Рет қаралды 24,106
(WA’EL) MASJID TERTUA DI TARIM
Masjid ini adalah masjid tertua yang ada di kota Tarim, didirikan oleh seorang Tabi’in imam Ahman bin Abad bin Bisyir al-anshori al-aushi pada tahun 43 hijriyah.
Masjid ini memiliki beberapa nama diantaranya: Masjid Khutaba’, Masjid Anshor, Masjid Wa’el atau disebut juga dengan masjid Maula Wa’el. Adapun pemberian nama Wa’el ini karena dulu pernah ada Renovasi yang dilakukan oleh Syekh Ali bin Muhammad yang terkenal dengan Shohib Wa’el atau Maula Wa’el (Tuannya desa Wa’el) sehingga disebut dengan Masjid Wa’el.
Masjid Wa’el sampai sekarang masih mempertahankan bentuk arsitektur kunonya, yaitu dengan model bangunan dari tanah liat, tetapi sebenarnya telah terjadi beberapakali pemugaran dan peruasan di masjid ini, diantaranya:
1. Pemugaran pertama dilakukan oleh Syaikh umar bin Abdurrohman Bamisbah pada tahun 916 H. dengan membuat menara dan pintu bagian timur.
2. Pemugaran kedua pleh Syaikh Ahmad bin Abu Bakar Al-khotib pada tahun 1300 H.
3. Setelah 47 tahun dilakukan Pemugaran lagi oleh Syekh Ali bin Abdurrohman Al-khotib pada tahun 1347 H. beliau juga pendiri masjid Anwar di Tarim.
4. Pemugaran terakhr oleh Syaikh Umar bin Abdudllah Al-khotib pada tahun 1410 H. yang di biayai oleh Syaikh Umar bin Abdullah bin Ahmad Al-khotib yang meninggal di Singapura tahun 1418 H. Dengan diarsiteki oleh Syekh Awad Khomis Dabban, dan dibantu oleh Syekh Ubaid Said Basyakhmah, adapun sumurnya di bangun Oleh Syekh Ubaid Mubarok Breik.
Dalam kitab (ad-Dalil al-Qowim) disebutkan bahwa di masjid ini dulu pernah ada menaranya hampir setinggi dengan menara di masjid al-Muhdhor, tetapi sekarang sudah tidak ada lagi.
Hingga saat ini di masjid ini untuk menentukan masuknya waktu shalat dhuhur dan ashar masih menggunakan alat kuno yang disebut dengan Mizwalah, yaitu alat untuk mengukur tinggi bayangan apakah sudah masuk waktu dzuhur dan ashar atau belum.
Di sini juga pernah digunakan untuk sholat Jum’at sebelum dibangun masjid Jami tarim, dan setelah dibangun masjid Jami’ masjid Wa’el tidak lagi digunakan untuk sholat jumat, tetapi setelahnya pernah juga digunakan untuk sholat jumat selama 9 bulan pada masa-masa perang melawan golongan khowarij di Tarim.
Diantara keistimewaan masjid ini dari dulu banyak Ulama’ Salafus Sholih yang tidak pernah absen mengikuti acara khotem Qur’an Romadhon di masjid ini, dengan tujuan mendapatkan buka puasa disana, sebagai Tabarukan karena apa yang dimakan sudah jelas dan yakin kehalannya, sebab kurma yang dihidangkan untuk takjil buka puasa ditanam sendiri oleh beliau Syeikh Ahmad bin Abad bin Bisyir, bahkan sampai sekarang tunas-tunas baru dari pohon kurmanya masih ada.
Adapun biografi singkat belliau, namanya adalah Syaikh Ahmad bin Abad bin Bisyir, beliau seorang pembesar Tabi’in yang ayahnya meninggal terbunuh ketika beliau masih dalam kandungan ibunya, kemudian dibesarkan oleh paman-pamannya dari keluarga ba-Isa setelah beranjak dewasa beliau mencari ilmu kemudian menikah dengan seorang gadis dari keluarga Kabdah dan dikaruniai seorang anak namanya sualiman, setelah menikah beliau diberikan kelapangan rizki oleh Allah sehingga bisa membangun masjid Wa’el tersebut.
Syekh Ahmad meninggal di usia 70 tahun dan dimakamkan dipemakaman furaith depan pemakaman zambal, disebelah makam ibunya dan paman-pamannya dari keluarga ba-’Isa, dekat dengan makam Syekh Ali bin Mas’ud Al-khotib, tetapi sekarang makam beliau sudah tidak ada bekasnya karena termakan usia.