Waduh...pasti mau main di pinggir sawah nih guru patimpus dn putrinmedan...hadeh
@msalimsembiring28052 ай бұрын
Salam mejuah juah🙏
@fahyunielisyahrani57423 ай бұрын
Ahoii... kota medan dn Hamparan perak.. ❤
@MaheraSyakila2 ай бұрын
❤patimpus👍
@alfarezelfico17873 ай бұрын
Buat cerita asal usul kota Takengon dan suku gayo min.
@ardaginting22203 ай бұрын
Mejuah-juah kota Medan
@irwansitepu-i1q2 ай бұрын
'Madan' bahasa Karo artinya 'Sembuh' asal-usul Kota 'Medan'. MEJUAH-JUAH yg artinya SELAMAT...🤝🙏
@MultiRiady3 ай бұрын
Medan brasal dari bahasa karo "MADAN" Yg artinya Sembuh, dan perbatasan tanah karo dulunya sampai ke pinggiran kota Medan
@tugucatur2849Ай бұрын
GURU PATIMPUS . SUKU KARO .
@ajan93652 ай бұрын
GURUPATIMPUS mempunyai empat istri. Tiga dataran tinggi Karo dan Satu di dataran rendah, putri dari Datuk Pulau Berayan dari Klan Tarigan.
@banirambe9568Ай бұрын
Pulo Brayaun itu Medan berarti sebelum datang Guru Patimpus sudah ada orang disana, jadi kenapa pula jadi Guru Patimpus pendiri Kota Medan. Yang jelas Medan tempatnya orang Melayu Deli makanya besar dan megah ISTANA MAIMUN itu, kalau adapun disamping Istana Maimun itu rumah adat Karo itu dibuat sekitar tahun 1980an yang awalnya hendak dibuat seperti TMII Jakarta.
@TettiPurba-n6z3 ай бұрын
Madan artinya sembuh😊😊
@sutisriindrati65123 ай бұрын
Mejuah kuah ma biring
@sutisriindrati65123 ай бұрын
Mejuah juah maksud nya
@sintaanggita2123 ай бұрын
Cape² prjuang mu patimpus dirikan kota medan skrng jd trkenal kota no 1 kota begal
@KalakKuta2 ай бұрын
Min Madan arti nya sembuh.Kenapa di bilang Guru Patimpus.Guru Patimpus Seorang Tabib (Guru Mbelin) Kemana mana Semua Peralatan Pengobatan nya di Timpus (Di masuk kan dalam satu Tempat/Kain.lalu di Gendong) Bjr Kade Kade .
@syamsulbahri52083 ай бұрын
Medan didirikan suku melayu
@herisatriasahputragurusinga3 ай бұрын
Melayu atau Melayu Deli?Melayu Deli termasuk sultan Melayu Deli adalah keturunan guru patimpus Sembiring pelawi.anda seperti bukan orang Melayu Deli,orang Medan dan tak mau membaca sejarah Medan dan suku Karo ya,maaf ini sudah tahun 2024 sudah jaman informasi terkecuali anda ini mau jadi agen ya....sayang jaman sudah canggih.bujur ras mejuahjuah man kita kerina dari suku Karo tanpa embel2 batak dgn logika dan fakta 🙏
@aswatamawicana94593 ай бұрын
bukan nya putri hijau?
