Рет қаралды 7,720
Dalam Sejarah Marga-Marga Suku Batak, Siregar merupakan anak bungsu dari keturunan Si Raja Lontung dan Istrinya Siboru Pareme. Mereka bermukim disebuah kampung bernama Desa Banua Raja yang terletak di perbukitan di atas Desa Sabulan di Pulau Samosir. Siregar merupakan anak bungsu dari sembilan bersaudara yang terdiri dari 7 laki-laki dan 2 perempuan yaitu:
1. Situmorang,
2. Sinaga,
3. Pandiangan,
4. Nainggolan,
5. Simatupang,
6. Aritonang,
7. dan Siregar
dan 2 putri yaitu:
1. Si Boru Anakpandan, dan
2. Si Boru Panggabean.
Suatu ketika terjadi banjir besar yang melanda Desa Banua Raja dan Sabulan, sehingga anak keturunan Siraja Lottung terpaksa mengungsi secara terpisah, yaitu: Sinaga dan Pandiangan ke urat salah satu wilayah Kecamatan Palipi, Nainggolan ke Nainggolan yang sama-sama juga berada di Pulau Samosir. Sedangkan Simatupang dan Aritonang mengungsi ke Pulau Sibandang dan Siregar ke Aek Nalas-Sigaol, namun Situmorang tetap bertahan di Banua Raja dan Sabulan.
Suatu hari si Aritonang memanggil adiknya Siregar dari Aek Nalas-Sigaol ke Desa Aritonang di Muara untuk kemudian menetap dan beranak pinak disitu. Kemudian dari Desa Aritonang lah, Siregar menyebar di sekitaran muara. Konon, terjadi suatu kemarau panjang yang menyebabkan gagal panen sehingga keturunan Siregar berpindah lagi menuju Siborong-Borong humbang dan selanjutnya membangun kampung disana yang diberi nama Lobu Siregar.
Toga (tugu) Siregar sengaja dibangun sebagai simbol persaudaraan marga Siregar di seluruh Indonesia, bahkan dunia. Lewat jalan darat bisa ditempuh dalam waktu sekitar 5 jam dari Kota Padangsidimpuan atau bisa juga naik pesawat. Dari Bandara Kualanamu langsung ke Bandara Silangit. Dari Silangit cuma perlu 30 menit untuk sampai ke Muara.
#umrimargolang #muarasiregar #asalmulasiregar
/ umri_margolang
/ umrimargolang
www.umrimargol...