PEKALONGAN BATIK NIGHT CARNIVAL 2023

KAWIJAYAN NAGARI (Kejayaan Pekalongan)
Pekalongan merupakan salah satu kota besar di Provinsi Jawa Tengah. Letaknya berada di pesisir utara. Menurut beberapa Ahli, pada Abad ke 7, Pekalongan merupakan wilayah Kerajaan Kalingga. Hal ini didasarkan pada catatan Cheng Ho, seorang panglima asal Dinasti Ming yang menyebutkan bahwa armada perang Cheng Ho pernah singgah di suatu wilayah bernama Poe-Chua-Lung yang sekarang dikenal sebagai Pekalongan. Selain itu banyak peninggalan - peninggalan kerajaan Kalingga yang ditemukan di daerah Pekalongan.
Pada pada abad ke-17, Pekalongan secara administratif merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Islam. Pada tahun 1628, Pekalongan menjadi pusat pasukan Kerajaan Mataram Islam menyusun kekuatan dan perbekalan sebelum menyerang VOC di Batavia yang dipimpin oleh Pangeran Manduraredja dan Pangeran Bahureksa. Walaupun serangan tersebut gagal, banyak prajurit Mataram islam yang kemudian menetap di Pekalongan. Hal inilah yang membuat Pengaruh budaya Islam cukup kuat di wilayah Pekalongan. Pengaruh ini selain faktor keberadaan kekuasaan Mataram, juga pengaruh masa Kerajaan Demak. Wilayah Pekalongan telah berkembang menjadi salah satu pusat peradaban Santri, yang kini dapat ditemukan baik dalam bentuk pusat-pusat pendidikan Islam modern maupun pusat pendidikan Islam model tradisional, seperti yang tercermin dalam bentuk pesantren-pesantren yang tersebar dari wilayah kota sampai ke pedesaan
Kota Pekalongan telah berkembang ketika Islam menjadi ikon peradaban masa Demak dan Mataram . Kota ini makin berkembang menjadi kota pantai, ketika Daerah Pesisir Utara Jawa jatuh ke tangan VOC dari kekuasaan Kerajaan Martaram setelah berakhirnya Pemberontakan Cina pada 1743. di bawah kekuasaan VOC Kota Pekalongan meningkat menjadi kota pelabuhan terbesar di Pulau Jawa dan kota perdagangan bagi komoditas ekspor di wilayah Pekalongan, seperti beras, gula, dan nila, dan sebaliknya barang impor dari luar bagi wilayah Pekalongan dan sekitarnya. Pelabuhan Kota Pekalongan sering menjadi transit dan area pelelangan hasil tangkapan laut oleh para nelayan dari berbagai daerah. Oleh karena itulah selain pribumi Jawa, Kota Pekalongan dihuni oleh masyarakat keturunan Cina, Arab, dan etnis lain.
Kota Pekalongan mendapat julukan Kota Batik. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bahwa sejak puluhan dan ratusan tahun lampau hingga sekarang, sebagian besar proses produksi batik Pekalongan dikerjakan di rumah-rumah. Akibatnya batik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat Pekalongan. Di Pekalongan pula sebagai tempat pengusulan Batik sebagai Warisan sebagai Warisan Budaya Tak Benda UNESCO. Bukti Pekalongan Kota Batik lainnya adalah, Pemecahan rekor dunia untuk kategori batik terbesar oleh Paguyuban Pecinta Batik Pekalongan. Rekor tersebut pecah setelah Paguyuban mampu membatik kain sepanjang 1200 meter persegi (setara 12.916 kaki), dengan mengerahkan seribu pembatik tulis, sekaligus menyelesaikan pewarnaannya dalam waktu satu hari. Lembaga pencatat rekor Guinness World Records Ltd telah mengirim sertifikat pemecahan rekor untuk acara yang digelar pada 16 september 2005 lalu dengan tajuk “Batik On The Road”. Acara ini merupakan salah satu dari rangkaian Festival Batik Pekalongan 2005.
Sejarah menunjukkan Kejayaan Kota Pekalongan dimasa lalu, sebagai kota besar, kota Pelabuhan, kota Perindustrian, kota santri dan kota batik. Saat ini, Pekalongan dikenal sebagai kota pertama di Indonesia dan di Asia Tenggara yang terdaftar sebagai anggota Jaringan Kota Kreatif Dunia.
Dalam Pekan Batik Nasional, Batik Carnival Pekalongan, adalah salah satu media yang relevan untuk mengangkat kembali kejayaan Pekalongan di Masa lampau sebagai pelajaran yang berharga sebagai warga Pekalongan untuk mengisi hari ini dan mencanangkan seperti apa masa depannya.