Juang Manyala ft. Cholil Mahmud & Gardika Gigih - We (Official Short Film)

Seiring telah dirilisnya lagu "We" di platform digital, Riuh Records mempersembahkan sebuah film pendek musik bertajuk "We" disutradarai oleh Aco Tenriyagelli.
Berkisah tentang Adin (diperankan Rachel Amanda) bersama Bapak (Teuku Rifnu Wikana) dan Ibu (Riny Hamid) yang menanti pengumuman untuk Adin ke jenjang pendidikan berikutnya. Meskipun antusias, kebimbangan Bapak dan Ibu bercampur aduk dengan doa dan harapan yang dibentangkan untuk Adin di masa depan.
---
CREDITS
“We” by Juang Manyala feat. Cholil Mahmud and Gardika Gigih
Producer: Juang Manyala
Co-Producer: Andry Bayu Jasmin
Music Arrangement: Juang Manyala
Lyrics: Juang Manyala & Satriani Mallibu
Vocal: Cholil Mahmud
Piano: Gardika Gigih
Bell & String Arrangement: Kevin Gonzaga
Bass: Daniel Mailangkay
Mixing & Mastering: Andry Bayu Jasmin
Audio Engineer: Andry Bayu Jasmine & Diyo Alqadri
Artwork Concept & Design by Ethnica Design
Artwork Photo by M. Farid Wajdi
Illustration by We Jima Naka Cinde Mallibu
WE - OFFICIAL SHORT FILM
Rachel Amanda sebagai Adin
Teuku Rifnu Wikana sebagai Bapak
Riny Hamid sebagai Ibu
Alda Puspitasari sebagai Alda
Alma Mauvi sebagai Alma
Aisyah Nadia sebagai Caca
Fuad Maulana sebagai Zul
Director: Aco Tenriyagelli
Assistant Director: Andi Asyhary
Executive Producer: Riuh Records
Producer: Aditya Alfiqri
Co-Producer: Chaidir Ihsan
Line Producer: Haediqal
Cinematographer: Rahman Saade
Dialogue Consultant: Abdi Karya
Art Director: Muzfah J
Sound Director: Rafiat Arya
Wardrobe & Make Up: Ayu Andira
Ass. Wardrobe & Make Up: Larasati Adelia
Location Manager: George Fernandet
Art Crew: Bilal Raviadi
Loader: Ahmad Fadhil
Gaffer: Abdurrahman Ebe
Lighting Man: Muhammad Alam Nur
Assistant Camera: Zulkifli Suardi
Talent Coordinator: Jiehan Putri Azzahra
Prod. Manager: Maulana Radinal
Prod. Assistant: Nanang Kurniawan, Ranti Arya, Vava, Sari Hidayat, Fariqul Qanun, Halim Dani
Behind The Scene: Wahyu Al Mardhani, Fadli Arif N, Imam Akhmad
Equipment: AIM Production
Editor: Khairun Naim Kesuma
Colorist: Yulia Anggraeni
Sound Mixing: Syaifullah Praditya
Graphic Design: Rahmat Zulfikar
Motion Graphic: M. Bian Rauf
Post Studio: Studio Klover
Post Sound: Midside Audio Post
Official Poster: Gandhi Setyawan
Supported by:
Prolog Studio
AIM Productions
Ethnica Design
Four Points by Sheraton Makassar
Sulsel Tourism Promotion Board
Midside Audio Post
Angkasa Pura I Airports
---
©℗ 2021 Riuh Records
RIUH RECORDS
Contact Us
WhatsApp: [phone] (Didi) & 0822 9104 0899 (Nirwan)
Instagram: / riuhrecords
Bandcamp: riuhrecordsindonesia.bandcamp...
Facebook: / riuhrecords
---
"We" (Lyrics)
Juang Manyala feat. Cholil Mahmud and Gardika Gigih
di matamu menemui kami yang terang
segala swara membuncah doa
tumbuhlah ampuh dan mampu
di senangmu menjumpai kami yang megah
setinggi langit membentang doa
tenang dan benamkan riuh
kemana kau bermuara
semaumu di tanganmu
terang jalan kekal
kami menunggumu bertumbuh
menyanyi menari berlari
terus menunggumu bertumbuh
besar di pangkuan mendera
di senangmu menjumpai kami yang megah
setinggi langit membentang doa
tenang dan benamkan riuh
dan ditepian kan kau
temukan semua, arah
dan sgala mimpi
yang kau harap cemerlang, kilau
#RiuhRecords #We #OfficialShortFilm #JuangManyala #CholilMahmud #GardikaGigih #WEmusicvideo

[@RiuhRecords]

Teman-teman, terima kasih sudah menyaksikan dan subscribe channel ini. Yuk follow Riuh Records di media sosial berikut ya! 😄

[@acotenri2542]

Teman-teman, terima kasih untuk responnya yang sangat positif. Senang sekali membacanya satu persatu. Semoga menonton ini bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan dan menenangkan ya. Salam.

[@deslylupitasari.]

