Рет қаралды 31,179
Karya Komposisi Karawitan Gending Tari Kreasi “Kaki Uduh”
A. Judul Karya
“Kaki Uduh” terdiri dari dua kata yang berbeda yaitu “Kaki” memiliki arti “Kakek” dalam istilah Bali. Kata Kaki diambil dari kebudayaan atau ritual masyarakat Bali pada saat merayakan hari suci Tumpek Wariga atau Tumpek Uduh. “Kaki Kaki Buin Selae Dina Galungane Apang Mebuah, Nged Nged Nged”, dengan maksud mewakili suatu ritual atau ciri khas dalam perayaan Tumpek Wariga sendiri atau sebagai simbolis bahwasanya di Bali keunikan dan keragam budaya tradisi masyarakat erat kaitanya dengan makna yang filosofis. Selain itu, kata “Kaki” bisa diartikan saudara Tertua yang dimana dalam kepercayaan masyarakat Bali, tumbuh-tumbuhan merupakan saudara tertua dan pertama kali hidup di alam semesta. Sedangkan kata “Uduh” mewakili salah satu Upacara Keagamaan Umat Hindu Di Bali yang jatuh setiap 6 bulan sekali lebih tepatnya Saniscara Keliwon Wuku Wariga atau 25 hari sebelum Umat Hindu Di Bali melaksanakan dan merayakan Hari Raya Suci Galungan, yang dikenal sebagai “Otonan” Tumbuh-tumbuhan. Jadi oleh sebab itu “Kaki Uduh” dipilih sebagai judul dari Komposisi Gending Tari Kreasi ini, yang memiliki kesan unik dan juga mempunyai makna yang begitu mendalam. Selain itu, pemilihan judul “Kaki Uduh” sangatlah unik dan diharapkan dapat menarik rasa serta daya tafsir penonton mengenai makna yang terkandung di dalam Karya Komposisi Gending Tari ini.
B. IdeKarya
“Tumpek wariga merupakan upacara berkaitan dengan lingkungan, terutama melestarikan pohon”. Berdoa agar pohon berbuah lebat, berbunga, punya kualitas bagus. Jika dapat menghasilkan buah, bunga, daun dan yang lain nantinya hal tersebut akan dipergunakan masyarakat Hindu di Bali sebagai sarana persembahan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa pada saat merayakan Hari Raya Suci Galungan. Pada saat merayakan Hari Suci Tumpek Wariga atau Tumpek Uduh, masyarakat Hindu Di Bali melaksanakan suatu upacara dengan menghaturkan Banten, sesajen dan yang paling unik yaitu mempersembahkan Bubuh. Bubuh atau Bubur yang dihaturkan dan diletakan pada bagian batang pohon-pohon begitupula sarana lainya pada Pohon-pohon sebagai ucapan rasa syukur dan terimakasih kehadapan Sang Pencipta atas anugerah menciptakan Alam semesta beserta isinya yang harmonis dan saling ketergantungan satu sama lain. Masyarakat Hindu di Bali saat merayakan Hari Suci Tumpek Wariga atau Tumpek Uduh juga memiliki pantangan yaitu tidak diperbolehkan menebang pohon ataupun hal yang merusak lingkungan.
Karya Komposisi Gending Tari Kreasi ini sarat akan makna filosofis yang dimana dalam berkehidupan dalam perkembangan Zaman Globalisasi seperti sekarang ini, manusia lebih diingatkan agar selalu menciptakan suatu hubungan yang harmonis dengan Tumbuh-tumbuhan. Pentingnya ekosistem alam seperti tumbuh-tumbuhan dengan kehidupan manusia seperti bermanfaat memenuhi kebutuhan oksigen manusia, sebagai bahan sandang dan pangan manusia, hingga dapat dikatakan manusia dan alam sangatlah ketergantungan. Seperti yang terdapat dalam ajaran Agama Hindu yaitu “Tri Hita Karana” yang berarti Tiga Hal yang menyebabkan terciptanya kebahagiaan dalam hidup manusia sebagai konsep berkehidupan yang harmonis. Diantaranya “Parahyangan” yaitu menciptakan hubungan yang harmonis kepada Tuhan. “Pawongan” menciptakan hubungan yang harmonis dengan sesama manusia. Dan khususnya dalam perayaan Hari Suci Tumpek Wariga/Tumpek Uduh, kita sebagai manusia diingatkan melaksanakan “Palemahan” yaitu menciptakan hubungan yang harmonis dengan Alam meliputi tumbuh-tumbuhan, binatang dan lainya. Hal ini yang memantik penata menciptakan Karya Komposisi Gending Tari Kreasi, sekaligus ingin menciptakan suatu karya yang dapat mengingatkan manusia agar lebih merawat lingkungan dan ekosistem alam.
Musisi/Penabuh : Emansipasi Wanita (Penabuh PKK)
Vokal : Gerong dan Garing
Komposer : Budi Cenong