@jssgtgs3 ай бұрын
Maaf min, banyak salahnya. 😊
@herisatriasahputragurusinga3 ай бұрын
SUKU KARO bukan Batak Karo hanya SUKU KARO 👍 Medan berawal dari sebuah kampung bernama kampung Medan Putri yang didirikan oleh Guru Patimpus pada tahun 1590. Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang putri Datok Pulo Brayan. Nama Medan sendiri konon berasal dari kata Madaan berarti menjadi sehat atau lebih baik. Ini sejalan dengan kenyataan bahwa Guru Patimpus adalah seorang tabib yang memiliki keahlian dalam pengobatan tradisional Karo pada masanya. Dia banyak menyembukan penyakit yang diderita penduduk. Dari kenyataan itulah yang kemudian menjadi sebutan bagi Kota Medan, yang kita kenal sampai sekarang. Dari hasil riset yang telah dilakukan, banyak masyarakat kota Medan yang tidak mengetahui tentang sejarah Guru Patimpus pendiri kota Medan. Berdasarkan kutipan dari buku Jejak Medan Tempoe Doeloe, Medan kini merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Sebagai ibu kota Sumatera Utara, kota ini sedang memacu diri menjadi metropolitan dan megapolitan. Pada tahun 1950 Medan sudah ada. Jurnal FSD, Vol. 1 No. 1 diresmikan oleh Guru Patimpus dari kampung Medan Putri menjadi sebuah cikal bakal kota. Maka dari itu pemerintah daerah kota Medan menyepakati kalau kota Medan berdiri pada tahun 1590. Sebagaimana yang ditulis oleh zaenuddin HM, dalam bukunya “Asal-Usul Kota- Kota di Indonesia Tempo Doeloe”, Medan berawal dari sebuah kampung bernama kampung Medan Purti yang didirikan oleh Guru Patimpus pada tahun 1590. . Guru patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang putri Datok Pulo Brayan. Nama Medan sendiri konon berasal dari kata Madaan berarti menjadi sehat atau lebih baik. Ini sejalan dengan kenyataan bahwa Guru Patimpus adalah seorang tabib yang memiliki keahlian dalam pengobatan tradisional Karo pada masanya. Dia banyak menyembukan penyakit yang diderita penduduk. Dari kenyataan itulah yang kemudian menjadi sebutan bagi Kota Medan, yang kita kenal sampai sekarang. Demikian pula di dalam tulisan Tengku Azwansyah A. Teruna dalam bukunya Sultan Makmoen Al-Rasyid dan Berdirinya Pemerintahaan Kota Medan serta Istana Maimoon, menyatakan ada seorang bernama Guru Patimpus. Dia memeluk agama islam atas pengaruh seorang ulama yang disebut Datuk Kota Bangun terjadi sekitar 1590 M. Datuk ini adalah Imam Siddik bin Abdullah yang makamnya, terletak di Kelumpang Deli. Pada batu nisannya tertulis : meninggal 23 Syaban 993 H atau 27 Juni 1590 M. Makam itu terletak di kampung Medan, Ini memberikan alasan bahwa Guru Patimpus berguru Agama dahulunya pada Datuk kota Bangun, tidak lain adalah Imam Siddik sendiri. Pada masa itu Guru Patimpus sudah membuat kampung Medan setelah menikah dengan anak raja Pulo Brayan. Patung Guru Patmpus dengan uraian sebagai berikut : 1. Tongkat - Denotasi : Tongkat pada karakter Guru Patimpus terbuat dari kayu yang bagian ujugnya terdapat seperti rambut atau bulu yang di ikat. - Konotasi : Tongkat digunakan untuk sebagai senjata pertahanan saat mengembara dan untuk berburu. Tongkat masih banyak digunakan masyarakat zaman dulu dan pada suku-suku pedalaman. - Mitos : Tongkat di percaya memiliki kemampuan mistik yang digunakan masyarakat zaman dulu untuk bertarung, bertahan dari musuh, dan mengobati orang. Tongkat disimbolkan seperti orang yang memiliki kedudukan dan kekuasaan. 2.Sorban - Denotasi : Sorban sebuah penutup kepala yang terbuat dari kain yang dililitkan dengan rapi. Digunakan untuk pelindung kepala. - Konotasi : Sorban dilambangkan sebagai ciri khas masyarakat zaman dulu yang sering digunakan oleh pengembara begitu juga gambaran masyarakat karo di zaman dulu banyak menggunakan sorban. -Mitos : Kebanyakan orang yang memakai sorban dipercaya bukan orang biasa, melainkan orang yang memiliki ilmu yang tinggi atau sakti. Seperti Tabib, atau Syekh pada zaman dulu. 110. Jurnal FSD, Vol. 1 No. 1 3. Baju - Denotasi : Baju digunakan pada karakter guru patimpus sebagai penutup tubuh untuk menjaga suhu untuk kehangatan tubuh dan juga menutupi bagian sensitif pada tubuh. - Konotatif : Baju yang terdapat pada karakter guru patimpus menggambarkan ciri khas masyarakat zaman dulu yang menggunakan baju terusan seperti yang tidak bermotif. - Mitos : Baju terusan dipercaya banyak digunakan oleh pengembara orang sakti atau memiliki ilmu tinggi seperti syekh dan tabib. 