Intisari Tafsir al-Baidhawi (1): Biografi Penulis dan Corak Tafsir

TAFSIR AL-BAIDHAWI: GERBANG DUNIA TAFSIR
Dikala ingin memahami firman Allah subhanahu wa ta’ala, namun belum sanggup hanyut dalam kitab tafsir dengan ketebalan belasan bahkan puluhan jilid, tapi juga masih merasa haus ketika mengkaji tafsir ringkas semacam Tafsir Jalalain yang penuh berkah dan manfaat tersebut, maka mungkin Tafsir al-Baidhawi sebagai sebuah kitab tafsir menengah bisa memenuhi harapan kita.
Anwâr at-Tanzîl wa Asrâr at-Ta’wîl adalah judul asli Tafsir al-Baidhawi ini, ditulis oleh al-‘Allamah al-Mufassir Qadhi al-Qudhah, Nashiruddin Abu Sa’id, ‘Abdullah bin ‘Umar bin ‘Ali al-Baidhawi asy-Syirazi asy-Syafi’i; al-Baidhawi dinisbatkan kepada Baidha’, sebuah kota di negeri Persia. Untuk tahun kelahirannya, berbagai referensi primer belum menyebutkan secara pasti.
Imam as-Suyuthi rahimahullah di dalam Bughyah al-Wu’ah menggambarkan sosok al-Baidhawi rahimahullah, sebagai seorang imam yang sangat ‘alim, pakar fikih, ushul, bahasa Arab, logika, memiliki pandangan yang tajam, shalih, ahli ibadah dan pengikut madzhab asy-Syafi’i.
Ibnu Qadhi Syuhbah rahimahullah di dalam Thabaqat mendeskripsikan, al-Baidhawi sebagai seorang pemilik banyak karya, ulama dan guru besar di wilayah Azerbaijan.
Imam as-Subki rahimahullah di dalam ath-Thabaqat al-Kubra menyebut al-Baidhawi menjabat di peradilan kota Syiraz, mendatangi kota Tabriz bertukar pikiran disana; beliau dikenal sebagai seorang imam yang terhormat, pandangannya tajam, baik, shalih dan ahli ibadah.
Penulis Tafsir al-Baidhawi berguru kepada sejumlah ulama senior, diantaranya: 1) Ayahnya sendiri, imam Abul Qasim ‘Umar bin Muhammad bin ‘Ali al-Baidhawi; 2) Syaikh Syarafuddin ‘Umar al-Busykani az-Zaki, termasuk ulama besar yang banyak berkiprah; dan 3) Syaikh Muhammad bin Muhammad al-Kahta’i, yang dijadikan teladan dalam zuhud dan ibadah.
Al-Baidhawi memiliki banyak karya, salah satu yang populer adalah Anwâr at-Tanzîl wa Asrâr at-Ta’wîl, yang diapresiasi banyak ulama, yang dipuji di seantero wilayah kaum muslimin, sejauh wilayah yang tersinari cahaya matahari sepanjang siang. Para ulama memanfaatkannya untuk kajian, pengajaran dan penjelasan tafsir, sampai-sampai jumlah syarh dan hasyiyahnya mencapai sekitar seratus tiga puluh karya; kitab ini selalu diajarkan di al-Azhar dan lembaga ilmu lainnya selama beberapa abad. Kitab Anwâr at-Tanzîl ini sangat penting sekali, kaya dengan penjelasan, meliputi banyak disiplin ilmu yang sangat berbobot dan mengandung banyak kaidah beragam metode keilmuan.
Tafsir al-Baidhawi menghimpun tafsir dan ta’wil berdasarkan tata bahasa Arab, yang bersumber dari Tafsir al-Kasyâf az-Zamakhsyari rahimahullah; membakukan dalil-dalil ushul ahlussunnah, yang bersumber dari Tafsir al-Kabîr Fakhrurrazi rahimahullah; jika berkaitan asal usul kata, kata yang belum jelas dan isyarat yang halus, maka mengambil referensi Tafsir ar-Râghib al-Ashfahani rahimahullah; disertai pula atsar yang bersumber dari Sahabat dan Tabi’in, memperhatikan qira’at, menyinggung juga analisis nahwu, sharaf dan kebahasaan, serta sebagian masalah fikih, kadang larut juga bahasan ilmiah dan fenomena alam, sehingga akhirnya tafsir tersebut mengandung fragmen-fragmen kebahasaan, analisis makna, nahwu, sharaf, balaghah, i’rab dan qira’at.
Al-Baidhawi memiliki karya lain, seperi Minhâj al-Wushûl ila ‘Ilm al-Ushûl merupakan ringkasan kitab al-Hâshil, al-Mishbâh dan syarh Minhâj, semuanya di bidang ushul fikih; Thawâli’ al-Anwâr bidang ushuluddin dan tauhid, yang disebut sebagai karya ringkasan di bidang ilmu kalam yang paling penting; dan karya-karya lainnya, yang belum bisa dibahas di artikel ini.
Ulama ahlussunnah, penulis Anwâr at-Tanzîl wa Asrâr at-Ta’wîl ini wafat di kota Tabriz tahun 691 H. Wallahu a’lam. (Sumber: Al-Mujarrad al-Mukhtashar min Tafsîr al-Qâdhi al-Baidhâwi, cet. I, 2014 M/ 1436 H)
Yan S. Prasetiadi
1 Dzulhijjah 1442 H