., & Bladt, S. (1996). "Plant Drug Analysis: A Thin Layer Chromatography Atlas." Springer-Verlag. terimakasih🙏
@azzamunadhiefa2091
@azzamunadhiefa2091 8 күн бұрын
Assalamualaikum Wr.Wb. Saya Azza Munadhiefa Zain dengan NPM (2208103010011) dari kelompok 8 kelas A. Izin bertanya kepada kelompok 4, tolong jelaskan mekanisme pemisahan senyawa dalam SFC berdasarkan perbedaan waktu retensi. Dan apa yang mempengaruhi waktu retensi suatu senyawa dalam kolom SFC? Terimakasih🙏🏻
@Nadya-aja18
@Nadya-aja18 8 күн бұрын
waalaikumsalam, saya Nadya dengan npm 2208103010019 dari kelompok 4, terimakasih atas pertanyaannya dan saya izin menjawab pertanyaan dari Azza, jawaban: Mekanisme pemisahan dalam SFC mirip dengan kromatografi fase normal (Normal Phase Chromatography, NPC). Pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan interaksi antara senyawa analit dengan fase diam dan fase gerak. 1. Fase Diam: Fase diam dalam SFC umumnya bersifat polar, seperti silika (SiO₂) atau fase diam termodifikasi (misalnya, fase C18 atau fase amino). Senyawa polar akan berinteraksi lebih kuat dengan fase diam polar melalui ikatan hidrogen, interaksi dipol, atau interaksi elektrostatik. 2. Fase Gerak: Fase gerak utama dalam SFC adalah karbon dioksida (CO₂) dalam kondisi superkritis (tekanan tinggi dan suhu di atas titik kritis CO₂). Karena CO₂ bersifat non-polar, untuk memisahkan senyawa polar, ditambahkan modifier (seperti metanol, etanol, atau asetonitril) ke fase gerak. Modifier meningkatkan kelarutan senyawa polar dalam fase gerak. 3. Mekanisme Pemisahan: • Interaksi Fase Diam-Analit: Senyawa dengan polaritas tinggi akan lebih kuat teradsorpsi ke fase diam, sehingga waktu retensinya lebih lama. Sebaliknya, senyawa non-polar akan lebih cepat terelusi. • Interaksi Fase Gerak-Analit: CO₂ superkritis memiliki sifat mirip gas (difusivitas tinggi) dan cairan (densitas tinggi), sehingga dapat melarutkan berbagai senyawa. Penambahan modifier memungkinkan senyawa polar juga dapat terelusi. • Pengendalian Tekanan dan Suhu: Dengan mengatur tekanan dan suhu, kepadatan CO₂ dapat diatur sehingga kekuatan elusi dapat dikendalikan. Tekanan tinggi meningkatkan densitas CO₂, memungkinkan lebih banyak analit terelusi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi waktu retensi yaitu: • Polaritas senyawa: Senyawa polar cenderung lebih lama terelusi karena interaksi yang lebih kuat dengan fase diam polar. • Kerapatan fluida superkritis: Dipengaruhi oleh tekanan dan suhu, yang mengatur kemampuan solvasi fluida. • Komposisi fase gerak: Penambahan modifier (misalnya, metanol) dapat meningkatkan elusi senyawa polar. Jawaban ini merujuk pada sumber: Lesellier, E., & West, C. (2015). "The many faces of packed column supercritical fluid chromatography - A critical review." Journal of Chromatography A, 1382, 2-46.
