1. Dunia ini memang tidak ideal. Terkadang tidak sesuai dengan yang kita rencanakan dan harapkan. Tetapi dengan kita bersyukur kepada Allah. Semua ketidakadilan yang kita peroleh di dunia akan diganti oleh Allah dengan sesuatu yang baik dan berkah. 2. Kisah Ummu Sulaim yang putranya meninggal dunia pada saat suaminya tidak berada di rumah. Ketika dalam kondisi sedih, beliau ridha dengan yang Allah putuskan. Ketika suaminya pulang, ia mengatur kata dan kalimat supaya suaminya pun ridha dengan yang terjadi pada anak mereka. Mereka tetap bersyukur dengan ujian yang Allah berikan kepada mereka, ketika anak mereka wafat. Lalu Allah berikan pengganti yang lebih baik daripada anak yang Allah ambil ketika mereka tetap bersyukur atas ujian yang Allah berikan pada kehidupan mereka. 3. Syukur tidak menjamin kita kaya dan berlimpah harta dan finansial. Yang jelas jika kita bersyukur atas perkara yang tidak ideal yang kita peroleh, karena tidak sesuai dengan rencana dan harapan kita, maka akan diganti oleh Allah. Selama kita menjadi hamba yang bersyukur kepada Allah. Anak yang selalu berterima kasih kepada bapaknya, maka bapaknya akan memiliki perhatian yang lebih kepada anak tersebut. Terlebih lagi ketika kita berada di hadapan Allah. Ketika kita berterima kasih dan bersyukur kepada Allah, maka kita tidak akan dilewatkan oleh Allah untuk mendapatkan curahan rahmat, sesuai dengan yang Allah anugerahkan kepada kita. Jadi penuntut ilmu mesti banyak bersyukur. Apapun yang kita jalani atau kita dapatkan, maka perbanyak syukur kepada Allah. Syukur itu menyenangkan, syukur itu menenangkan. 4. Pernikahan adalah sesuatu yang membawa 3 perkara yang dibebankan kepada suami dan istri. Di dalam pernikahan itu ada sebuah komitmen yang harus diberikan secara utuh. Selain komitmen, pernikahan itu juga memberikan kewajiban yang harus dilaksanakan suami maupun istri. Pernikahan pasti memberikan pernak-pernik masalah yang terjadi. Tidak sedikit orang yang setelah menikah lupa dengan kewajibannya. Mereka lupa memberi nafkah, lupa memberikan pendidikan dan pengarahan kepada anak-anak mereka. Padahal ini merupakan kewajiban. Mereka juga tidak memberikan komitmen untuk menjaga keluarga mereka dari yang diharamkan dan perkara yang dimurkai oleh Allah. Yang ketiga adalah terkadang mereka tidak siap dengan konsekuensi nya. Ini menjadi masalah serius, ketika di dalam pernikahan kita tidak siap dengan komitmen, kewajiban dan konsekuensi yang harus dihadapi. 5. Sebagai penuntut ilmu, maka kita harus punya keinginan untuk belajar. Dalam pernikahan itu tidak ada yang senior. Berapa pun usia pernikahan kita, tidak menjamin bahwa kita akan baik-baik saja sampai salah satu dari kita wafat. Ada yang selamat di 5/10 tahun pertama, tapi belum tentu selamat di 5/10 tahun berikutnya. Badai yang menimpa sebuah keluarga, terkadang lebih besar dari biduk/kapal rumah tangga itu. Kalau kita tidak siap mendapatkan hempasan badai dan ombak nya, maka kita akan ikut tenggelam. Inilah mengapa kita mempelajari Buku Suamimu Bukan Muhammad, Istrimu Bukan Khadijah. Ini supaya pernikahan kita bisa sesuai dengan barometer yang disampaikan oleh Rasulullah. 