Рет қаралды 3,775
#nahdlatululama #muhammadiyah
Berbicara tentang Nahdlatul Ulama atau NU dan Muhammadiyah, tentu banyak hal yang bisa diulas, mulai dari perbedaan pemahaman tentang suatu hal yang menyangkut ibadah, gesekan para simpatisannya dan kedekatan antara tokoh-tokoh kedua organisasi Islam terbesar tersebut.
Banyak cerita-cerita menarik seputar tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah, semisal Buya Hamka yang membaca qunut ketika mengimami jamaah Nahdiyin, dan banyak cerita menarik yang kerap dijadikan guyonan lainnya seperti cerita-cerita Gus Dur tentang Muhammadiyah dan lain sebagainya.
Kali ini, kami akan membahas kalimat penutup pidato yang khas dari NU dan Muhammadiyah, yaitu, Wallahul muwaffiq ila aqwamit thariiq yang merupakan kalimat penutup pidato khas Nahdlatul Ulama baik struktural maupun badan otonomnya dan Nashrun minallahi wa fathun qarib wa basyiril mu’minin, yang merupakan kalimat khas penutup pidato dari Muhammadiyah.
Kedua kalimat khas tersebut pernah diucapkan KH Ma’ruf Amin dalam kapasitasnya selaku Wakil Presiden ketika menutup perhelatan Muktamar Muhammadiyah serta Aisyiyah di Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakartapada Minggu 20 November 2022 yang lalu.
Hal tersebut tentu saja disambut riuh tawa kehangatan dan tepuk tangan para peserta Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48. Karena seperti kita ketahui Wapres Ma’ruf Amin adalah salah satu tokoh NU.
Lalu seperti apa arti dan sisi lain dari kedua kalimat penutup khas NU dan Muhammadiyah tersebut?
Berikut kami rangkum ulasannya dari berbagai sumber.
Wallahul muwaffiq ila aqwamit-thariiq merupakan kalimat penutup pidato dan surat-menyurat khas warga NU sebelum salam penutup.
Arti harfiahnya kurang lebih “Allah adalah Dzat yang memberi petunjuk ke jalan yang selurus-lurusnya”.
Istilah ini diciptakan oleh KH. Ahmad Abdul Hamid dari Kendal, Jawa Tengah.
Sementara, salam penutup khas di kalangan Muhammadiyah yakni “Nashrun minallahi wa fathun qarib wa basyiril mu’minin”. Yang artinya “Pertolongan datang dari Allah dan kemenangan itu sudah dekat, dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman.”
Kalimat tersebut kerap diucapkan kalangan Muhammadiyah ketika mengakhiri pidato, lalu ditutup dengan ucapan salam.