Рет қаралды 423
Peristiwa Malari, singkatan dari Malapetaka Lima Belas Januari 1974, adalah salah satu babak paling kontroversial dalam sejarah Indonesia modern. Terjadi di tengah-tengah rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, peristiwa ini dimulai sebagai demonstrasi mahasiswa menentang kunjungan Perdana Menteri Jepang Kakuei Tanaka, yang dianggap melambangkan dominasi ekonomi asing di Indonesia.
Apa yang dimulai sebagai protes damai segera berubah menjadi kerusuhan besar di Jakarta. Pembakaran, penjarahan, dan bentrokan dengan aparat keamanan menyebabkan kerusakan besar dan korban jiwa. Kerusuhan ini mengungkap ketegangan sosial, politik, dan ekonomi yang mendalam, serta mencerminkan ketidakpuasan luas terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak adil dan pro-asing.
Di balik kekacauan ini, terdapat berbagai spekulasi tentang peran fraksi-fraksi dalam militer dan intelijen yang diduga memanfaatkan situasi untuk tujuan politik mereka sendiri. Pemerintah merespons dengan tindakan keras, memberlakukan sensor media, dan melakukan penangkapan besar-besaran terhadap aktivis mahasiswa, yang menandai periode represif dalam sejarah Orde Baru.
Peristiwa Malari tidak hanya mengguncang stabilitas pemerintahan Soeharto tetapi juga meninggalkan warisan penting dalam gerakan mahasiswa dan perjuangan untuk keadilan sosial di Indonesia. Hingga kini, Malari tetap menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan otoritarianisme, serta menjadi bahan refleksi kritis tentang masa lalu dan masa depan Indonesia.