6. Pernikahan yang baik adalah pernikahan yang selalu dievaluasi. Suami mengevaluasi kekurangannya, istri juga mengevaluasi kekurangannya. Kalau ada suami istri yang sudah tidak mau lagi mengevaluasi, dimana suami sudah merasa paling sempurna. Istri juga sudah merasa paling khidmah dan paling sempurna, maka tidak akan ada perbaikan di dalam pernikahan. Karena penyakit merasa adalah suatu penyakit yang serius yang dapat menggerogoti kesehatan pernikahan. Banyak suami ketika ia melakukan sesuatu yang melampaui batas, karena ia merasa sudah berbuat baik kepada istrinya. Banyak istri menyakiti suaminya, tapi dia merasa telah berbuat baik dan khidmah kepada suaminya. Penyakit merasa itu membahayakan. Penyakit merasa membuat seseorang tidak lagi menikmati sebuah proses yang bernama pernikahan. 7. Ketika sebuah kewajiban itu diabaikan dan tidak dipenuhi setiap porsinya, maka ia akan sulit untuk mendapatkan hak nya. Kewajiban dan hak itu berjalan beriringan dan tidak terpisahkan. Ketika kewajiban dilakukan, maka hak nya akan diperoleh. Tetapi ketika kewajiban tidak dilaksanakan, maka hak nya tidak akan diperoleh. Hal ini bisa menjadi pemicu dan bom waktu jika terus-terusan terjadi. Makanya kita perlu membahas terlebih dahulu yang menjadi kewajiban dari seorang suami berdasarkan kisah-kisah dari para ulama terdahulu, ketika menjelaskan kewajiban-kewajiban seorang laki-laki di dalam pernikahan. Para suami harus tahu bahwa di dalam sebuah keluarga itu tidak hanya memberi nafkah, tapi ada juga kewajiban-kewajiban yang lainnya, walaupun memberi nafkah salah satu kewajiban pokok.
@fannyangelia622 жыл бұрын
8. Dalam pernikahan, mendapatkan materi ilmu itu harus berimbang. Hati kita juga harus ikhlas dan benar ketika mendapatkan ilmu di dalam pernikahan. Jangan sampai seorang istri ketika mendapatkan ilmu, dia merasa mendapatkan pembenaran untuk menyalahkan dan menyudutkan suaminya. Jangan sampai juga suami ketika mendapatkan ilmu menyudutkan istri. Pernikahan itu harus benar-benar mendapatkan petunjuk yang dibenarkan oleh syariat Islam. 9. Surat Az-Zumar ayat 42: Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. 10. Ketika seseorang akan meninggal dunia dalam kondisi masih syirik, masih kufur kepada Allah, maka semua amal kebaikannya tidak akan diterima oleh Allah. Karena syarat diterimanya amal ibadah itu beriman kepada Allah dan tidak berbuat syirik. Ia juga tidak bisa didoakan untuk diberikan rahmat dan diampuni dosanya. Karena syarat diampuni dosanya oleh Allah harus beriman kepada Allah dan tidak berbuat syirik. 11. Allah mencabut rasa belas kasih penduduk surga dari rasa kasihan kepada orang-orang yang tidak beriman. Yang di sepanjang hidupnya kufur kepada Allah. Rahmat nya hanya kepada orang yang masih beriman, makanya penduduk surga bisa memberikan syafaat kepada penduduk neraka, selama penduduk neraka masih dalam kondisi beriman, tetapi dosanya lebih banyak daripada pahalanya. 12. Rasulullah ﷺ dalam salah satu riwayat mengatakan bahwa dalam kehidupan di akhirat ada orang-orang yang tidak beriman. Mereka tidak mengikuti dakwah yang disampaikan oleh Rasulullah. Orang-orang ini berkata, “Kami berasal dari kabilah yang sama dengan mu wahai Muhammad, kami adalah keluarga mu.” Tapi Rasulullah ﷺ tidak memberikan respons. Karena memang sudah dicabut rasa belas kasih kepada mereka yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Batasan terakhir kita itu adalah keimanan kepada Allah. Tidak melakukan perbuatan kufur, syirik, dan murtad dari agama Allah. Kalau ini sudah lepas, maka akan sangat berbeda kondisinya di akhirat kelak. Makanya kita harus meminta terus kepada Allah agar keluarga kita harus dijaga di dalam keimanan dan ketakwaan serta terhindar dari segala macam fitnah. Banyak hal bisa terjadi saat ini, salah satunya mungkin disebabkan kelalaian kita berdoa, maka kita harus terus berdoa agar keluarga kita dijaga di dalam keimanan. 