Sepotong Senja - Acep Zamzam Noor

  Рет қаралды 720

Belantarakata

Belantarakata

Күн бұрын

Sebuah puisi tentang kehidupan seorang penyair yang terkadang mendapati sebuah keragu-raguan dalam hidup yang kompleks dan selalu berusaha menemukan hidup yang hakiki.
Sepotong Senja
Sepotong senja kemerahan yang kauberikan padaku
Segulung mega serta segenggam kabut yang memabukan itu
Masih belum bisa kuterjemahkan sebagai puisi
Senyummu terlalu jenaka untuk seorang Rabi’ah
Dan punggungmu belum cukup bungkuk untuk tertatih
Menyusuri lorong-lorong Basrah dengan tongkat tua
Bagiku, kesepian belum cukup untuk lahirnya sebuah puisi
Sebab kita belum cukup terbakar dalam api
Berkali-kali kausebut aku Hamlet yang gila
Hanya karena keraguanku menafsirkan sorot matamu
Karena begitu lama kubutuhkan waktu untuk terus berlari
Sebelum kulumuri kanvas-kanvasku dengan airmata
Mungkin aku lebih mirip Sisifus yang terkutuk
Atau Narsisus yang mabuk? Sepotong senja yang kauberikan
Segulung mega serta segenggam kabut yang memabukan itu
Masih belum bisa kuungkapkan sebagai lukisan
Di terowongan-terowongan kota Mekkah
Aku tidak menulis apa-apa, juga tidak melukis siapa-siapa
Di gurun-gurun pasir yang garang, di bukit-bukit batu
Aku tidak meratap atau menyanyi, hanya sekedar membaca sunyi
Aku bukanlah Bilal yang nyaring mengumandangkan azan
Juga bukan Hamzah yang lantang di garis paling depan
Bukan siapa-siapa. Kepenyairan hanya berlangsung dalam hatiku
Dan aku terus berlari dengan sepotong senja yang kauberikan
Di kanal-kanal Venezia, di relung-relung jembatan yang renta
Di antara para pelancong dan penziarah, juga para pelacur dan pastor
Aku tidak pernah lupa memanggil namamu, juga tidak pernah lupa
Menyumpahimu. Kubuka sebuah peta kuno di meja restoran
Sambil membayangkan pasukan kuda berderap dari arah selatan
Lalu kanvas-kanvas kosong kugelar sepanjang trotoar, kertas-kertas
Kutempel sepanjang terowongan. Ternyata aku tidak pernah lupa
Pada rambut ikalmu, pada hijau pupus kerudungmu
Sekali waktu kau mengejekku pengecut yang saleh
Ketika aku tersentak mendengar keinginanmu pergi ke Aceh
Mengikuti jejak Tjut Njak Dien dengan sebuah lentera kecil
Apakah kau mencari sesuatu yang paling ujung, paling tepi
Paling sunyi? Tapi alis matamu terlalu indah untuk rimba-rimba
Untuk perburuan makna di tengah dahsyatnya belantara
Ah, mungkin Lhok Nga akan menyambutmu dengan rebana
Atau malah menimbunmu dengan karangan bunga
Tiba-tiba aku tersungkur di lembah Mina
Jasadku yang telanjang hanya dibalut selembar kain putih
Seperti matahari, seperti udara, seperti
tenda-tenda semuanya
Memutih. Apakah domba-domba mendengar jerit suaraku yang perih
Dan memberikan darahnya untuk mengentalkan lukaku? Apakah
Unta-unta mencium bau anyir kesakitanku? Apakah bukit-bukit batu
Membaca kerinduanku dan menggelindingkan satu bongkahannya
Untuk menindihku? Apakah gurun-gurun pasir memahami serapahku?
Sepotong senja kemerahan yang kauberikan padaku
Segulung mega serta segenggam kabut yang memabukkan itu
Masih belum bisa kuterjemahkan sebagai puisi
Payudaramu terlalu lunak untuk seorang Madonna
Dan bibirmu belum cukup tebal untuk selalu tersenyum
Sambil melambai-lambaikan tangan dengan sebatang cerutu
Bagiku, keindahan belum cukup untuk lahirnya sebuah puisi
Sebab kita belum cukup tenggelam dalam sepi.
------- Tentang penyair:
Acep Zamzam Noor adalah penyair dan pelukis kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat.
Kumpulan puisinya yang terbaru, Menjadi Penyair Lagi, Menulis Puisi Lagi, meraih Khatulistiwa Literary Award 2006-2007. Sedang kumpulan puisinya yang lain, Jalan Menuju Rumahmu, mendapat SEA Write Award 2005 dari Kerajaan Thailand.
Sejumlah sajaknya telah diterbitkan dalam bentuk kumpulan sajak, yaitu Tamparlah Mukaku! (1982), Aku Kini Doa (1986), Kasidah Sunyi (1989), Dari Kota Hujan (1996), Di Luar Kata (1996), Di Atas Umbira (1999), serta Dayeuh Matapoe (1993, kumpulan sajak dalam bahasa Sunda).
- 🎧 headset on!
Mari saya bacakan puisi
Agar setiap diksi ber-resonansi
Mengisi ruang dalam hati
.
.
🍭🎊 Dukung channel ini dengan memberi donasi sukarela lewat SUPER THANK ($).
Pastikan SUBCRIBE dan nyalakan lonceng notifikasinya, agar menjadi yang paling awal menikmati video terbaru. Jangan lupa Share & Comment jika video ini bermanfaat.
________________________________________________________________________
Judul puisi: Sepotong Senja
Penulis: Acep Zamzam Noor
Voice over: Wawan Tallawengkaar
Music: Air Prelude oleh Kevin MacLeod dilisensikan berdasarkan lisensi Creative Commons Attribution 4.0. creativecommon...
Sumber: incompetech.com...
Artis: incompetech.com/
Belantarakata ©2023
Kritik dan saran, silakan isi kolom komentar.
Terima kasih.

Пікірлер: 8
@FridolynDolys
@FridolynDolys 8 ай бұрын
Sangat memberikan nuansa makna yang mengilhami setiap hati👍👍
@VieChannel
@VieChannel 8 ай бұрын
Keren puisinya kak
@Belantarakata
@Belantarakata 8 ай бұрын
Terima kasih, orang sebrang
@DanuUtama
@DanuUtama 8 ай бұрын
Hadir masse
@Belantarakata
@Belantarakata 8 ай бұрын
Matur nuwun, Maseeh
@adeyogiirawan
@adeyogiirawan 6 ай бұрын
Aku mendengar jerit dalam diam
@restuarf911
@restuarf911 8 ай бұрын
Bang bacain puisi ku dong.. Boleh?
@Belantarakata
@Belantarakata 8 ай бұрын
Kirimkan naskah puisi ke sastra media dotcom
Kumpulan Puisi Sapardi Djoko Damono yang Paling Menyentuh hati
9:26
CARA ANEH & EFEKTIF Selesaikan Masalah Apapun | Ringkasan Buku
16:36
POV: Your kids ask to play the claw machine
00:20
Hungry FAM
Рет қаралды 8 МЛН
Matching Picture Challenge with Alfredo Larin's family! 👍
00:37
BigSchool
Рет қаралды 53 МЛН
Bu, Anakmu Gagal
4:29
Fiersa Besari
Рет қаралды 2,3 МЛН
Kumpulan Puisi Terbaik Sastrawan dan Penyair Dunia
10:17
Belantarakata
Рет қаралды 41 М.
POV: Your kids ask to play the claw machine
00:20
Hungry FAM
Рет қаралды 8 МЛН