Рет қаралды 357,348
Download Aplikasi Berita TribunX di PlayStore atau AppStore Untuk Dapatkan Pengalaman Baru
Hasto Kristiyanto memutarkan rekaman terkait dugaan paspampres yang menurunkan bendera PDIP ketika Jokowi ke Gunung Kidul. Hasto memutarkan rekaman tersebut saat konferensi pers di kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Kamis (1/2/2024).
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto memutar sebuah rekaman percakapan Ketua DPC PDIP Kabupaten Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih terkait upaya penurunan bendera PDIP saat Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Gunung Kidul Yogyakarta.
Hasto memutar rekaman percakapan itu saat menggelar konferensi pers di kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (1/2/2024).
Dalam rekaman itu, Endah menyampaikan kondisi Kabupaten Gunungkidul, DIY, yang mencekam ketika Jokowi datang. Mobil tank dan mobil Brimob lalu-lalang
Endah mengaku saat itu dimarahi dua orang yang mengaku Paspamres untuk menurunkan bendera.
Endah menanyakan mengapa Jokowi sampai takut dengan bendera PDIP. Dia didatangi oleh dua Paspampres dan diminta untuk menurunkan bendera PDIP.
Menurut Endah, alasan Paspampres ialah ingin mengamankan Presiden Jokowi.
Endah menyampaikan perjalanan Jokowi dari Yogyakarta sampai Gunungkidul sangat panjang. Di sisi lain, bendera PDIP yang sudah terpasang mencapai 3 ribu.
Dia juga menanyakan apakah sedemikian takutnya Jokowi dengan bendera PDIP. Dia menegaskan, Jokowi menjadi presiden juga atas perjuangan PDIP yang benderanya berkibar di seluruh Indonesia.
Endah justru mempertanyakan bendera Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang diizinkan berkibar.
Hasto menyampaikan, rekaman ini beredar luas di media sosial. Dia menambahkan, Pemilu 2024 bukan persoalan Ganjar-Mahfud atau PDIP, tetapi kedaulatan rakyat.
Hasto menyampaikan kondisi inilah yang terjadi di Gunungkidul menjelang Jokowi berkunjung.
Namun, terjadi pengerahan aparatur negara, bahkan menggunakan mobil-mobil yang menunjukkan negara sepertinya dalam keadaan genting.
editor : ica