13. Kita harus mencontoh Nabi Ibrahim AS dalam berdoa. Nabi Ibrahim AS itu anaknya juga nabi. Salah satu doa yang dipanjat kan oleh Nabi Ibrahim AS itu adalah, “Ya Allah jauhkanlah diriku dan keturunan ku dari menyembah berhala.” Artinya setingkat Nabi Ibrahim AS saja memohon kepada Allah agar keluarganya terjaga dari syirik. 14. Kisah nyata keluarga yang baik dan sering mengaji, ternyata salah satu anaknya akhirnya murtad dan berpindah agama. Padahal beliau adalah orang yang begitu baik dan senantiasa melakukan kebaikan. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa musibah yang menimpa kepada sebagian orang itu menjadi pelajaran untuk kita di masa mendatang. Kita harus selalu berdoa agar keluarga kita mendapatkan keimanan, supaya terhindar dari perbuatan syirik dan kufur. Jangan merasa dalam posisi aman dan nyaman. Bahwasanya keluarga kita pasti beriman dan tidak mungkin murtad. Jangan pernah berpikir begitu. Rasa kuatir itu harus ada, karena rasa kuatir itu yang akan menjadikan kita terus berdoa dan memohon kepada Allah supaya keluarga kita diberikan penjagaan dari keimanan. 15. Salah satu kewajiban seorang suami atau bapak adalah memberikan keteladanan. Saat seorang bapak tidak pernah berhenti berbuat baik, maka ini akan memberikan keteladanan dan contoh yang sangat ideal bagi seorang anak. Ketika bapaknya begitu dermawan, maka anaknya akan terpengaruh.
@fannyangelia622 жыл бұрын
16. Krisis yang terjadi hari ini adalah krisis keteladanan. Banyak laki-laki yang bisa memberikan perintah dan larangan. Tapi sedikit laki-laki yang bisa memberi keteladanan. Kalau seorang istri dan anak tidak mendapatkan keteladanan dari figur seorang laki-laki yang mereka hormati sebagai suami atau bapak, maka akan menjadi perkembangan negatif dalam kehidupan anak. Akhirnya anak akan mencari figur yang lain yang tidak ia dapatkan dari bapaknya. Ia akan mengambil dari lingkungan teman-temannya (circle-nya). Akhirnya kerusakan demi kerusakan akan didapatkan sang anak. Bisa juga terjadi hubungan yang buruk antara suami dengan istri ketika keteladanan tidak muncul dalam diri seorang laki-laki. 17. Pakar pendidikan dan parenting selalu mengatakan bahwa proses keteladanan itu penting, bahkan teramat penting. Hubungan orang tua dengan anak itu sebagaimana hubungan antara pensil dengan bayangannya. Kalau pensil nya lurus, bayangannya akan jadi lurus. Kalau pensil nya bengkok, maka bayangannya akan jadi bengkok. Itulah makanya di dalam Islam figur keteladanan itu sangat ditekankan. Bahkan Allah menyampaikan kepada kita bahwa salah satu keutamaan Rasulullah ﷺ itu adalah keteladanannya. Sesungguhnya di dalam diri Rasulullah ﷺ ada contoh yang baik. Karena akhlaknya Rasulullah itu Al-Qur’an. Itulah testimoni dari istrinya, Aisyah RA. 18. Kalau keteladanan tidak diperhatikan akan menghasilkan generasi yang rapuh. Karena anak tidak tahu darimana ia harus mendapatkan teladan. Seorang istri juga akan menjadi rapuh, jika tidak mendapatkan keteladanan tentang kebaikan hidup dari figur suaminya. Allah menyampaikan dalam Surat An-Nisa ayat 9. 19. Surat An-Nisa ayat 9: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak (keturunan) yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. 