Рет қаралды 152,242
KISAH PEMBUNUHAN BIARAWATI DI TIMOR LESTE
SENIN 27 September 1999, telepon sebuah rumah di Jl. Plawa 104, Denpasar, berdering. Lina Sri Rejeki mengangkat gagang telepon.
”Halo? Apakah ini rumah Agus? Agus Mulyawan?”
Lina mengiyakan.
”Agus meninggal!”
Tubuh Lina gemetar, lemas dan melepaskan gagang telepon.
Suara di ujung telepon itu milik Yeni Rosa Damayanti, aktivis hak asasi manusia dari Jakarta, yang bekerja mewakili Solidaritas untuk Penyelesaian Damai Timor Leste di Dili, ibukota Timor Timur.
Lina adalah ibu Agus Mulyawan, Agus yang belajar memotret dan bekerja freelance buat Asia Press saat penyelenggaraan jajak pendapat di Timor Timur sekitar dua minggu sebelumnya.
Yeni mengenal Agus dan mendapat kabar kematian Agus sehari sebelumnya. Yeni diberitahu Taur Matan Ruak, (yang waktu itu) sebagai komandan Forcas Armadas da Libertacao Nacional de Timor Leste atau kalau diterjemahkan artinya tentara pembebasan nasional Timor Timur dan biasa disingkat Falintil.
Taur Matan Ruak mengatakan Agus Mulyawan dibunuh milisi Timor Timur dan mayatnya ditemukan di dasar sungai Verukoco, Apikuru, kabupaten Lautem, pada hari Minggu 26 September 1999. Mayatnya ditemukan bersama delapan mayat lain.
Penemuan mayat terjadi secara kebetulan. Mayat-mayat yang mulai rusak itu ditemukan penduduk setempat yang sedang menghindari milisi. Sebagian ada yang lari ke hutan tapi ada juga yang nekat terjun ke sungai Verukoco. “Yang terjun inilah yang melihat mayat di dalam sungai,” ujar pemuda setempat Joao da Costa. Da Costa juga mengatakan ia ikut mengangkat mayat-mayat itu.
Kabar penemuan mayat itu segera tersebar. Hari itu juga serombongan pemuda memberanikan diri menuruni sungai. Namun keadaan tidak memungkinkan. Mereka gagal mengangkat mayat-mayat itu dari dalam air. Baru jam enam pagi, esok harinya, mereka bisa mengangkat semua mayat.
“Mayat yang kita angkat pertama mayat Agus,” cerita da Costa. Mereka tahu nama Agus Mulyawan dari kartu pers yang masih tersemat di tubuhnya. Agus ditemukan di samping mobil yang tenggelam di dasar sungai Verukoco.
Celeste de Calvalho, seorang suster atau biarawati Katolik keturunan Italia dari ordo Canossian, yang berdomisili di Baucau dan Titi Sandora da Lopez, seorang penduduk Timor warga Lospalos, ditemukan di bawah rongsokan mobil. Yang lainnya ditemukan di dalam mobil dengan tubuh berlubang bekas tembakan. Penemuan mayat-mayat itu jadi awal rangkaian terkuaknya kasus pembunuhan ini.