Рет қаралды 1,934
@haurastudio412
HAJI BATIN; KETIKA HATI BERJUMPA ILAHI
Pernahkah kamu membayangkan, di tengah hiruk pikuk kehidupan, ada sebuah perjalanan yang mampu mengubah seluruh arah hidupmu, mengangkatmu dari dunia yang fana ke alam keabadian yang hakiki? Melaksanakan ibadah haji, perjalanan sakral yang tidak hanya mengunjungi Ka'bah di Makkah, melainkan juga menyucikan jiwa, membersihkan hati, dan menuntun insan menuju cinta yang murni kepada Allah.
Ibadah haji menurut syariat mengajarkan kita untuk meninggalkan segala belenggu dunia. Langkah pertama adalah mengenakan ihram, dua helai kain tak berjahit yang melambangkan pelepasan diri dari segala ikatan duniawi. Dengan ihram, seseorang seolah-olah melepaskan identitas duniawinya, menyatakan bahwa yang tersisa hanyalah keinginan untuk mendekat kepada Allah. Kemudian, dengan wuduk yang suci, ia memasuki Makkah dalam keadaan bersih, siap untuk melaksanakan setiap tuntunan dengan hati yang tulus.
Setelah tiba di Makkah, perjalanan dimulai dengan tawaf, mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali sebagai tanda penyerahan diri sepenuhnya kepada Sang Pencipta. Setiap putaran mengajarkan bahwa kehidupan itu berputar pada satu pusat, yaitu Allah. Lalu, dengan lari-lari kecil dari Safa ke Marwah sebanyak tujuh kali, seseorang belajar untuk meniti perjalanan yang penuh liku, menolak kemewahan dunia yang menggoda, dan berserah pada rahmat Ilahi.
Di Padang Arafah, di bawah terik matahari yang menyinari langit, hamba menghabiskan waktu dengan penuh keikhlasan, menengadah kepada Allah sambil memohon ampun dan rahmat. Suasana di sana adalah momen yang sangat sakral, di mana setiap jiwa disucikan dan diresapi dengan kehadiran-Nya. Malam pun tiba di Muzdalifah, tempat di mana setiap hamba merasakan kedekatan dengan-Nya, seolah-olah waktu terhenti sejenak untuk membiarkan hati menyatu dengan Tuhannya.
Kemudian, di Mina, pelaksanaan kurban menjadi lambang pengorbanan, pengabdian yang tulus kepada Allah. Sedangkan meminum air Zamzam yang suci adalah tanda bahwa setiap kebutuhan duniawi telah digantikan oleh anugerah Ilahi. Di antara semua ritual ini, shalat dua rakaat yang dilakukan di dekat tempat Nabi Ibrahim a.s. berdiri mengingatkan kita bahwa sejarah dan keabadian bersatu dalam satu titik, menghubungkan masa lalu, sekarang, dan masa depan.
Sungguh, ibadah haji bukan sekadar serangkaian ritual, melainkan perjalanan rohani yang mengajarkan betapa pentingnya penyerahan total kepada Allah. Semua aktivitas keduniaan yang selama ini kita kejar akan terasa ringan, bahkan hilang, ketika hati telah terfokus pada akhirat. Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah, ayat 196:
"Sempurnakan hajji dan umrah kerana Allah."
Setelah menyelesaikan rangkaian ibadah haji, banyak hubungan duniawi yang sempat ditegur dan dihindari kembali. Sebagai tanda selesainya ibadah haji, seseorang melakukan tawaf terakhir sebelum kembali kepada kehidupan harian, menandakan bahwa segala aktivitas duniawi telah disingkirkan sementara, agar jiwa tetap terikat pada keabadian.
Ganjaran bagi mereka yang menjalankan ibadah haji dengan penuh keikhlasan dinyatakan Allah dalam surah Al-'Imran, ayat 97:
"Dan barangsiapa masuk ke dalamnya amanlah ia, dan kerana Allah (wajib) atas manusia pergi ke rumah itu bagi yang berkuasa ke sana."
Orang yang sempurna ibadat hajjinya mendapatkan jaminan keselamatan dari azab neraka, sebuah balasan yang tak ternilai bagi setiap pengorbanan. Namun, perjalanan haji, terutama haji kerohanian, menuntut persiapan yang luar biasa. Langkah pertama adalah mencari seorang juru pandu, seorang pembimbing rohani yang bijaksana dan dicintai, yang akan menuntun setiap langkah menuju keabadian. Guru inilah yang akan membekali hamba dengan segala keperluan untuk mengerjakan haji kerohanian, mempersiapkan hati agar layak menerima cahaya dari Allah. Selanjutnya, seseorang harus menyiapkan hatinya dengan mengucapkan kalimah tauhid, “La ilaha illa Llah,” dengan penuh penghayatan. Setiap kali kalimah itu terucap, hati menjadi lebih jernih dan suci, perlahan-lahan membuka ruang untuk menyambut cahaya Ilahi.
#syekhabdulqodirjaelani #nasehat #tasawuf #doa #dzikir #futuhulghaib #syekh #sirrulasror #kajianislam #sirrulasror