20. Keturunan yang lemah dalam Surat An-Nisa ayat 9 diatas berarti anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan. Pendidikan yang ideal itu didasarkan pada sebuah titik tolak yang bernama keteladanan. Contoh: Seorang ustadz yang memberikan keteladanan kepada anak-anaknya dengan selalu membaca Al-Qur’an di rumahnya, sehingga anak-anaknya menjadi penghafal Al-Qur’an. Anak-anaknya tidak pernah bertanya kepada bapaknya berapa juz yang sudah dihafalkan oleh bapaknya. Karena anaknya sudah cukup melihat bapaknya selalu berinteraksi dengan Al-Qur’an. Anak-anaknya lalu termotivasi untuk terus berinterksi dengan Al-Qur’an. Hafalan-hafalan mereka mungkin lebih banyak daripada bapaknya. Yang dibutuhkan oleh anak bukan hafalannya berapa, tapi komitmen seorang bapak ketika memberikan keteladanan. Kalau seorang bapak selalu pergi ke masjid dan anaknya melihat bapaknya selalu pergi ke masjid, maka anak akan terpengaruh. Suatu waktu ia akan tergerak untuk pergi ke masjid. Ini semua dimulai dari sebuah keteladanan. 21. Surat Al Jumu’ah ayat 5: Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. 22. Dalam Surat Al Jum’ah ayat 5 diatas dikatakan, Allah membenci orang yang memiliki ilmu tetapi tidak beramal. Karena beramal dengan ilmu itu bagian dari konsep keteladanan. 23. Surat As-Shaff ayat 2: (2) Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (3) Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. 24. Kenapa Allah begitu marah kepada orang yang memiliki ilmu tetapi tidak beramal dengan yang ia pelajari? Ketika ilmu tidak bisa diamalkan dan dijadikan keteladanan maka akan merusak sistem peradaban. Karena kerusakan itu begitu luar biasa ketika seseorang itu tidak mendapatkan keteladanan. Itulah yang membuat Allah begitu murka kepada seorang laki-laki ataupun perempuan yang tidak memberikan contoh dan teladan dalam kehidupan seorang anak. Hal ini harus menjadi sebuah komitmen. Orang yang tidak memberikan keteladanan itu merusak konsep pendidikan ideal yang sudah dibuat oleh Allah. Anak menjadi susah untuk menerima kebenaran. Akhirnya menjadi anak-anak yang benci kepada kebenaran disebabkan karena mereka kecewa dengan orang yang menyampaikan kebenaran saat tidak bisa dijadikan contoh yang baik, keteladanan itu menjadi rusak. Kalau keteladanan bapak sudah rusak, maka anak tidak lagi menganggap bapaknya menjadi hero. Bapak dan ibunya akan dianggap biasa saja, karena anak tidak mendapatkan keteladanan. Tanpa kita sadari rusaknya takzim anak-anak kepada seorang bapak atau ibunya karena masalah ini tidak diperhatikan dan sering diabaikan.
@fannyangelia622 жыл бұрын
25. Rasulullah ﷺ memberikan testimoni kepada putrinya Hatim Al-Tha’i, “Apa yang dilakukan oleh bapakmu itu betul-betul sifatnya orang mukmin yang benar.” Hal ini berarti putrinya Hatim itu senang menceritakan tentang kedermawanan yang dimiliki oleh bapaknya, dan dia bangga dengan itu. Itulah yang harus dimiliki oleh setiap keluarga. Dimana ada orang yang layak dijadikan teladan di dalam keluarga. Teladan di dalam bersabar, menahan amarah, dan perbuatan ketaatan. Itulah yang harus dijadikan contoh. Keteladanan itulah yang paling cepat untuk menjadi buah pikiran dan buah amal yang dilakukan oleh orang-orang dibawahnya. 26. Kenapa dakwahnya Rasulullah ﷺ bisa efektif? Karena Rasulullah ﷺ bukan hanya pandai berkata-kata, tetapi Rasulullah ﷺ memberikan keteladanan. Fasih di dalam bertindak. Contoh: Utsman bin Affan RA pernah menjadi khatib Jum’at, dimana beliau hanya menyebutkan 3 ayat, lalu selesai. Berarti tidak sampai 5 menit. Kalau ada khatib Jum’at yang seperti ini di zaman sekarang, maka akan disenangi oleh para jamaahnya. Tapi kalau sudah sedekah, luar biasa. Para ulama kemudian berkata, Utsman bin Affan RA itu lebih fasih hartanya daripada lisannya, jika melihat bagaimana beliau berkhutbah. Hal ini memberikan sebuah keteladanan. Keteladanan itu akan membekas lama daripada teori yang diucapkan dengan kata-kata. Karena kata-kata hanya sekedar kata-kata. Tapi tidak membuahkan keteladanan yang bisa menggores di dalam hati dan sanubari manusia. 