Рет қаралды 229
Bagi warga Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) mungkin sudah tak asing dengan bangunan Gereja Paroki Santo Yosef atau yang sering disebut Gereja Gedangan.
Sebuah Gereja Katolik yang yang berada di Kawasan Kota Lama, Jalan Ronggowarsito, Kota Semarang itu sampai saat ini masih berdiri megah.
Berdasarkan catatan sejarah, gereja tersebut berdiri pada 1870 hingga 1875 dengan tokoh yang terkenal bernama Monsinyur Albertus Soegijapranata.
Gereja Gedangan juga menjadi Gereja Katolik paling tua di Kota Semarang.
Pemerhati Sejarah Kota Semarang, Johanes Christiono mengatakan, selain menjadi Gereja Katolik paling tua di Kota Semarang, gereja tersebut juga pernah menjadi tempat persembunyian pejuang.
"Banyak pejuang yang bersembunyi di sana lewat pintu belakang," jelasnya seorang pemerhati sejarah.
Dia menjelaskan, saat perang lima hari di Semarang mulai 15-19 Oktober 1945 banyak pejuang yang kocar-kacir dan melarikan diri dari kejaran tentara Jepang.
Salah satu tempat persembunyian para pejuang adalah Gereja Gedangan yang saat itu dipimpin oleh Monsinyur Albertus Soegijapranata.
"Saat itu, Monsinyur Albertus Soegijapranata memutuskan sikap politik untuk memihak kepada Republik Indonesia," ucap Johanes.
Hal itulah yang membuat para pejuang dapat bersembunyi di Gereja Katolik tertua di Kota Semarang itu. Apalagi, saat itu Jepang sudah kalah perang dengan Amerika.
"Jepang saat itu sudah kalah perang dan Gereja Katolik punya dukungan dari luar," papar dia.
Karena keputusan Soegijapranata itu, pasukan Jepang tak berani masuk ke Gereja Gedangan.
"Padahal, saat itu pejuang kemerdekaan ada bersembunyi di sana," imbuh dia.
Meski demikian, dia tak tahu pasti apa alasan pasukan Jepang tak berani masuk ke Gereja Gedangan.
"Ada dugaan pasukan Jepang tak masuk gereja tersebut karena bukan interniran," imbuhnya.
#gerejagedangan #gerejapalingtua #sejarahsemarang #natal