GEREBEG MOBIL #3: TOYOTA TRANSMOVER

[@zen3441]

Josss lanjut saudara saudara. Tip dan trik gendongan ke poll, Dari bawah ke atas😊😊

[@ekonurcahyanto3665]

Mantaap

[@hardisuwi4542]

Sangat bermanfaat...

[@renprass9843]

Bener banget kalo kredit lama lama akan jadi milik kita, anggap aja kita sewa tapi lama lama jadi punya kita

[@papahdarrel2790]

Setuju

[@MumuhMumuh-n1e]

Kupas tuntas grab car premium bang kapan2...

[@papahdarrel2790]

Noted!

[@bobcrispianza7419]

12:07PART 2 “Lho, Ma, kok di sini?" Pertanyaan sambutan suaminya saat Mesya dan anak bungsunya tiba-tiba datang di kantor suaminya. Mesya mendapati gelagat Franco yang gugup dan tak tenang. Sesuai dugaan Mesya, di dalam ruang kerja suaminya ada wanita yang setengah bulan lalu dikirim fotonya oleh seorang temannya, di foto ... wanita itu bergandengan tangan dengan suaminya di pusat per be lan jaan yang jauh dari te m pat tinggalnya, tapi memang di dalam ruangan, wanita itu tak sendiri, ada seorang anggota suaminya dan satu lagi mungkin rekan dari wanita itu. “Maaf, Pa, kalau ngeganggu, tapi ini tadi di sekolah Nada, gurunya minta persetujuan kedua orang tua untuk bersedia Nada ikut kegiatan luar sekolah,” bo ho ng Mesya sambil mengeluarkan kertas dalam amplop yang isinya ia susun sendiri melalui laptopnya dan print masukkan dalam amplop seolah-olah itu dari sekolah Nada, putri kedua mereka. Mesya tak takut kalau kebo ho ngannya akan ketahuan suaminya, ia yakin sekali suaminya yang sedang m a b u k asmara pada wanita lain pasti sudah tak terlalu peduli dengan keluarga sendiri dan tak mungkin meng e cek sedetailnya ke sekolah. “Kan bisa di rumah, Ma.” “Iya, Pa. Saya pikir juga gitu, tapi ini Nada ngambek nggak mau sekolah, sekarang masih di rumah. Dia mau ditan da tangani dulu baru berani ke sekolah karena teman-temannya semua sudah ngumpulin surat per nya ta an.” “Ya sudah, sini, sini.” Franco buru-buru mengambil pena. Lalu si bungsu─Andy yang baru berusia tiga tahun─berusaha cari perhatian ke papanya, sayangnya Franco hanya membalas elusan formalitas ke kepala Andy. Mesya berusaha menahan diri di ruangan itu. Ia berusaha tersenyum. “Ini siapa?” tanya Mesya basa-basi sambil tetap menyunggingkan senyum. Tampak Franco terkejut dan wanita bersetelan kantoran dengan b e lahan r o k yang tinggi itu juga gugup, tapi ia tak mau kegugupannya terlihat dan segera mengulurkan tangan. “Saya Diffa, Bu. Rekanan Pak Franco.” “Oh, ya. Saya Mesya,” balas ramah Mesya. Mesya tahu kalau suaminya memang punya banyak rekanan karena bagian kedinasan suaminya berkaitan dengan izin-izin p r o yek perbaikan kapal-kapal. Sudah sejak lama ia waswas karena suaminya banyak bertemu sekretaris dari rekanan-rekanan PT yang bekerja sama, dan para wanita yang mewakili PT itu tidak sedikit me n ja ja kan pemandangan p a h a m u l u s berharap agar kerja samanya m u l u s pula. Mesya sekilas memerhatikan. Wanita ini pasti pakai parfum ber kelas, dari ujung kaki sampai ujung rambut semua bau salon, hmm, bulu mata tanam, sulam alis, sulam bibir. Dibandingkan denganku, yang hanya pakai make up sekadarnya karena waktu berdandan tidak memungkinkan, anak-anakku akan terlambat sekolah kalau aku dandan kelamaan. Sedih sekali hati Mesya. Ia merasa Franco lupa kalau Mesya sampai tak terawat seperti ini tak lain karena setiap hari disibukkan mengurus anak-anak Franco. “Sudah, Ma.” Franco menyerahkan selembar kertas itu ke istrinya lalu Mesya berpamitan. “Ma, nggak bisa Papa antar, ya. Masih ada kerjaan.” “Iya, nggak apa-apa.” Lalu Mesya menoleh ke Diffa. “Mari, Mbak Diffa.” “Iya, Bu,” balas Diffa wanita yang sepuluh tahun lebih muda dari Mesya itu. Sekeluarnya Mesya dari ruangan suaminya, hati Mesya pedih mengetahui selingkuhan Franco secara fisik demikian dan Franco lupa bahwa Mesya bukan tak cantik, tapi kecantikan Mesya memudar karena lelahnya 15 tahun mengurus rumah tangga dan itu bukan waktu yang sebentar. Sekuat hati Mesya menahan air matanya, tatapannya setengah kosong, menjalani hidup nyaris tak bersemangat lagi, tetapi ia berusaha bersemangat mengingat ketiga anaknya masih membutuhkan sosok dirinya sebagai ibu. “Ma, permen Andy ketinggalan di meja Papa.” “Nanti Mama beliin lagi, Nak.” “Nggak mau, mau yang itu.” “Ya udah, Andy duduk di sini dulu, ya.” Mesya meninggalkan Andy duduk di bangku dekat pos penjagaan. “Pak, titip anak saya sebentar.” “Baik, Bu,” jawab prajurit muda yang berjaga di pos penjagaan. Sengaja Mesya tak membawa serta Andy ke ruangan papanya karena jaraknya cukup jauh, ia ingin jalan cepat. Namun, saat beberapa senti dari pintu yang tak sepenuhnya menutup di mana terlihat hanya tinggal berdua saja suaminya dan Diffania, Mesya mendengar obrolan mereka. “Istrimu kelihatan lebih tua dari kamu, ya, Mas.” Franco tertawa kecil. “Padahal tua aku loh.” “Iya mungkin kamu yang awet muda Mas, masih g a ga h ya cocoknya ama yang seger-seger seperti aku,” goda Diffa. Tubuh Mesya ber g e tar, ia mengepalkan kedua tangan, berusaha menguatkan diri untuk tidak me la b rak Diffa. Mesya memilih pergi. “Sekarang bukan saat yang tepat!” Bersambung Judul: DRAMA Penulis: bunga_btp Baca lengkap di 👇 read.kbm.id/book/detail/8b7e0efc-d7bb-4f1f-1647-9b8c35b34c8d?af=fc272346-ee8b-9f21-f524-6a79d0924bd3