@azzamunadhiefa2091
@azzamunadhiefa2091 8 күн бұрын
​@@Nadya-aja18terimakasih banyak Nadya atas jawabannya🙏🏻🤗
@fadyanirmala6522
@fadyanirmala6522 8 күн бұрын
Assalamualaikum, perkenalkan saya Fadya Nirmala (2208103010001) dari Kelompok 8A, izin bertanya kepada kelompok 4, bagaimana pengaruh jenis fase gerak terhadap mekanisme pemisahan dalam HPTLC? Serta berikan contoh pengaturan fase gerak untuk senyawa polar dan non-polar. Terima kasih sebelumnya
@Nadya-aja18
@Nadya-aja18 8 күн бұрын
waalaikumsalam, saya Nadya dengan npm 2208103010019 dari kelompok 4, terimakasih atas pertanyaannya dan saya izin menjawab pertanyaan dari Fadya, jawaban: Dalam High-Performance Thin-Layer Chromatography (HPTLC), fase gerak (pelarut atau campuran pelarut) berperan penting dalam mengontrol interaksi antara senyawa analit, fase diam (sorben), dan fase gerak itu sendiri. Pemisahan senyawa terjadi melalui mekanisme partisi dan adsorpsi, di mana jenis fase gerak memengaruhi kekuatan elusi, waktu retensi, dan kualitas pemisahan. 1. Pengaruh Jenis Fase Gerak • Polaritas Fase Gerak: Fase gerak polar (misalnya, metanol, etanol, atau air) digunakan untuk memisahkan senyawa polar, sedangkan fase gerak non-polar (misalnya, n-heksana, toluena) digunakan untuk memisahkan senyawa non-polar. • Komposisi Fase Gerak: Penggunaan campuran pelarut dengan perbandingan tertentu memungkinkan kontrol kekuatan elusi. Perbandingan pelarut yang berbeda dapat memengaruhi migrasi senyawa dan meningkatkan resolusi pemisahan. • Interaksi dengan Fase Diam: Sorben pada pelat HPTLC, seperti silika gel, bersifat polar. Jika fase gerak bersifat polar, maka senyawa polar akan lebih cepat terelusi karena interaksinya dengan sorben berkurang. Sebaliknya, senyawa non-polar akan tertahan lebih lama di fase diam. 2. Pengaturan Fase Gerak untuk Senyawa Polar Untuk senyawa polar, fase gerak yang lebih polar digunakan agar interaksi senyawa dengan sorben (silika) berkurang, sehingga senyawa cepat terelusi. Contoh fase gerak: Metanol:Air (70:30) atau Etanol:Air (80:20). Contoh senyawa: Flavonoid, asam amino, dan senyawa fenolik. 3. Pengaturan Fase Gerak untuk Senyawa Non-Polar Untuk senyawa non-polar, fase gerak non-polar digunakan agar senyawa dapat bergerak lebih cepat dan tidak terlalu kuat teradsorpsi oleh fase diam. Contoh fase gerak: n-Heksana:Etanol (90:10) atau n-Heksana:Etil Asetat (70:30). Contoh senyawa: Minyak esensial, terpenoid, dan lipid. Jawaban ini merujuk pada sumber: Wagner, H., & Bladt, S. (1996). "Plant Drug Analysis: A Thin Layer Chromatography Atlas." Springer-Verlag. Sherma, J., & Fried, B. (2003). "Handbook of Thin Layer Chromatography." CRC Press. terimakasih🙏
Detektor GC dan HPLC KELOMPOK 5 KELAS A
16:23
Rinaldi Idroes
Рет қаралды 141
Try this prank with your friends 😂 @karina-kola
00:18
Andrey Grechka
Рет қаралды 9 МЛН
黑天使被操控了#short #angel #clown
00:40
Super Beauty team
Рет қаралды 61 МЛН
Гениальное изобретение из обычного стаканчика!
00:31
Лютая физика | Олимпиадная физика
Рет қаралды 4,8 МЛН
Fase Gerak SFC & HPTLC/TLC Kelompok 4 kelas B
19:05
Rinaldi Idroes
Рет қаралды 106
LIVE: Anugerah Cerpen Kompas
1:09:03
Harian Kompas
Рет қаралды 3,6 М.
Perusahaan Aguan Mau IPO, Simak Prospek & Valuasi CBDK!
14:46
CNBC Indonesia
Рет қаралды 6 М.
Try this prank with your friends 😂 @karina-kola
00:18
Andrey Grechka
Рет қаралды 9 МЛН