Рет қаралды 11,196
Pemuda Ini Bermaksud Bunuh Ustadz, Keliru Tebas Anaknya yang Kecil dan Sedang Tidur
Reporter: Kuswanto Ferdian | yul
PAMEKASAN - Satreskrim Polres Pamekasan merekonstruksi kasus pembunuhan Acdan Arif Triaditia (9), siswa kelas II SD, oleh Uli Abrori (20), warga Kelurahan Karang Duwe’, Kecamatan Kota, Sumenep, Madura.
Pembunuhan terjadi Minggu (7/3/2021) sekitar pukul 23.00, sedangkan rekonstruksi digelar di di area markas Polres Pamekasan, Senin (5/4/2021).
Saat rekonstruksi pembunuhan dilakukan, UA dihadirkan langsung.
Rambut pembunuh asal Sumenep itu sudah berubah hitam pendek.
Padahal, saat baru diamankan oleh anggota Satreskrim Polres Pamekasan pada Senin 8 Maret 2021 lalu, rambut pria berusia 20 tahun tersebut masih berwarna pirang dan gondrong.
Berdasarkan catatan TribunMadura.com, terdapat 12 adegan yang diperagakan oleh UA saat akan membunuh AATA, warga Dusun Ombul, Desa Taraban, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan.
Sebelum pembunuhan dilakukan oleh UA, ia datang ke rumah korban berjalan kaki sembari membawa samurai berukuran 108 cm.
Samurai tersebut ia pegang dengan tangan kanannya.
Setelah itu, UA mulai memasuki rumah korban.
Saat tiba di bagian teras rumah korban, UA mulai membuka sarung samurainya.
Lalu sarung samurai itu ia letakkan di teras rumah korban.
Selepas itu, UA masuk ke dalam rumah korban dengan cara menendang pintu depan rumah korban menggunakan kaki kanannya sembari menodongkan samurai yang ia bawa ke arah depan pintu.
Setelah pintu depan rumah korban terbuka, UA mulai menyisir dua kamar korban.
Pertama, UA masuk ke kamar bagian kiri.
Ia mendobrak pintu kamar bagian kiri itu dengan kaki kirinya sembari memegang samurai di tangan kanannya.
Setelah pintu kamar tersebut terbuka, UA mendapati seseorang yang sedang tertidur memakai selimut dalam posisi badan miring ke kanan.
Ketika mendapati ada orang tidur, UA kalap, dan langsung menebaskan samurai yang ia bawa ke tempurung kepala korban bagian belakang sebanyak satu kali.
Samurai itu ia tebaskan menggunakan tangan kanannya.
Usai samurai itu tertebas ke bagian belakang kepala korban, seketika korban terbangun.
Saat itu UA mengaku terkejut karena samurai yang ia tebaskan ternyata salah sasaran.
UA menduga, kala itu yang tidur di kamar tersebut adalah ayah korban, yaitu Karimullah.
Sebab Karimullah yang menjadi sasaran untuk dibunuh oleh UA.
Karena UA merasa kasihan terhadap korban yang dikhawatikran akan tersiksa meski hidup, lalu oleh UA langsung dibunuh dan ia kembali menebaskan samurainya ke bagian leher korban sebanyak tiga kali.
Sewaktu usai ditebas tiga kali oleh pelaku, kondisi leher korban hampir putus.
Setelah menghabisi nyawa korban, UA langsung menuju ke kamar sebelah kanan.
Kamar itu ia dobrak menggunakan kaki kanannya.
Setelah kamar tersebut terbuka, di dalam kamar itu tidak ada orang sama sekali.
Hingga akhirnya, UA pulang sembari menenteng samurainya yang berlumuran darah.
Sebelum bergegas pulang, sarung samurai yang ia tinggal di teras rumah korban, tak lupa dibawa pulang.
UA mengaku menyesal karena telah membunuh anak-anak.
Padahal kata dia, sasaran utama yang akan dibunuh oleh dirinya adalah ayah korban.
Sebelumnya, Kasatreskrim Polres Pamekasan, AKP Adhi Putranto Utomo mengatakan, pelaku menghabisi nyawa siswa berusia 9 tahun itu, memakai pedang samurai sepanjang 108 cm.
Samurai yang dipegang oleh pria berusia 20 tahun tersebut, ditebaskan sebanyak tiga kali ke bagian tubuh korban.
Pertama, ditebaskan ke bagian kepala korban sebanyak dua kali.
Lalu yang terakhir, ditebaskan ke bagian paha korban.
Mirisnya, korban dibunuh oleh pelaku saat sedang tertidur pulas di dalam kamarnya.
"Korban ini warga Dusun Ombul, Desa Taraban, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan. Korban dibunuh di rumahnya sekitar pukul 23.45 WIB, Minggu 7 Maret 2020, kemarin," kata AKP Adhi Putranto Utomo kepada TribunMadura.com, pada Senin (8/3/2021).
Menurut dia, terjadinya pembunuhan anak di bawah umur ini, dipicu karena pelaku sakit hati kepada Ayah korban.
Awalnya, masalah sakit hati tersebut membara di hati pelaku, bermula dari konflik percekcokan antara dua keluarga, yaitu antara keluarga pelaku dan keluarga korban.
Kata dia, sehari sebelum terjadinya pembunuhan, pelaku sempat datang ke rumah korban untuk mencari Ayah korban.
Namun, di hari itu, Ayah korban sedang tidak ada di rumahnya.
Sehingga, pelaku memutuskan untuk kembali pulang ke rumahnya.
Keesokan harinya, pelaku kembali datang ke rumah korban waktu malam hari, dengan maksud dan tujuan yang sama, yaitu ingin bertemu dengan Ayah korban.
Namun, malam itu, pelaku datang ke rumah korban sembari membawa sebilah samurai.
Setiba di rumah korban, lagi-lagi pelaku tidak bertemu dengan Ayah korban.
Sehingga malam itu, pelaku langsung geram dan mendobrak pintu rumah korban.
#sumenep #pamekasan #madura #dukunsantet #primitif