27. Bagi setiap laki-laki yang paling berat itu memberikan keteladanan. Memberikan nafkah memang berat. Tetapi beratnya memberi nafkah tidak seberat ketika kita diperintahkan oleh syariat untuk memberikan keteladanan. Contoh: Keteladanan bangun pagi. kalau kita mendapati di keluarga kita setiap pagi, sehabis subuh, lampu masih gelap, AC masih hidup, jendela belum dibuka. Jika setiap hari semacam ini, maka salah satu pemicunya adalah tiadanya keteladanan dalam keluarga itu. Sampai akhirnya mereka berlarut-larut melakukan sesuatu yang kurang tepat. Inilah pentingnya seorang suami memberikan keteladanan. Karena dia merupakan “Pilot/Masinis yang akan dilihat oleh setiap orang yang ada di belakangnya, yaitu istri dan anak-anaknya. 28. Seorang istri yang menjumpai suaminya tidak menikmati saat ia ghibah tentang orang lain, akhirnya ia akan berusaha menahan diri. Istrinya akan merefleksikan dirinya kembali, bahwa suaminya tidak suka jika ia ghibah (membicarakan orang lain). Hal ini akan lebih mengena daripada menyebutkan dalilnya secara panjang lebar tentang bagaimana haramnya ghibah, membicarakan tentang keburukan orang lain. Keteladanan itu mewakili ribuan kata-kata dan kalimat yang tersusun secara rapi dan indah. Satu keteladanan justru lebih membekas hingga puluhan tahun, daripada ribuan kata yang terucap melalui lisan. Inilah pentingnya sebuah keteladanan. 29. Pada saat sebagian sehabat sedang bersama Nabi Muhammad ﷺ, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang membawa emas sebesar telur burung dara. Laki-laki ini berkata, “Wahai Rasulullah, aku mendapatkan ini dari pertambanganku. Ambilah ia sebagai sedekah. Aku tidak memiliki kekayaan selain ini.” Kemudian Rasulullah ﷺ memberikan respon, “Salah seorang diantara kalian datang kepadaku lalu membawa apa yang dimiliki. Setelah itu dia duduk mengharapkan belas kasihan manusia. Sebaik-baik nya sedekah adalah apa yang diberikan saat ia sudah tidak lagi membutuhkannya.” Kalau kita kaitkan hadits riwayat kedua dengan hadits riwayat yang pertama, ada kaitannya. Benang merahnya adalah bagaimana figur keteladanan untuk selalu menjadi orang yang baik, untuk menjadi orang yang dermawan. 30. Hal penting yang harus diperhatikan oleh setiap laki-laki ketika ia berkomitmen untuk menjadi orang yang baik dan dermawan, maka ia tetap harus memperhatikan bagaimana ia menghargai dirinya dan keluarganya. Jadi tidak memberikan infak dan sedekah dari semua hartanya. Lalu dirinya dan keluarganya menjadi pengemis dan menjadi beban bagi orang lain. Hal ini tidak diperbolehkan. Allah menyampaikan salah satu sifat orang yang beriman di dalam Surat Al-Furqan ayat 67. 31. Surat Al Furqan ayat 67: Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan (habis-habisan), dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. 32. Orang yang beriman kalau sedekah tidak habis-habisan, tetapi juga tidak pelit. Jadi berada di tengah-tengah. Hal ini penting sekali supaya kita paham bahwasanya bagi setiap laki-laki yang memiliki jiwa dermawan, lalu ia memberikan keteladanan dengan kedermawanan yang ia lakukan kepada keluarganya, maka batasan untuk dermawan itu adalah jangan sampai ia memberikan seluruh hartanya, lalu setelah itu ia dan keluarganya menjadi beban bagi orang lain. Karena semua hartanya sudah habis untuk sedekah. Hal ini tidak diperkanankan oleh Allah.
