Рет қаралды 116
Ustadz Indra Saputra Malin Mudo menyampaikan kajian kitab Iyqozhul Himam fi Syahril Hikam di Mushalla Al-Munawwarah, Ahad 3 Rabi’ul Akhir 1446/ 6 Oktober 2024 tentang hikmah ke-dua dan ke-tiga; makam tajrid-asbab dan tidak bisa menembus dinding takdir.
Berikut rangkuman 10 poin penting dari kajian tersebut:
1. Dalam kehidupan, ada dua makam yang dihadapi oleh seorang hamba, yaitu makam tajrid (melepas diri dari usaha duniawi) dan makam asbab (bergantung pada sebab-sebab duniawi). Seperti kisah Imam Syafi'i dan Imam Malik, di mana Imam Malik percaya bahwa rezeki datang tanpa usaha, sedangkan Imam Syafi'i berpendapat bahwa usaha diperlukan untuk mendapatkan rezeki. Selain itu, contoh makam tajrid pada diri Siti Maryam yang mendapatkan rezeki langsung dari Allah di mihrabnya tanpa usaha.
2. Tajrid dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tajrid zahir (luar), batin (dalam), dan lahir-batin (gabungan keduanya). Seseorang yang secara penampilan terlihat meninggalkan duniawi namun batinnya masih terikat pada dunia, disebut sebagai pendusta atau munafik. Sedang seorang yang secara batin tidak tergantung pada makhluk, meskipun secara lahiriah masih berusaha, memiliki keyakinan bahwa rezeki datang dari Allah merupakan tajrid batin. Dan orang yang sepenuhnya meninggalkan usaha duniawi dan hanya fokus pada ibadah, berada di makam tajrid lahir dan batin, biasanya adalah para ulama besar yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk agama.
3. Keinginan seseorang untuk pindah ke makam tajrid meskipun Allah menempatkannya di makam asbab adalah bentuk dari syahwat tersembunyi. Bahkan mukjizat pun telah ditentukan oleh takdir Allah, sehingga segala sesuatu tidak terlepas dari ketentuan-Nya. Ketika seseorang berada di makam _asbab_, ia harus menerima dan ridha dengan ketentuan Allah, serta tidak iri pada orang lain yang berada di makam _tajrid_.
4. Seorang hamba bisa saja berpindah dari makam asbab ke tajrid atau sebaliknya, tergantung pada kehendak Allah. Maka penting untuk memahami apakah kita berada dalam posisi tajrid atau _asbab_. Walaupun seseorang berada di makam _asbab_, secara batin tetap harus bergantung kepada Allah, bukan pada usahanya sendiri.
5. Semangat dan usaha manusia tidak dapat menembus dinding takdir yang sudah ditentukan oleh Allah. Semua doa dan usaha tunduk pada ketentuan-Nya. Dalam berdoa, seseorang harus menyadari bahwa Allah bisa mengabulkan, menunda, atau mengganti doa dengan yang lebih baik, termasuk menyelamatkan dari bencana. Apapun hasil dari usaha atau doa, seseorang harus menyerahkan sepenuhnya kepada Allah dengan rasa rela dan tawakal.
6. Murid yang benar adalah yang yakin sepenuhnya kepada Allah, meskipun fokusnya berada pada dunia atau proyek tertentu, tetap tidak melupakan kehadiran Allah.
7. Berdoa meminta afiah berarti memohon kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan dalam segala hal, baik di dunia maupun akhirat.
8. Allah akan memberikan kekuatan pada doa seorang hamba yang benar-benar patuh dan tunduk kepada-Nya, sehingga doa tersebut bisa lebih tajam dan terkabul.
9. Takdir adalah ilmu Allah, dan segala sesuatu yang terjadi adalah berdasarkan pengetahuan Allah. Kita hanya bisa berusaha sesuai dengan syariat, namun hasilnya tetap berada di tangan Allah. Untuk menenangkan qalbu dan mengingatkan bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak lazimkan zikir seperti "La haula wala quwwata illa billah".
10. Ilmu tasawuf adalah tentang pembersihan qalbu, dan setiap ilmu yang dipelajari akan diuji oleh Allah untuk mengangkat derajat atau menggugurkan dosa yang harus diterima dengan keikhlasan. Ujub dan kibir (kesombongan) adalah penyakit qalbu yang harus dihindari, terutama bagi mereka yang berusaha di jalan agama. Manusia diberi kebebasan untuk memilih jalan takwa atau fujur, dan Allah memberikan ilham kepada mereka untuk memilih yang baik.