Рет қаралды 57
Apa yang Terjadi Jika Ahli Kitab Menerima Kebenaran Nabi Muhammad? #tafsirAlQuran
Saya ada narasi berikut ini:
Al an'am 20: "Ayat ini menambah keterangan tentang kebenaran kerasulan Nabi Muhammad, yaitu keterangan bahwa Ahli Kitab dari Yahudi dan Nasrani, sebenarnya mereka mengetahui bahwa nabi yang terakhir yang diutus Allah adalah Nabi Muhammad karena tanda-tanda kenabian beliau sangat jelas tercantum dalam kitab-kitab suci mereka. Diriwayatkan bahwa orang-orang kafir Mekah pergi ke Medinah menanyakan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani tentang sifat Muhammad. Tetapi mereka memungkiri bahwa dalam Taurat dan Injil terdapat berita tentang kenabian Muhammad. Berita tersebut sangat jelas sehingga mereka mengetahuinya dengan jelas pula sebagaimana mereka mengetahui anak-anak mereka sendiri. Allah menyatakan bahwa mereka telah merugikan diri mereka sendiri karena mereka tidak mempercayai kerasulan Muhammad, bahkan mengingkarinya dengan permusuhan. Oleh karena itu, mereka mengingkari apa yang mereka ketahui. Keingkaran pendeta-pendeta Yahudi itu sama alasannya dengan keingkaran orang-orang musyrik Mekah. Pendeta-pendeta Yahudi tidak mau beriman kepada Muhammad karena takut kehilangan martabat dan kedudukan di kalangan penganut agama mereka. Dalam pandangan Islam, semua orang sama kedudukannya. Tidak ada perbedaan antara pendeta dengan rakyat. Bila melakukan kesalahan yang sama, hukumnya akan serupa pula, tidak ada perbedaan antara ulama dengan rakyat umum. Demikian pula pemimpin-pemimpin Quraisy, mereka tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad karena takut kehilangan martabat dan kedudukan. Bila mereka menganut agama Islam, mereka akan duduk sejajar dengan rakyat jelata dan orang-orang miskin, seperti Bilal dari Ethiopia (Habasyah) dan lain-lainnya. Mereka sendirilah yang merugikan diri sendiri. Kerugian mereka itu disebabkan kelemahan cita-cita dan kemauan mereka dan kehilangan pertimbangan akal sehat sehingga mereka mengingkari ilmu pengetahuan yang mereka miliki.
Al an'am 21: Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada orang yang lebih merugi daripada orang yang berbuat dusta terhadap Allah seperti mengatakan Allah itu punya anak, punya sekutu atau menjadikan sesuatu selain Allah sebagai tumpuan doa dan pujaan, menjadikannya pelindung, pengantara dan lain sebagainya, dan menambah-nambah ajaran agama yang tidak ada dasarnya. Demikian pula mereka sangat aniaya, mendustakan ayat-ayat Al-Qur’an memutarbalikkan isi kitab Taurat dan Injil dan menolak mukjizat Rasul yang dikatakan mereka sebagai sihir serta mendustakan ayat-ayat kauniyah yang menunjukkan keesaan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang berbuat aniaya, yakni berbuat dusta terhadap Allah ataupun mendustakan ayat-ayat-Nya, apalagi mendustakan keduanya, tidak akan memperoleh keberuntungan di hari Kiamat. Mereka akan mendapatkan azab dari Allah. Di dunia, mereka pun tidak akan menang, karena mereka dikalahkan kaum Muslimin seperti dalam Perang Badar.
Al an'am 22: Dalam ayat ini, Allah memperingatkan orang musyrik tentang hari kebangkitan, ketika seluruh umat manusia dikumpulkan. Pada hari itu manusia hanya terbagi menjadi dua golongan: mereka yang rugi dan mereka yang beruntung. Kemudian Allah berkata kepada orang-orang musyrik, “Di manakah sembahan-sembahanmu yang dahulu kamu katakan sekutu Allah?” Allah bertanya demikian karena pada saat di dunia, mereka meminta pertolongan dan memanjatkan doa kepada sembahan selain Allah, yang mereka jadikan sebagai pelindung atau pengantar untuk mendekatkan diri kepada Allah atau untuk memberi syafaat kepada mereka pada hari Kiamat. Mengapa sembahan-sembahan itu menghilang dan tidak tampak bersama mereka pada hari itu? Seperti difirmankan Allah: وَمَا نَرٰى مَعَكُمْ شُفَعَاۤءَكُمُ الَّذِيْنَ زَعَمْتُمْ اَنَّهُمْ فِيْكُمْ شُرَكٰۤؤُا ۗ لَقَدْ تَّقَطَّعَ بَيْنَكُمْ وَضَلَّ عَنْكُمْ مَّا كُنْتُمْ تَزْعُمُوْنَ ࣖ ٩٤ Kami tidak melihat pemberi syafa’at (pertolongan) besertamu yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu (bagi Allah). Sungguh, telah terputuslah (semua pertalian) antara kamu dan telah lenyap dari kamu apa yang dahulu kamu sangka (sebagai sekutu Allah). (al-An‘ām/6: 94)"