Рет қаралды 955
#hisabhakiki #wujudulhilal #muhammadiyah
Hisab Hakiki Wujudul Hilal merupakan salah satu metode yang digunakan dalam menentukan awal bulan Qomariyah, selain metode Rukyatul Hilal, Imkan Rukyat. Hisab Hakiki Wujudul Hilal merupakan metode yang digunakan oleh persyarikatan Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan qomariyah.
Dalam video ini, akan kami bahas secara singkat pencetus atau pelopor dalam penggunaan metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal dalam persyarikatann muhammadiyah seperti yang kami sarikan dari artikel muhammadiyah dot or dot ai di. Berikut selengkapnya
Dalam penentuan awal bulan Qomariyah, hingga kini Muhammadiyah menggunakan metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal. Di antara banyak tokoh ahli falak Muhammadiyah, satu nama muncul sebagai pelopor yang memperkenalkan metode ini di lingkungan Persyarikatan, yaitu Wardan Diponingrat.
Lahir di Kampung Kauman, Yogyakarta, pada Jumat, 19 Mei 1911, dan meninggal dunia di Yogyakarta pada 3 Februari 1991, Wardan telah menjadi pionir dalam memperkenalkan metode hisab hakiki wujudul hilal yang hingga kini menjadi standar dalam Muhammadiyah untuk menentukan awal bulan Qomariyah.
Sejak tahun 1960, Wardan aktif sebagai anggota Majelis Tarjih. Berkat keahliannya dalam ilmu agama, khususnya di bidang falak, pada Muktamar Muhammadiyah ke-35 tahun 1962 di Jakarta, ia dipercaya menjadi ketua Majelis Tarjih tingkat pusat. Selama 22 tahun, dari 1963 hingga 1985, Wardan dengan dedikasi tinggi mengabdikan dirinya di Majelis Tarjih, di mana ia memiliki ruang untuk mengaplikasikan temuannya dalam bidang astronomis.
Menurut Wardan bahwa penentuan awal bulan Qomariyah seharusnya berdasarkan pada perhitungan posisi faktual matahari, bulan, dan bumi, dikenal sebagai hisab hakiki. Artinya, metode hisab hakiki dilakukan dengan memperhatikan gerak sesungguhnya Bulan di langit, sehingga awal dan akhir bulan Qomariyah mengacu pada posisi sebenarnya Bulan di langit.
Dalam metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal, awal bulan Qomariyah dianggap dimulai ketika tanggal 29 bulan berjalan, dan pada saat matahari terbenam, tiga syarat harus terpenuhi secara bersamaan. Syarat-syarat tersebut melibatkan: 1) terjadinya ijtimak antara bulan dan matahari; 2) Ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam; 3) dan posisi bulan berada di atas ufuk atau belum terbenam pada saat matahari terbenam.
Dengan kriteria tersebut, hilal dianggap sudah terlihat jika matahari terbenam lebih awal daripada terbenamnya bulan, meskipun perbedaannya hanya kurang dari satu menit. Jika salah satu dari tiga kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka bulan berjalan genap menjadi tiga puluh hari, dan awal bulan baru akan dimulai pada hari berikutnya.
Seiring dengan sifat progresif Muhammadiyah sebagai organisasi yang dinamis, konsep Wujudul Hilal terus dievaluasi secara teknis dan penggunaan data yang sesuai dengan tuntutan zaman. Penggunaan Kalender Islam Global ke depan sebagai upaya pengembangan Wujudul Hilal.
Demikian sejarah singkat pencetus atau pelopor dalam penggunaan metode Hisab Hakiki Wujudul Hilal dalam persyarikatann muhammadiyah, semoga informasi ini bermanfaat. Jika anda punya pendapat lain atau ingin menambahkan silahkan koment di kolom komentar. Terimakasih