4. Selendang Kain - Denotasi : selendang kain yang terdapat dari karakter Guru Patimpus digunakan untuk mengikat dan sebagai kantongan untuk membawa perbekalan saat mengembara. - Konotasi : Selendang kain menggambarkan ciri khas masyrakat karo di zaman dulu. Karena banyak masyrakat di zaman dulu selalu membawa kain yang di selempangkan dibahu dan dipakai sehari-hari. - Mitos : kain selempangan dipercaya digunakan pengembara sebagai alat untuk menyerang yang memiliki kemampuan mistik yang sering kita lihat seperti di film-film kolosal. 5. Gelang - Denotasi : Gelang sebuah pernak-pernik yang unik digunakan untuk hiasan pada tangan maupun kaki. - Konotasi : Gelang pada karakter Guru Patimpus melambangkan kebudayaan masyarakat dizaman dulu dengan mengumpulkan batu-batuan unik lalu dijadikan gelang dan syekh menggunakannya juga untuk berdzikir. - Mitos : Gelang yang terbuat dari berbagai jenis batu-batuan dipercaya masyarakat sebagai jimat atau penangkal. 6. Warna - Merah : Denotasi : Warna merah melambangkan tanda berhenti, larangan, atau bahaya. Konotasi : Warna merah melambangkan semangat, keberanian. Mitos : Warna merah bagi masyarakat karo mempercayai warna merah memiliki makna, kekuatan dan keberianian. - Coklat : Denotasi : Warna coklat melambangkan minimalis Konotasi : Warna coklat melambangkan kesederhanaan. Mitos : Warna coklat bagi masyarakat karo mempercayai warna coklat itu sebagai simbol Hafiz kehidupan sama seperti bumi kita yang memberi kita kehidupan. - Hitam : Denotasi : Warna hitam Sebuah warna dasar yang gelap Konotasi : Warna hitam memiliki arti kegelapan Mitos : Warna hitam di yakini masyarakat karo melambangkan jiwa kepemimpinan. 5 Datuk Kuta Bangun terkenal sakti berasal dari daerah Jawa yang berdiam di Kuta Bangun. Pada illustrasi Datuk Kuta Bangun digambarkan menggunakan baju tangan panjang dan celana panjang lalu pada bagian kepala terdapat belangkon yang merupakan ciri khas dari Suku Jawa sehingga masih terdapat unsur kebudayaannya. 6 Pengiring Guru Patimpus atau pengawalnya yang menemani perjalanan Guru Patimpus yang menemui Datuk Kota bangun. Pada illustrasi pengiring Guru Patimpus digambarkan seperti masyarakat karo pada zaman dulu, yang menggunakan selmpangan kain dan penutup kepala atau sorban. 7 Raja Pulo Brayan seorang raja didaerah Pulo Brayan. ilustrasi pada penggambaran karakter Raja Pulo Brayan dengan menggunakan baju dengan ciri khas melayu dan dengan penutup kepala seperti kopiah. 8 Putri Raja Pulo Brayan Adalah istri dari Guru Patimpus ilustrasi pada penggambaran karakter Putri Raja Pulo Brayan menggunakan baju terusan panjang agar terlihat tertutup dan seperti masyarakat dulu. Guru Patimpus adalah putra karo yang berasal dari Desa Aji Jahe ingin mengunjungi orang sakti yang berada di Datuk kota Bangun ingin mengadu ilmu tetapi Guru Patimpus mengaku kalah dan memutuskan masuk Islam. Lalu berguru dengan Datuk kota Bangun dan mendirikan beberapa daerah dan mengembara ke Pulo Brayan dan menikahi anak dari raja Pulo Brayan dan membuka kampung di Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏
@debylsinaga98902 ай бұрын
Guru patimpus agamanya hindu
@herisatriasahputragurusinga2 ай бұрын
@@debylsinaga9890 istilah Hindu dulu tak ada tapi suku Karo mengenal agama PEMENA ( mirip Hindu India bukan Hindu Bali) tapi dalam sebuah kejadian karena kalah dgn seorang penyebar agama Islam dalam sebuah adu ilmu maka Guru Patimpus Sembiring Pelawi harus menjadi Islam dan dgn keturunannya membentuk Melayu Deli dan kesultanan Melayu Deli dikemudian hari.bujur ras mejuah-juah man kita kerina 🙏
@ajan93652 ай бұрын
@@debylsinaga9890 Tidak ada bukti Datuk Kuta Bangun orang Jawa atau Arab. Kemungkinan Datuk Kuta Bangun Orang Karo yang sudah masuk Melayu (Islam) dari klan Merga Bangun, oleh karenanya Datuk memakai nama Arab.