@fannyangelia622 жыл бұрын
33. Sedekah itu sesuai dengan apa yang ada. Tidak terlalu pelit, tetapi juga bukan melepaskan semua hartanya. Karena hidup dengan apa yang kita miliki dan tidak menjadi beban bagi orang lain (meminta-minta kepada orang lain) merupakan sebuah kemuliaan. 34. Umar bin Khattab pernah berkata, “Aku tinggalkan keturunanku dengan warisan yang cukup, itu lebih aku cintai, daripada aku tinggalkan dengan warisan yang tidak cukup, sehingga menjadikam mereka sebagai pengemis di pinggir jalan.” 35. Salah satu barometer laki-laki itu orangnya dermawan. Sebagaimana Hatim Al-Tha’i. Ia suka berbagi dan memberi manfaat, dan bersedekah. Semua makna kebaikan itu terkumpul pada sedekah. Kalau ada dosa yang kita kerjakan, cara menebusnya dengan bersedekah. Saat kita bersedekah, pastikan bahwa sedekah itu tidak mendzolimi diri kita. Kita tetap memiliki kecukupan untuk menjalani kehidupan, tanpa menjadi beban bagi orang lain. Jadi membantu orang pun juga ada takarannya. Kalau sudah tidak mampu, ya jangan dipaksa. Contoh: Hanya punya uang 2 juta di tabungan, kalau diberikan ke orang lain, maka uang 2 juta itu akan habis. Karena Allah menyuruh kita tidak berlebihan dalam berinfak, tapi di tengah-tengah. Ini penting supaya kita tidak meminta-minta, dan menjadi beban bagi kehidupan orang lain. 36. Bagaimana dengan Abu Bakar RA? Bukankah Abu Bakar RA itu memberikan seluruh hartanya kepada Rasulullah ﷺ? Sampai kemudian Nabi Muhammad bertanya kepada Abu Bakar RA, “Apa yang kamu tinggalkan untuk dirimu dan keluargamu?” Jawaban dari Abu Bakar RA, “Aku tidak meninggalkan untuk keluargaku kecuali dalam penjagaan Allah dan rasul-Nya. Bagaimana kita mendudukan Surat AL-Furqan ayat 67 dengan kisah menakjubkan Abu Bakar RA yang mengifakkan seluruh hartanya? 37. Para ulama berkata, “Kalau ada seseorang yang berani untuk menjamin dirinya dengan menginfakkan seluruh hartanya dan ia tidak menjadi peminta-minta dan menjadi beban bagi orang lain, maka silahkan saja. Karena Abu Bakar RA, walaupun ia menginfakan seluruh harta yang dimiliki, tapi beliau tidak pernah menjadi pengemis dan peminta-minta. Maka Abu Bakar RA benar-benar menjadi orang yang qanaah dengan apa yang beliau miliki. Beliau juga merasa cukup dengan sedikitnya harta yang beliau dapatkan, ketika seluruh hartanya sudah diinfakkan di jalan Allah. Orang yang mampu melakukan hal ini hanya sedikit, termasuk Abu Bakar RA. Kalau ada orang yang menginfakkan seluruh hartanya lalu ia menyesal, dan kemudian menjadi peminta-minta, maka ini justru menghancurkan kebaikan dia sendiri. 38. Sebuah keluarga yang berkah itu adalah yang senantiasa membantu orang lain. Contoh: Memberikan makanan, minuman, selalu berkomitmen untuk memberikan dan mengalirkan manfaat bagi orang lain. Untuk ini dibutuhkan figur seorang bapak, ketika ia menjadi point center dalam keluarga. Contoh: Ustadz Oemar Mita mendidik anak-anaknya dengan akhlak terlebih dahulu dibandingkan hafalan. Beliau juga membiasakan anak-anaknya untuk bersedekah melalui tangan mereka sendiri. Indikator pendidikan ada di akhlak. Kalau akhlaknya sudah terbentuk, baru dilanjutkan dengan hafalan ayat Al-Qur’an dan hadits. Ini merupakan metode terbaik dari kalangan ulama salaf, dimana mereka selalu mengajarkan akhlak terlebih dahulu daripada ilmu. 39. Seorang wanita itu diuji dengan harta. Makanya perintah untuk wanita itu untuk memperbanyak sedekah. Kalau ia mendapati suaminya memiliki komitmen untuk memberikan manfaat bagi orang lain dan berbagi, maka itu akan menjadi kemudahan bagi istrinya untuk lepas dari jerat-jerat kepelitan di dalam dirinya. Kalau kita mudah berbuat baik, maka akan mudah mendapatkan kecintaan dari setiap makhluk. Akan Allah mudahkan rezekinya. 40. Yang harus ditanamkan kepada para suami adalah bahwasanya kita tidak boleh hanya memikirkan diri kita sendiri. Kebiasaan kita berbuat baik, menolong orang lain, memberi manfaat kepada orang lain, harus dilihat sesuai dengan kondisi dan kemampuan diri kita. Jangan sampai hal ini justru merusak diri kita dan menjadikan diri kita terzolimi. Sebelum kita menghormati orang lain, maka kita harus menghormati diri dan keluarga kita dengan memberikan kecukupan. Supaya mereka tidak menjadi pengemis di pinggir jalan dan menjadi beban bagi orang lain. 41. Mengapa pendidikan di Pondok Pesantren banyak yang berhasil dan efektif walaupun guru-gurunya mungkin hanya tamatan Aliyah? Karena terlihat keteladanannya. Maka sebagai seorang suami berikanlah keteladanan. Orang yang memberikan keteladanan, maka Allah yang akan menolong hari-harinya dengan keluarganya. Semua keteladanan yang kita berikan akan dilihat oleh anak-anak kita. Anak itu seperti kaset kosong, tergantung apa yang ia dapatkan dari orang tuanya. Tergantung yang dia lihat dan interaksi yang dilakukan, itu semua akan membekas dalam diri anak. Berhati-hatilah, sekalinya kita salah dalam memberikan keteladanan, maka itu akan membekas pada anak-anak kita. Jagalah pembicaraan sikap kita. Keteladanan memiliki kontribusi yang besar dalam mendidik anak.
