KAROMAH SYEKH MANSYURUDDIN BANTEN YANG NYELAM KE AIR ZAMZAM

  Рет қаралды 433

Ramza's Story

3 ай бұрын

Batu Qur’an ini muncul pertama kali berkaitan erat dengan kisah salah satu ulama’ Banten yang amat terkenal di abad 15 M. Beliau tidak lain adalah Syekh Maulana Mansyur. Dalam versi ini pula di yakini bahwa kemunculan batu qur’an tersebut merupakan lokasi pijakan Syekh maulana Mansyur ketika beliau akan pergi ke tanah suci untuk haji.
Menurut sejarahnya, kala itu beliau hendak ke Makkah dan langkahnya di awali dari lokasi tersebut dengan membaca basmalah saja. kemudian sampailah Syekh Maulana Mansyur di Makkah tanpa melakukan perjalanan darat ataupun laut. Karena berangkat dari sana, maka dalam kepulangannya pun beliau juga muncul dari sana bersamaan dengan air yang tak berhenti mengucur.
Menurut masyarakat setempat, air yang tidak berhenti mengucur tersebut di yakini sebagai air zam-zam. Nah, melihat kucurannya yang tidak mau berhenti, maka syekh Maulana Mansyur pun berkeinginan untuk menghentikannya. Dan untuk memulai usahanya terhadap air tersebut, beliau bermunajat kepada Allah. Hal ini di lakukan dengan sholat dua rakaat di dekat kucuran air. ( Versi banten lama)
Selanjutnya, ketika beliau sudah selesai dengan munajatnya, turunlah petunjuk agar Syek Maulana Mansyur menutup kucuran air dengan Al-Qur’an. Akhirnya, atas izin Allah kucuran air pun berhenti dan berubahlah menjadi batu. Karena itulah di namakan dengan batu Qur’an yang hingga sekarang airnya tidak pernah kering. Dan sampai di sinilah sejarah batu qur’an Banten versi pertama.
Syekh Maulana Manshuruddin merupakan salah satu Aulia yang melakukan penyebaran Agama Islam di Kabupaten Pandeglang.
silsilah atau asal keturunan Syekh Mansyur merupakan putra Sultan Agung Abdul Fatah Tirtayasa (Sultan Banten keenam pada tahun 1651 Masehi).
Sultan Agung Tirtayasa putra Sultan Abdul Ma’ali Ahmad Kabari (Sultan Banten kelima tahun 1640 Masehi).
Sultan Abdul Ma’ali putra Sultan Abdul Mufakhir Mahmud Abdul Qodir (Sultan keempat pada tahun 1540 Masehi).
Sultan Abdul Mufakhir putra Sultan Maulana Ahmad
Maulana Ahmad Putra Maulana Yusuf Panembahan Pekalongan ( Sultan Banten kedua).
Sultan Maulana Yusuf putra Sultan Maulana Hasanuddin (Sultan Banten Pertama pada tahun 1522).
Sultan Maulana Hasanuddin putra Sunan Gunung Jati Cirebon merupakan salah satu Wali Songo atau Wali Sembilan yang ada di Jawa Barat (yang disebut Syekh Syarif Hidayatullah).
Lebih lanjut, Saepullah menjelaskan, riwayat hidup Syekh Manshuruddin, merupakan Sultan Banten ketujuh atau Sultan Banten terakhir pada tahun 1672 Masehi. Setelah Sultan Agung Tirtayasa pada tahun 1651 Masehi.
“Sultan Agung Tirtayasa (Sutan Banten Keenam) memberikan jabatan Kesultanan kepada putra pertamanya yaitu pada Syekh Maulana Manshuruddin dijadikan Sultan Banten Ketujuh. Sesudah Syekh Maulana Manshuruddin menjabat kesultanan terus diperintah oleh ramanya atau ayahadanya untuk berangkat ke Makkah Al Musyarrofah untuk menunalkan Ibadah Haji,
Pada waktu keberangkatan menuju Mekkah Syekh Maulana Manshuruddin diberi wasiat oleh ayahandanya yaitu Sultan Agung Tirtayasa dimana stelah selesai lbadah haji mesti langsung pulang lagi ke Banten jangan sampai mampir ke tempat lain. Selesai berhaji, beliau lupa akan wasiat ayahnya malah mampir ke sebuah pulau daratan tiongkok china sampai dua tahun bahkan menikahi putri jin dan memilki anak.
Nah selama ditinggalkan selama dua tahun, di kesultanan banten banyak kekacauan karena adanya kesultanan palsu yang mengaku sultan mansyuruddin.
Mendengar berita tersebut, syekh mansyuruddin bertobat karena hilap denagan wasiat ayahnya dan minta petunjuk Allah untuk bisa pulang ke banten lagi.Akhirnya allah bukakan pintu makrifat dan kewalian kepada syekh mansyuruddin, dan pulang dengan menyelami sumur Zamzam dan muncul di di Cibulakkan di Cimanuk Pandeglang, Banten. Sampai sekarang bukti air di Cibulakan dikunjungi oleh orang-orang untuk ngalap barokah.
“Selama di Cikadueun terus menerus da’wah Islam sampal ke Pesisir Laut Kidul Banten serta khodamnya tidak tertinggal
Daintara karomahnya, pada suatu hari beliau sedang istrihat di bawah sebuah pohon, tiba tiba terdengar raungan suara harimau yang terjepit pohon. Harimau itu melirik ke arah Syekh Manshuruddin sambil mengeluh tunduk seperti minta
tolong ingin diselamatkan dari jepitan kima tersebut,” Syekh Manshuruddin mengerti terhadap keinginan harimau tersebut terus harimau itu didekati sambil dinasihati atau wasiati (diberi janji).
“Mau kamu diselamatkan, tapi amanat ke kamu jangan sampai mengganggu ke anak cucu saya đan ke orang-orang yang nyebut nama saya. Harimau itu mengerti dan sanggup terhadap perjanjian itu
Sepulangnya dari Banten Kidul tersebut Syekh Manshuruddin kembali menetap di Cikadueun. Terus menerus mengajarkan syariat agama Islam di sekitar Banten umumnya hingga wafatnya di Cikadueun.
“Dimakamkan di Cikadueun, sampai sekarang Syekh Manshuruddin atau Syekh Masyhur dikenal di seluruh lapisan masyarakat yang berziarzh berduyun-duyun tiap hari pada-pada tawasul ngalap berkah,”
Sumber artikel ; wikipedia.com

Пікірлер: 1
@RendiAja-sq9qd
@RendiAja-sq9qd 3 ай бұрын
Haluisme khurafatisme dobolisme bohongisme