Рет қаралды 157
Segment 1 (Lokasi : SMP N 1 Ngrampal) : Subyek anak sebagai pemain Utama sedang bermain social media Instagram. Ia melihat unggahan tentang lomba videografi pelajar tahun 2024 di IG Kominfo.sragen.
Fatimah : "Eh Shof, lihat nih ada lomba videografi dalam rangka HUT Sragen"
Shofi : "Coba, mana lihat!" (sambil membaca syarat dan ketentuan lomba)
Fatimah : "Gimana Shof? Ikutan yuk, menarik nih! Siapa tahu bisa masuk nominasi."
Shofi : "Boleh-boleh. Aku juga tertarik. Tapi subtema apa yang mau kita ambil ya?"
Fatimah : (Sejenak berpikir) "Emm, gimana kalau kita ambil sejarah pengembangan teknologi tradisional?"
Shofi : "Menarik sih. Kalo dari yg sudah ku baca tadi, apa kita ambil Waduk Bayut aja ya? Aku sering ke sana, karena dekat dengan rumah nenekku."
Fatimah : "Di mana itu?"
Shofi : "Di kecamatan Sambirejo."
Fatimah : "Aku belum pernah ke sana."
Shofi : "Sini ku tunjukkan letakknya. kan ada peta kabupaten sragen di dekat ruang guru."
(Mereka berjalan menuju arah ruang guru)
Shofi : "Ini lho tempatnya. Kita kan di sini (menunjuk Kec. Ngrampal), nah tempatnya di daerah sini (menunjuk Kec.Sambirejo)
Fatimah : "Wah, berarti tidak begitu jauh ya dari sini? Kira-kira berapa menit dari sini?"
Shofi : "Mungkin sekitar 30 menit kita sudah sampai di lokasinya"
Fatimah : "Okee. Kita boleh ikut lomba ini nggak yaa? Coba izin dulu ke Pak Pranowo yuk!"
(Mereka masuk ruang guru, mencari Pak Aji untuk meminta izin)
Fatimah : "Selamat siang pak, ini tadi kami menemukan info tentang lomba videografi dalam rangka HUT Sragen ke 278. Kira-kira kami boleh ikut tidak ya pak?"
Pak Aji : "Coba, mana lihat infonya."
Farimah : "Ini pak."
Pak Aji : (Membaca info dari HP) "Mmmm ya ya. Selagi kalian mampu, mengapa tidak? Memang kalian mau ambil subtema apa?"
Shofi : "Kami mau ambil sejarah pengembangan teknologi tradisional pak, yaitu di Waduk Bayut Kecamatan Sambirejo."
Pak Aji : "Wah sangat bagus itu. Bisa untuk menambah wawasan kalian juga. Sebelum kalian pergi ke sana, alangkah lebih baiknya kalian mencari informasi bisa lewat internet atau buku di perpustakaan tentang sejarah Waduk Bayut."
Fatimah : "Baik pak. Terima kasih atas support dan arahannya."
(Fatimah dan Shofi bersalaman dengan Pak Aji)
Segment 2 (Lokasi : Waduk Bayut) : Fatimah dan Shofi bersepeda menuju ke tanjakan waduk bayut dan sampai ke waduk bayut
Shofi : “Wah, ternyata indah sekali ya pemandangannya dari sini. Nggak sia-sia kita bersepeda sampai sini. Memang proses tidak akan mengkhianati hasil kawan.”
Fatimah : “Iya kaaan, bener apa yang ku bilang kemarin…
Sragen memiliki cukup banyak objek wisata. Baik objek wisata alam maupun buatan. Objek wisata alam adalah objek wisata alami akibat proses alamiah. Objek wisata buatan adalah objek wisata hasil buatan manusia. Namun, ada juga objek wisata yang merupakan hasil keduanya.
Nah, waduk ini adalah salah satu wisata buatan dan merupakan teknologi tradisional yang bertujuan untuk irigasi persawahan.
Waduk Bayut ini terletak di sisi tenggara dari pusat kota Sragen, yakni di perbatasan Sragen dengan Ngawi Jawa Timur. Waduk Bayut berjarak sekira 20 km dari Kota Sragen. Waduk yang dibangun pada masa kolonial Belanda itu mudah dijangkau setelah melewati tanjakan jalan di Dusun Mbayut RT 012, Desa Jambeyan, Kecamatan Sambirejo, Sragen. Waduk Bayut dikenal juga dengan sebutan Waduk Gebyar.
Waduk Mbayut dibangun pada masa kolonial Belanda. Tepatnya setelah pecah Agresi Militer II, yakni tahun 1948. Konstruksi dan artitekturnya khas Eropa. Dibangun secara bertahap hingga beberapa kali. Selesai dibangun dan diresmikan pada 1955. Waduk ini menyerupai daun waru yang jadi lambang cinta. Indahnya waduk ini karena berlatar Gunung Lawu. Selain itu, air jernih yang selalu mengalir makin menambah eloknya pemandangan. Hamparan luasnya sawah membuat mata sejuk memandang.
Pada saat peresmian digelar pergelaran wayang kulit di area sawah sebelah timur Kemantren atau gedung penjaga waduk. Sekarang disebut kantor pengairan. Konon lokasi waduk itu merupakan makam kuno. Makam orang pertama yang datang dan tinggal di dukuh ini. Masyarakat setempat memanggilnya Mbah Buyut. Karena pengucapan dua kata itu terasa sulit di lidah masyarakat Jawa, akhirnya disingkat dengan sebutan Mbayut.
“Ada 3 hal yang menarik dari waduk yang berada di ketinggian 312 meter dari permukaan laut (mdpl) tersebut.
1. Punya Dua Nama
Waduk Bayut dikenal juga dengan sebutan Waduk Gebyar. Waduk ini disebut Waduk Bayut karena lokasinya di Dusun Mbayut. Menurut cerita dari para sesepuh, di lokasi tak jauh dari waduk itu terdapat makam Mbah Buyut atau orang yang dituakan di kampung itu. Disebut Waduk Gebyar karena pengisian waduk itu menggunakan air yang dialirkan dari Dusun Segebyar, Desa Lempong, Kecamatan Jenawi, Karanganyar, yang jaraknya tidak berjauhan.
2. Diapit Bukit-Bukit
Waduk Bayut dibangun di area persawahan. Lokasinya diapit beberapa bukit. Oleh warga sekitar, bukit-bukit itu diberi nama Gunung Kunci, Gunung Bon Jambu, dan Gunung Watu Lumbung.
3. Waduk Cinta
(...)