@DiyahEkoPuspitasari3 ай бұрын
Lawang malang 🥹🥹🥹
@TettiPurba-n6z3 ай бұрын
Madan artinya sembuh
@leosembiring71503 ай бұрын
Dulu nama medan itu madani kata dasarnya madan yang diambil dari bahasa karo artinya madan sembuh atau sehat guru pattimpus sembiring pelawi memberi nama madani supaya kota ini menjadi kota yang sehat artinya kota yang tidak ada judi prostitusi dan sebagainya dan seiring berjalanya waktu nama madani menjadi medan.kota medan sekarang kota kriminal,begal,mafia sangat memprihatinkan....sapa kota medan dengan MEJUAH - JUAH.
@aeninurazizahlukmana14572 ай бұрын
😢😢😢 Medan tuh sebenernya bagus. Cuman aku takut SM begal nyaa .🙏🙏🙏
@majusembiring2405Ай бұрын
Madan artinya sehat,jangan salah artikan ya kalo TDK tau jangan sok tahu
@JosuaAja-o8n3 ай бұрын
Salah itu min arti dari madan itu penyakit yg parah menjadi membaik itu lh yg di arti kn dngn bahasa karo madan
@herisatriasahputragurusinga3 ай бұрын
Suku Karo tak mengenal MARGA tapi MERGA yang berasal dari kata MEHERGA/ MERGA yang berarti mahal karena anak laki-laki itu penerus keluarga.Suku Karo punya MERGA SILIMA yaitu Karokaro, Tarigan, Ginting, Peranginangin dan Sembiring dimana ada 2 merga berbeda yaitu merga Peranginangin boleh menikah sesama cabang merga Peranginangin dan satu lagi merga Sembiring yang terbagi menjadi dua yaitu yang makan b1 tidak boleh menikah sesama cabang merga Sembiring dan yang pantang makan b1 boleh menikah sesama cabang merga Sembiring.bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn LOGIKA dan fakta 🙏
@herisatriasahputragurusinga3 ай бұрын
Aku Karokaro Gurusinga Gaury bebere Tarigan Gersang Nagasaribu aku Kalak Karo bukan Batak Karo apalagi suku Batak hanya SUKU KARO tanpa embel-embel Batak.bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn LOGIKA dan fakta 🙏
@debylsinaga98902 ай бұрын
Lari dari topik kau karpidol
@herisatriasahputragurusinga3 ай бұрын
Kenapa orang Karo tidak mau disebut Batak. Dalam buku "Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia (1995)" karya Kol (Purn) Sempa Sitepu menuliskan dengan tegas jika Suku Karo bukan berasal dari si Raja Batak. Sehingga penyebutan Batak Karo jelas mengubah sejarah. Dalam penjelasannya, dia pun mencantumkan sisilan suku Karo yang dirangkum dari cerita para leluhurnya. Dituliskan jika leluhur etnis Karo dari India Selatan yang berbatasan Myanmar Dahulunya, ada seorang raja hidup dengan permaisurinya di seberang laut. Sang raja rupanya memiliki panglima bernama Karo yang merupakan orang keturunan India. sang raja mengatakan pada Panglima Karo ingin pergi ke lokasi baru untuk mendirikan kerajaan. Sang putri raja Si Miansari ikut serta. Miansari yang sudah menyimpan rasa kepada Karo memilih ikut rombongan dengan pasukan yang dipimpin sang panglima. Pasukan pun berlayar hingga tiba di Pulau Pinang. Konon mereka tinggal beberapa bulan di pulau itu hingga sang Raja kepincut dengan pulau yang lebih luas di sebelah selatan. Dengan semangat raja pun akhirnya meminta pasukan bersiap untuk menyeberang. Nahas, di tengah laut, mereka diterjang ombak besar hingga pasukan terpencar. Beruntung putri Miansari dengan rombongan Panglima Karo terdampar. Sementara keberadaan sang raja tak diketahui. akhirnya Putri Miansari dengan Panglima Karo pun sepakat pergi dengan membawa dua dayang dan tiga pengawal. Dalam pencarian tempat baru itu, akhirnya Miansari dan panglima menikah. Rombongan pun akhirnya tiba di pulau Perca (Sumatera). Saat ini, tempat tersebut dinamakan Belawan. Masih belum ingin menetap, rombongan pun menelusuri aliran sungai hingga tiba di tempat yang kini dinamakan Durin Tani. Di tepat itu diketahui ada gua yang disebut gua Umang. Dianggap tak aman, Panglima Karo dengan rombongan pergi hingga sampai ke tempat bernama Buluhawar, Bukum. Mereka pun tinggal di kaki gunung kini bernama