Рет қаралды 21,330
OM SWASTIASTU
Brahmana Keling tidak dianggap lagi sebagai saudara oleh Dalem Waturenggong, bahkan Brahmana Keling diusir dengan cara yang hina, maka dikutuklah Kerajaan Gelgel yang akan melakukan upacara Eka Dasa Rudra di Besakih. Brahmana Keling mengucapkan Kutuk Pastu: “wastu tata astu karya yang dilaksanakan di pura Besakih ini tan Sidakarya (tidak sukses), bunga kekeringan, rakyat kegeringan (diserang wabah penyakit), sarwa gumatat gumitit (binatang kecil/hama) membuat kehancuran (ngerebeda) di seluruh jagat (bumi) Bali.” Apa yang dikatakan oleh Brahmana Keling menjadi kenyataan hingga dalam suatu pertapaan yang dilakukan oleh Dalem Waturenggong, beliau mendapat pawisik yang mengatakan bahwa hanya Brahmana Keling saja yang dapat mengembalikan keadaan seperti semula, lalu Brahmana Keling dijemput oleh rombongan dari kerajaan Gelgel dan Brahmana Keling bersedia untuk menghadap Dalem Waturenggong di kerajaan Gelgel. Dalam percakapan Brahmana Keling dengan Dalem Waturenggong, yang juga disaksikan oleh Dang Hyang Nirartha, dikatakan bahwa apabila Brahmana Keling mampu mengembalikan keadaan Jagat Bali seperti sedia kala, Dalem Waturenggong berjanji untuk bersedia mengakui memang benar bahwa Brahmana Keling adalah saudara dari Dalem Waturenggong.
Mendengar perkataan Dalem Waturenggong, dengan senang hati Brahmana Keling menyanggupinya, lalu beliau hening sejenak tanpa sarana dan sesajen sedikitpun. Beliau mengucapkan mantra dan dengan kekuatan batin yang luar biasa terjadi keanehan-keanehan. Apa yang diucapkan oleh Brahmana keling betul-betul terbukti sehingga Dalem Waturenggong dan Dang Hyang Nirartha serta hadirin yang menyaksikan terheran-heran dan terpesona karena terjadi hal-hal aneh yang menakjubkan. Akhirnya sesuai janjinya, Dalem Waturenggong mengakui Brahmana Keling adalah saudaranya sendiri.
Berkat Jasa Brahmana Keling yang mampu menciptakan kesejahteraan alam lingkungan yang lebih baik, hasil alam yang melimpah sebagai sarana dan prasana karya sehingga karya dapat dilaksanakan dengan sukses atau berhasil sesuai dengan harapan Dalem Waturenggong, maka Brahmana Keling dianugrahi gelar Dalem. Mulai saat itu Brahmana Keling mabiseka Dalem Sidakarya. Lalu diadakan upacara pediksan.
OM SANTI SANTI SANTI OM
Brahmana Keling is no longer considered a brother by Dalem Waturenggong, even the Brahmana Keling was expelled in a despicable manner, so the Gelgel Kingdom is cursed which will perform the Eka Dasa Rudra ceremony in Besakih.
The Brahmana Keling utters the Curse of Pastu: WASTU TATA ASTU works was carried out at Besakih Temple was not successful, the earth was drought, the people were attacked by a plague, all small animals / pests caused destruction throughout the universe (earth) of Bali ". What was said by Brahmana Keling became a reality until in a hermitage carried out by Dalem Waturenggong, he received a pawisik who said that only Brahmana Keling could return the situation to its original state, then Brahmana Keling was picked up by a group from the Gelgel kingdom and Brahmana Keling was willing to appear Dalem Waturenggong in the Gelgel kingdom. In the conversation between Brahmana Keling and Dalem Waturenggong, which was also witnessed by Dang Hyang Nirartha, it was said that if Brahmana Keling was able to restore the condition of the Balinese universe as before, Dalem Waturenggong promised to be willing to admit that it was true that Brahmana Keling was the brother of Dalem Waturenggong.
Hearing the words of Dalem Waturenggong, Brahmana Keling happily agreed, then he prepared without any means and offerings. Setting up a mantra and with extraordinary psychic powers strange things occur. What was said by the Brahmana Keling was truly proven so that Dalem Waturenggong and Dang Hyang Nirartha and the audience who witnessed were amazed and fascinated because of strange and amazing things happening. Finally, according to his promise, Dalem Waturenggong acknowledged that Brahmana Keling was his own brother.
Thanks to the service of Brahmana Keling which is able to create a better natural welfare environment, abundant natural products as a means and infrastructure of work so that the work can be carried out successfully or successfully according to Dalem Waturenggong's expectations, Brahmana Keling was awarded the title Dalem. From then on, the Brahmana Keling has the degre Dalem Sidakarya. Then a pediksan ceremony was held.
Fragmen tari Ida Dalem Sidakarya ditampilkan oleh penabuh dan penari dari Desa Tegak dalam kegiatan Klungkung Menari yang dilaksanakan di Monumen Puputan Klungkung disaksikan oleh Bapak Bupati Klungkung dan Sekda Kabupaten Klungkung beserta Masyarakat Klungkung dan Masyarakat Desa Tegak khususnya.
TEAM:
1. I Ketut Sukasmawan Bandem (Penggarap keseluruhan &
penari Ida Dalem Sidakarya)
2. Putu Kajeng Suastika, S.PdSD & Putu Goya (Koordinator)
3. Gede Adi, SPdH (Dalang)
4. I Gede Tresna, SPd., M.Pd (Penata Tabuh)
5. Para Penabuh dan Penari Desa Adat Tegak
6. Tim Gerak Cepat