Рет қаралды 2,493
DARI DISKUSI BUKU ECKHART TOLLE: The Power of Now
The Power of Now, buku yang ditulis oleh Eckhart Tolle terinspirasi salah satunya dari Buddhism, terutama meditasi. Karena itu Esoterika beberapa waktu lalu telah mengundang seorang yang tepat untuk membahasnya, yaitu Bhikkhu pelatih tradisi vipassana, Bhikkhu Santacitto, Ph.D. yang juga dari Sekolah Tinggi Agama Buddha, Malang.
The Power of Now adalah buku best seller menurut New York Times di tahun-tahun awal penerbitannya di awal tahun 2000an. Mungkin buku ini adalah buku spiritual terlaris. The Power of Now juga direkomendasikan oleh oleh Oprah Winfrey dalam majalahnya, O di tahun 2000.
M. Jojo Rahardjo yang telah lama mendalami berbagai riset sains seputar otak dan kaitannya dengan kecerdasan, tubuh, dan altruism ikut pula membahasnya. Jika Tolle membahas The Power of Now dengan sangat filosofis dan spiritual, maka Jojo membahasnya dari sudut pandang sains, yaitu apa yang terjadi di otak dan tubuh saat the power of now dipraktikkan.
Jojo berbeda pandangan dengan Tolle. Menurut Jojo: harus dipahami (berdasar riset sains), bahwa ada puluhan ribu pikiran muncul setiap harinya. Pikiran itu hanya mengulang pikiran yang kemarin, yaitu sebesar 95% dan akan diulang lagi esok harinya. Hanya 5% yang bukan pengulangan pikiran atau pikiran orisinal. Dari seluruh pikiran itu hanya 20% yang berupa pikiran positif, sisanya adalah pikiran negatif. Meski wandering mind (pikiran yang selalu berkelana dan mengulang-ulang) itu telah memberi kita manfaat dalam perkembangan peradaban manusia, seperti munculnya berbagai temuan baru dan pemikiran besar, namun wandering mind ini juga memberi suffering (dukkha dalam istilah Buddhism) atau stres atau efek buruk bagi kesehatan mental kita (menurut neuroscience). Jika kesehatan mental kita terganggu, maka kesehatan tubuh kita pun ikut terganggu. Bahkan lebih jauh lagi, tanpa disadari, kondisi itu akan menghasilkan penurunan produktivitas, atau prestasi, karena kecerdasan terganggu, begitu juga kreativitas, inovasi, dan kemampuan memberi solusi atas berbagai persoalan yang datang. Kondisi itu juga menghambat kecenderungan kita pada altruism hingga spiritualism. Tentu saja itu harus diatasi, bukan?
Meditasi bisa mengurangi dampak dari wandering mind itu. Sekarang para ahli sains sering mengganti kata meditasi dengan mindfulness practise. Definisi dari mindfulness practise ini dibahas panjang lebar oleh Tolle di bukunya. Meski demikian, Tolle tak pernah menyebut kata mindfulness practise di bukunya. Tolle mengganti kata mindfulness practise dengan kata: The Power of Now (judul bukunya). Kata NOW menjadi pokok bahasannya, yaitu agar kita menghindari berbagai pikiran tentang masa lalu dan masa datang, karena pikiran itu hanya menghasilkan suffering. Sebagai gantinya, maka kita diminta untuk menyadari pikiran NOW saja. Itulah cara untuk terbebas dari suffering.
Bagi Jojo, persoalan atau tantangan hidup manusia sebaiknya dipandang dengan cara yang lebih praktis. Sebagaimana yang sudah disebutkan di atas, wandering mind yang menjadi pangkal suffering itu bisa diatasi dengan mindfulness practise saja. Ribuan riset sains mengenai itu menjadi argumennya, bahwa dengan meditasi, maka dampak buruk wandering mind bisa dikurangi dan kita bisa menjadi manusia yang lebih baik atau lebih memiliki happiness, atau well-being.