Sembah baktiku kepada manusia yang datar ekspresinya namun dalam perasaannya. Panjang umur bapak:)

[@RendraPolapike]

Bapak yang terlihat cuek, sok tegar sok tegas, ketika aku merantau tanya kabar selalu lewat ibu, kukira hanya ibu saja yg perhatian, ternyta begitulah cara seorang bapak menyimpan rindu kepada anaknya, tetap ada gengsi yg diumpetin hehe

[@netizenindonesia62]

"Jangan berkecil hati jika ayahmu tidak pernah bertanya kabarmu, karena ia selalu menitip pada ibumu." Salam anak perantau

[@humamrakha6092]

Di ending gue nyadar. Pantesan kalo gue lagi di kost, bapak gue suka tiba2 nelpon/vc trus pas diangkat langsung dikasi ibu gue.

[@rafikarasdin9448]

minim dialog, tapi semua rasa berhasil disampaikan lewat bahasa tubuh pemain... Durasinya singkat tapi rasa sedihnya betah bertahan lama, gak pergi2. Asli karya lokal anak Makassar sangat patut diapresiasi tinggi (y)

[@adimartarminadi]

Ada yang tau itu kue apa namanya? Asumsi gw, itu kue kaya semacam jadi personifikasi dari kepergian si Adin. Dari awal dikasi liat kalo si Adin suka makan kue ini, tp si Bapak ngga pernah dikasi liat makan kue itu, bahkan pas di scene mobil Bapaknya menolak waktu ditawarin kuenya. Tapi pas dimana si Bapak itu di mobil sendiri terus makan kue itu, langsung nangis si Bapak. Kaya semacam simbol kalo si Bapak udah menerima kepergian si Adin yah walaupun berat. Pas di ending terlihat si Bapak antusias makan kue itu seolah dia udah kangen sama anaknya. Nice job.

[@April-pf6dv]

Ada yang kesini karna kak fathurr 😅

[@vitaanggraini399]

Gitu tuh emang bapak bapak, dia yang telpon tapi di oper ke emak. Al -Fatihah buat alm. Bapak kita yang mendahului semoga bahagia di tempat yang indah.

[@idrispamungkas4292]

kadang suka mikir, kok bisa ya bapak dengan gaji yang pas2an bisa menyekolahkan ke empat anaknya sampai sarjana semua, dan bapak selalu bilang : yang betah ya kerja nya, tidak semua orang punya gaji tapi semua orang pasti punya rejeki banyakin bersyukur ya le anak ku.sehat terus nggih pak.

[@ddd741]

Saya tidak sedang melihat film,

[@irvanhidayat3480]

Dari awal liat sosok bapak gua udah nangis. Sepanjang film ini gua ingat lagi sama bapak&mamah gua yang udah meninggal dua-duanya. Di akhir film pas bapaknya telpon gua juga inget sehari sebelum meninggal bapak gua sempet nelpon, dia bilang "Pulang nak, ini bapak ada uang untuk bayar wisudamu." Sehari setelah itu bapak meninggal. Sekarang gua tinggal dengan ketiga adik gua.

[@rickhycokipanjaitan6982]

gak banyak omong, gengsian, tapi paling peduli.

[@rifnuwikana9440]

Jujur, saya baru membaca lagi keseluruhan komen2 ini. Kalau “We” bisa membuat kawan2 menangis. Saya malah menangis, terharu membaca semua komentar teman2. Salam hormat buat semuanya yg sudah menonton.

[@saeyasteve7719]

Buat cowo2,

[@jadigini6808]

"merantaulah sehingga kamu akan tau harus pulang kemana"

[@novanharjanto2141]

Sejak jadi anak rantau, kalo Ibu chat sekadar tanya "lagi apa?", "sabtu/minggu/libur kemana?", "udah makan belum?", langsung saya video call, ngobrol, dan bertukar kabar orang-orang rumah. Di ending, saya jadi tau kenapa selalu ada Bapak di samping Ibu ketika video call, meskipun Bapak gak banyak bicara, seringnya senyum sambil lambai-lambai tangan :)

[@KentutBanyu]

"Ah.. Walaikum salam.. " ( rada geter jawab salamnya) karna nahan nangis... Rifnu wikana.. Wow

[@shintare26]

Ceritanya mirip milik saya empat tahun lalu waktu diterima di kampus luar kota. Seumur hidup, saya diurus kedua orang tua tanpa campur tangan orang lain. Tiba saatnya saya harus merantau dan mereka mengantar saya sampai kost-kostan. Ibu saya bilang, selama sebulan penuh bapak cuma bengong di teras, tidak nafsu makan, tidak bergaul di pos ronda. Ibu bilang, bapak sesekali menangisi saya dalam diamnya di tengah malam sambil merokok. Padahal yang saya ingat, bapak adalah orang yang keras, galak, tipikal strict parents. Saya cuma sekali melihat momen bapak menangis, kala kakek saya meninggal. Selebihnya ia adalah lelaki tangguh luar biasa. Hampir tidak percaya dengan cerita ibu.