Kesenian Bangreng di Kabupaten Sumedang

Kesenian Bangreng berasal dari kata terbang dan ronggeng. Terbentuknya Kesenian Bangreng ada kaitannya dengan penyebaran agama Islam di Kabupaten Sumedang. Sebelum Sunan Gunung Jati mengislamkan beberapa daerah di Jawa Barat, masyarakat Sumedang masih menganut kepercayaan hinduisme. Untuk menghilangkan kepercayaan tersebut, Sunan Gunung Jati mengutus empat orang, satu diantaranya bernama Eyang Wangsakusumah. Dalam proses penyebaran agama Islam, Sunan Gunung Jati dan utusannya melakukan pendekatan dakwah dengan diselingi kesenian Terbang. Untuk memudahkan masyarakat menerima ajaran agama Islam, Eyang Wangsakusumah, salah satu utusan Sunan Gunung Jati menggambarkan bahwa kata terbang yang berjumlah 7 huruf. Diartikan bahwa selama 7 hari (Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu) wajib melaksanakan sholat 5 waktu. Melalui seni Terbang tersebut, Eyang Wangsakusumah menyelingi dengan lagu-lagu sholawat. Pada abad XVII seni Terebang mengalami perkembangan dan dipentaskan di acara-acara keagamaan. Kesenian Terbang kemudian berganti nama menjadi Gembyung, perubahan tersebut juga diikuti dengan penambahan beberapa alat-alat musik, seperti goong, kulanter, dan kecrek. Namun, nama Gembyung tidak bertahan lama, dan akhirnya berubah menjadi Bangreng.

[@wiwiwidarti7735]

Sae..Kang Kabid seni tradisi sanes wae peryogi kauninga kanggo urang Sumedang tapi manfaat nambih wawasan ka wargi"luar daerah Sumedang tangtosna.Good job.Diantos pedaran kasenian tradisi khas nu sanesna ti Sumedang Hanupis.💖👍💪

[@umarzulfikar6347]

Mantap abah

[@tatangjahit5187]

Ko seni bangreng lahir taun 1999 pa seingat saya itu seni bangreng sudah ada sjk dulu saya lahir taun 1982 pas saya ingat itu sudah ada bhkan nenek dan kake saya suka cerita soal seni bangreng.brarti sejak dlu sudah ada.

[@depisupriatna6207]

Seniman sumedang luar biasa..khas music nya khusus dan berbeda..sulit di tiru ciri khasnya...pertahankan dan kembangkan...bangga lah jadi warga sumedang ....