Рет қаралды 1,777
Seminari Tinggi Interdiosesan San Giovanni XXIII (Latin: Seminarium Maius Interdiocesanum San Giovanni XXIII) merupakan tempat pembinaan calon pastor/ imam keuskupan (Diosesan) yang terletak di Kota Malang, Jawa Timur. Seminari ini bersifat antar keuskupan atau interdiosesan, dan mendidik sejumlah calon imam dari 12 keuskupan di Indonesia, antara lain: Keuskupan Malang, Keuskupan Denpasar, Keuskupan Agung Pontianak, Keuskupan Ketapang, Keuskupan Sintang, Keuskupan Palangkaraya, Keuskupan Banjarmasin, Keuskupan Agung Samarinda, Keuskupan Tanjung Selor, Keuskupan Sanggau, Keuskupan Timika (untuk beberapa frater pasca sarjana, sejak tahun 2017), dan Keuskupan Agung Medan (beberapa frater S1 sejak 2018 dan S2 sejak 2019) . Seminari Tinggi San Giovanni XXIII ini terletak di Jl. Bendungan Sigura-gura Barat no. 2 Malang.
Sejarah Singkat
Pada mulanya, Seminari Tinggi Interdiosesan Giovanni XXIII terbentuk atas kerja sama 3 keuskupan; Keuskupan Malang, Keuskupan Surabaya dan Keuskupan Denpasar. Para uskup itu membicarakan tentang pendirian seminari untuk membina para calon imam keuskupan mereka. Pendirian seminari merupakan tanggapan atas hasil Konsili Vatikan II khususnya sejak dekrit Optatam Totius. Selain itu, semakin banyak calon imam dari Keuskupan Semarang yang akan menempati Seminari Tinggi St. Paulus-Kentungan, tempat pembinaan sebelumnya. Maka dari itu, tiga uskup diosesan sepakat untuk segera mendirikan seminari tinggi interdiosesan di Malang. Kota Malang dipilih sebagai tempat pembinaan untuk mempertimbangkan lokasi studi yang telah dibangun sebelumnya yakni Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana. Seminari Tinggi Interdiosesan Giovanni XXIII memulai tahun pembinaan pada awal 1977. Tempat pembinaan bermula dengan menyewa wisma di Jl. Tanggamus no. 9 Malang dengan rektor RD. Athanasius Soebonokamdi. Kemudian, pada 5 Mei 1979 seminari pindah ke sebuah asrama atau konvik di Jl. Bromo no. 24 sebab wisma Tanggamus direnovasi pemiliknya.
Tahun 1980, RD. Aloysius Wahjasudibja dipercaya untuk menjadi rektor baru. Jumlah frater saat itu makin banyak dengan adanya tambahan frater Keuskupan Sanggau dan Keuskupan Ketapang yang dikirim ke seminari. Keuskupan Pontianak menyusul mengirimkan fraternya pada tahun 1983. Bulan April pada tahun yang sama, Wisma Unio di Jl. J. A. Suprapto no. 75 dibangun untuk menampung jumlah frater yang semakin banyak. Maka seminari tinggi pun menempati dua rumah formasi yakni di Jl. Bromo dan Wisma Unio. Adapun tiga keuskupan lainnya yakni Keuskupan Samarinda, Keuskupan Banjarmasin dan Keuskupan Dili mengirimkan frater juga. Ketersediaan tempat yang tidak mencukupi membuat seminari menempati juga rumah milik suster-suster Misericordia (MC) di Jl. Jaya Giri no. 20.
Kebutuhan akan tempat pembinaan yang satu dan tetap semakin mendesak. Keinginan itu tercapai ketika gedung seminari dengan 12 unit dibangun di Jl. Bendungan Sigura-Gura Barat no. 2 Malang. Seminari Tinggi Giovanni XXIII di tempat tersebut diresmikan oleh Mgr. F. X. Hadisumarta, O.Carm pada tanggal 19 Agustus 1988. Pada tahun 2008, Keuskupan Surabaya tidak lagi mengirimkan calon imamnya ke Seminari Giovanni. Uskup Surabaya telah mendirikan Seminari Tinggi Providentia Dei di Surabaya yang diresmikan pada tanggal 4 Agustus 2009, pada perayaan St. Yohanes Maria Vianney. Sementara itu hingga sekarang, ditengah perkembangan Kota Malang yang pesat Seminari Tinggi Giovanni tetap berdiri; membina sejumlah frater dari 10 diosesan di Indonesia.