Sikeben yang berdekatan dengan Bandarbaru. Masih mencari tempat yang lebih nyaman, Karo kembali berpindah hingga tiba di kaki Gunung Barus. Meski pemandangan dan udara di tempat tersebut sangat disukai rombongannya, Karo tetap ingin mencari tempat lain yang mirip dengan tanah kelahirannya. Saat beristirahat di bawah pohon beringin, Karo mengutus anjing untuk menyusuri sungai yang kini disebut Sungai Lau Biang. Beruntung anjing itu kembali dengan selamat. Karo dan rombongan pun kembali melakukan perjalanan hingga tiba di daratan tinggi bernama Mulawari atau berseberangan dengan si Capah (Seberaya). Daratan tinggi kini ini sebut Tanah Karo. Pernikahan Putri Miansari-Karo dikaruniani tujuh anak. Anak pertama hingga keenam semuanya perempuan. 1. Corah 2. Unjuk 3. Tekang 4. Girik 5. Pagit 6. Jile 7. Meherga Anak ketujuh berjenis kelamin laki-laki. Lantaran disebut sebagai penerus, anak ketujuh ini diberi nama Meherga (berharga). Terciptanya Merga dari Suku Karo Lahir anak ketujuh Karo ini juga menjadi cikal bakal terciptanya merga di Suku Karo. Merga pun akhirnya menikah dengan anak Tarlon (saudara bungsu dari Miansari) bernama Cimata. Merga dan Cimata pun memiliki lima anak laki-laki yang namanya menjadi induk merga Suku Karo. Anak pertama yakni Karo (sebagai leluhur agar diingat para keturunannya). Anak keduanya yakni Ginting. Anak ketiga yakni Sembiring. Nama itu diambil kata kata Si Mbiring yang artinya hitam. Konon, Sembiring ini paling hitam di antara saudaranya. Anak ke empat Peranginangin. Dia diceritakan lhahir saat angin puting beliung. Sementara anak kelima atau bungsu diberi nama Tarigan. Itulah sejarah kenapa orang Karo tidak mau disebut orang Batak. Mereka tidak ingin menghapus sejarah leluhurnya hingga disebut suku Batak padahal mereka berbeda asal usul nenek moyang dan mereka telah membentuk identitas mereka yaitu" Suku Karo dgn Merga Silima" dgn salam Mejuah-juah.
@debylsinaga98902 ай бұрын
😂😂😂
@herisatriasahputragurusinga2 ай бұрын
@@debylsinaga9890KARO BUKAN BATAK hanya SUKU KARO 👍 Nama Batak sebagai identitas etnik ternyata tidak berasal dari orang Batak sendiri, tapi diciptakan atau dikonstruksi para musafir barat. Hal ini kemudian dikukuhkan misionaris Jerman yang datang ke tanah Batak sejak tahun 1860-an. Simpulan ini dikemukakan sejarahwan Unversitas Negeri Medan (Unimed) Ichwan Azhari yang baru usai melakukan penelitian di Jerman. Di Jerman, sejarahwan bergelar doktor ini memeriksa arsip-arsip yang ada di Wuppertal, Jerman. Dalam sumber-sumber lisan dan tertulis, terutama di dalam pustaha, atau tulisan tangan asli Batak, tidak ditemukan kata Batak untuk menyebut diri sebagai orang atau etnik Batak. Jadi dengan demikian nama Batak tidak asli berasal dari dalam kebudayaan Batak, tetapi diciptakan dan diberikan dari luar. "Kata Batak awalnya diambil para musafir yang menjelajah ke wilayah Pulau Sumatera dari para penduduk pesisir untuk menyebut kelompok etnik yang berada di pegunungan dengan nama bata. Tapi nama yang diberikan penduduk pesisir ini berkonotasi negatif bahkan cenderung menghina untuk menyebut penduduk pegunungan itu sebagai kurang beradab, liar, dan tinggal di hutan," kata Ichwan Azhari di Medan, Minggu (14/11/2010). Dalam penelitiannya yang dimulai sejak September lalu, selain memeriksa arsip-arsip di Jerman, Ichwan juga melengkapi datanya dengan mendatangi KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde atau the Royal Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies) di Belanda. Dia juga mewawancari sejumlah pakar ahli Batak di Belanda dan Jerman seperti Johan Angerler dan Lothar Schreiner. Hasilnya, pada sumber-sumber manuskrip Melayu klasik yang ditelusurinya, seperti manuskrip abad 17 koleksi Leiden, memang ditemukan kata Batak di kalangan orang Melayu di Malaysia, tetapi sebagai