Terharu saya... itulah garis hidup kita... tak kita ketahui... tiba-tiba kita sudah ditahun 2024 ini... dan inipun segera berlalu...
@anggawarsih22398 сағат бұрын
Martunis satu dari jutaan anak Aceh yg selamat dan banyak temen2 saya yg cerita selamanya juga luar biasa yg satu diatas kasur diatas pohon dibukit dan ada yg lain lari diatas gunung diatas ada mushola tempat banyak anak² dan warga yg selamat saat itu
@DcarissaPСағат бұрын
Angkat lagi min story Martunis, kisahnya luar biasa... masih ingat banget beritanya viral geger banget d tahun 2004 waktu saya masih SMP 😢
@Go0dfather06002 сағат бұрын
Cukup sudah menganggap Ronaldo sebagai bapak angkat mu, kerja.. kerja.... Jangan jadi pemalas yang hanya menjual nama ronaldo demi bertahan hidup. Karna kalau benar ronaldo menganggap kau anak angkat sudah pasti dapat dukungan financial.
@Zaky-f1sСағат бұрын
Gaya mu kerja.. emang benar dia sempat dapet dukungan finansial sempat di sekolah bola di sporting Lisbon Portugal,di akomodir semua sama Ronaldo.. mungkin martunis TDK berbakat dlm sepak bola,dn Ronaldo jga sibuk..
@Eny_sehunieeСағат бұрын
Bikin dokumenter nya min😢😢
@DaffaIrawan-h2d7 сағат бұрын
Udah di sekolahkan sepak bola di club Sporting Portugal tapi disia siakan kesempatan
@justianiwahjudi39016 сағат бұрын
Maksudnya disia siakan?
@billjourney9996 сағат бұрын
Tidak semua orang punya bakat main bola
@mattius-qu4ln6 сағат бұрын
Ga punya bakat cuy
@lisajane81814 сағат бұрын
Ya mau gmana lagi, klo tdk punya bakat /keinginan, ngapain dipaksakan. Rata rata pemain bola ataupun sekolah di club sepak bola, itu karena mreka suka bola & memang cita2 nya menjadi pemain sepak bola.
@tezar.a.d.t3 сағат бұрын
Betul
@zahrounnurullaily6235 сағат бұрын
😢😢😢
@RafdinesVr3 сағат бұрын
Kapan full dokumenter nya pak
@karanba49047 сағат бұрын
Anak angkat Ronaldo Mencari Kesempurnaan Cukup banyak orang mengejek Christian Ronaldo, karena ia putus kontak dengan klub papan atas liga Eropa, dan "hanya" masuk ke klub Arab Saudi. Pada saat yang sama "saingannya" Lionel Messi sedang dalam puncak karir. Ia memenangkan Piala Dunia, dan tentu saja tetap bermain di klub elit Eropa, yaitu PSG. Pantaskah Ronaldo diejek? Atas dasar apa? Ia adalah satu pemain sepak bola terbaik yang pernah ada di dunia. Orang mempertanyakan, siapa sebenarnya yang terbaik di antara para pemain yang pernah ada, yang disebut GOAT itu. Bisakah kita menunjuk seseorang sebagai the greatest of all time? Lha, zamannya saja berbeda, tentu saja ukuran-ukuran prestasinya juga berbeda, dan tingkat persaingannya juga berbeda. Dengan siapa Ronaldo mau dibandingkan? Ukurannya apa? Pada akhirnya orang harus bicara dengan ukuran-ukuran subjektif. Yang jelas, diejek bagaimana pun, Ronaldo punya penghasilan 200 juta dolar setahun. Jumlah yang bagi kita mustahil untuk kita dapatkan. Tapi begitulah manusia. Ada orang yang suka membandingkan dan mencari kekurangan. Orang-orang yang sudah luar biasa, masih dicari-cari kejelekannya. Kalau tak ditemukan kejelekan mutlak, dicari kejelekan relatifnya dengan membanding-bandingkan. Saya sendiri juga kadang-kadang begitu. Khususnya bagi diri saya sendiri. Saya kadang-kadang merasa kecewa dengan hidup saya. Saya merasa pencapaian saya tidak maksimal. Cuma, ukuran maksimal itu apa? Pertama, keinginan saya. Saya ingin begini, saya ingin begitu, banyak sekali. Persis seperti keinginan Nobita. Ketika kenyataan hidup tak sesuai dengan yang saya inginkan, saya kecewa. Padahal ada begitu banyak kenyataan hidup yang sudah sesuai dengan keinginan saya. Bahkan yang saya capai sekarang sudah jauh dari yang dulu menjadi keinginan-keinginan saya. Kedua, perbandingan dengan orang lain. Ada teman saya yang jadi CEO, menteri, kepala daerah, dan sebagainya. Sedang saya hanya rakyat biasa. Jabatan di perusahaan pun begitu-begitu saja. Sekarang malah jadi pekerja serabutan. Padahal, lagi-lagi, kalau dibandingkan dengan cita-cita saya dulu, yang saya capai sekarang sudah jauh di atas impian. Apa dasar untuk membandingkan dengan orang lain? Tidak ada. Perjalanan hidup kita berbeda-beda. Dan juga, tidak ada pentingnya. Beberapa hari yang lalu saya ngobrol dengan kawan lama. Ia jadi eksekutif di perusahaan multinasional. Dia tanya gaji saya waktu masih kerja dulu. Setelah saya jawab, saya balik bertanya. Oh, ternyata punya saya jauh lebih besar. Dan sekarang, meskipun berstatus kerja serabutan, penghasilan saya sebenarnya lebih besar daripada waktu masih jadi karyawan. Lalu, apa yang bikin kecewa? Itu adalah bolak-baliknya pikiran manusia. Kadang kita merasa puas, kadang tidak. Itu biasa saja. Mungkin bolak-balik itu memang diperlukan untuk tahu di mana posisi kita berada. Agar tak terlalu cepat puas, tapi juga sebaliknya, jangan menyiksa diri dengan ketidakpuasan.