@AhmadArif01912 күн бұрын
Rangkuman Kajian: 1. Pengantar: - Pembukaan diawali dengan ucapan syukur, doa keselamatan, dan harapan agar terhindar dari fitnah dunia yang lebih berbahaya daripada penyakit fisik. 2. Esensi Syukur: - Syukur tidak menjamin kekayaan, tetapi membantu kita menerima ketidakidealannya hidup dengan ketenangan. - Contoh kisah Umm Sulaim yang tetap bersyukur meskipun kehilangan anaknya. 3. Pernikahan: Komitmen, Kewajiban, dan Konsekuensi: - Menekankan pentingnya komitmen suami dan istri, serta kesiapan menghadapi konsekuensi kehidupan rumah tangga. - Evaluasi dalam pernikahan sangat penting untuk keberlanjutan hubungan. 4. Keteladanan dalam Keluarga: - Figur keteladanan dari orang tua, khususnya ayah, sangat penting bagi anak dan istri. - Keteladanan lebih efektif dibandingkan teori dan kata-kata. - Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua, sehingga orang tua harus menjaga sikap, ucapan, dan tindakan. 5. Pentingnya Berbuat Baik dan Dermawan: - Kisah Hatim al-Ta'i sebagai contoh kedermawanan dan dampaknya terhadap anaknya. - Dermawan harus dilakukan dengan bijak tanpa menelantarkan kebutuhan diri sendiri dan keluarga. 6. Keseimbangan dalam Bersedekah: - Islam menganjurkan bersedekah tanpa berlebihan atau menjadi bakhil, seperti yang dijelaskan dalam surat Al-Furqan ayat 67. - Kisah Abu Bakar yang menginfakkan seluruh hartanya dijadikan contoh bahwa hanya sedikit orang yang mampu melakukannya tanpa menyesal. 7. Pendidikan Anak: - Akhlak anak lebih utama diajarkan dibandingkan hafalan atau ilmu pengetahuan. - Keteladanan orang tua menjadi kunci pembentukan akhlak dan perilaku anak. 8. Pentingnya Doa: - Berdoa untuk menjaga keluarga dalam keimanan sangat penting, mengingat fitnah dan tantangan zaman. - Contoh doa Nabi Ibrahim untuk melindungi keturunannya dari kesyirikan. 9. Penutup: - Keteladanan adalah kontribusi besar dalam pendidikan dan keberhasilan mendidik anak. - Doa untuk terus memberikan keteladanan kepada keluarga dan masyarakat. Kesimpulan Utama: Keteladanan dari orang tua, khususnya ayah, menjadi fondasi utama dalam membangun keluarga yang kuat, berakhlak, dan bahagia. Komitmen, syukur, dan doa adalah kunci keberhasilan dalam kehidupan rumah tangga dan pendidikan anak-anak.
@SurainiMuliati7 ай бұрын
Depok menyimak, alhamdulillah
@betawiunda59022 жыл бұрын
Assalamualaikum Ustadz 🙏 smoga hari ini kita smuanya sehat sehat dan smoga diberikan kemudahan dalam mencari rezeki halal thoyibah Aamiin