label untuk penduduk yang tinggal di rimba pedalaman semenanjung Malaka. Dalam manuskrip itu, saat Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511, Puteri Gunung Ledang yang sangat dihina dan direndahkan oleh teks ini, melarikan diri ke hulu sungai dan dalam teks itu disebut, "... masuk ke dalam hutan rimba yang amat besar hampir dengan negeri Batak. Maka diambil oleh segala menteri Batak itu, dirajakannya Puteri Gunung Ledang itu dalam negeri Batak itu." Tidak hanya di Malaysia, di Filipina juga penduduk pesisir menyebut penduduk pedalaman dengan streotip atau label negatif sebagai Batak. Untuk itu menurut Ichwan, cukup punya alasan dan tidak mengherankan kalau peneliti Batak terkenal asal Belanda bernama Van der Tuuk pernah risau dan mengingatkan para misionaris Jerman agar tidak menggunakan nama Batak untuk nama etnik karena imej negatif yang terkandung pada kata itu. "Di Malaysia dan Filipina penduduk yang diberi label Batak tidak mau menggunakan label merendahkan itu menjadi nama etnik mereka. Di Sumatera Utara label itu terus dipakai karena peran misionaris Jerman dan pemerintah kolonial Belanda yang memberi konstruksi dan makna baru atas kata itu," katanya. Disebutkan Ichwan, para misionaris itu sendiri awalnya ragu-ragu menggunakan kata Batak sebagai nama etnik, karena kata Batak tidak dikenal oleh orang Batak itu sendiri ketika para misionaris datang dan melakukan penelitian awal. Para misionaris awalnya menggunakan kata bata sebagai satu kesatuan dengan lander, jadi bata lander yang berarti tanah Batak, merupakan suatu nama yang lebih menunjuk ke kawasan geografis dan bukan kawasan budaya atau suku. Di arsip misionaris yang menyimpan sekitar 100 ribu dokumen berisi informasi penting berkaitan dengan aktivitas dan pemikiran di tanah Batak sejak pertengahan abad ke-19 itu, Ichwan menemukan dan meneliti puluhan peta, baik peta bata lander yang dibuat peneliti Jerman Friedrich Franz Wilhelm Junghuhn, maupun peta-peta lain sebelum dan setelah peta Junghuhn dibuat. "Peta-peta itu memperlihatkan adanya kebingungan para musafir barat dan misionaris Jerman untuk meletakkan dan mengkonstruksi secara pas sebuah kata Batak dari luar untuk diberikan kepada nama satu kelompok etnik yang heterogen yang sesungguhnya tidak mengenal kata ini dalam warisan sejarahnya," tukas Ichwan. Dalam peta-peta kuno itu, kata bata lander hanya digunakan sebagai judul peta tapi di dalamnya hanya nampak lebih besar dari judulnya nama-nama seperti Toba, Silindung, Rajah, Pac Pac, Karo, dan tidak ada nama batak sama sekali. Dalam salah satu peta kata Batak di dalam peta digunakan sebagai pembatas kawasan Aceh dengan Minangkabau. Kebingungan para misionaris Jerman untuk mengkonstruksi kata Batak sebagai nama suku juga nampak dari satu temuan Ichwan terhadap peta misionaris Jerman sendiri yang sama sekali tidak menggunakan judul bata lander sebagai judul peta dan membuang semua kata Batak yang ada dalam edisi penerbitan peta itu di dalam laporan tahunan misionaris. Padahal sebelumnya mereka telah menggunakan kata Batak itu. Kata Batak yang semula nama ejekan negatif penduduk pesisir kepada penduduk pedalaman, kemudian menjadi nama kawasan geografis penduduk dataran tinggi Sumatera Utara yang heterogen dan memiliki nama-namanya sendiri pada awal abad 20, bergeser menjadi nama etnik dan sebagai nama identitas yang terus mengalami perubahan. "Setelah misionaris Jerman berhasil menggunakan nama Batak sebagai nama etnik, pihak pemerintah Belanda juga menggunakan konsep Jerman itu dalam pengembangan dan perluasan basis-basis kolonialisme mereka. Nama Batak juga digunakan sebagai nama etnik para elit yang bermukim di Tapanuli Selatan yang beragama Islam," tukasnya. Bujur ras mejuah-juah man kita kerina Kalak KARO tanpa embel-embel pembatak2kan dgn logika dan fakta 🙏