Рет қаралды 17,135
TRIBUN-VIDEO.COM - Pierre Andreas Tendean atau yang kerap dikenal sebagai Kapten Tendean menjadi satu di antara korban keganasan peristiwa Gerakan 30 September (G30SPKI) tahun 1965.
Kapten Tendean merupakan seorang perwira militer yang dibunuh secara tidak manusiawi dan dimasukkan kedalam sumur bersama keenam perwira tinggi TNI lainnya, Letjen TNI Ahmad Yani, Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono, Mayjen TNI S Parman, Mayjen TNI R Soeprapto, Brigjen TNI Donalad Isaccus Pandjaitan, dan Brigjen TNI Soetojo S.
Rumah Jenderal Nasution, di Jalan Teuku Umar Nomor 40 Gondangdia, Jakarta Pusat menjadi saksi bisu catatan kelam dan tempat terakhir Kapten Tendean sebelum tewas oleh Kelompok G30SPKI.
Sejak kecil, perwira kelahiran Jakarta 21 Februari 1939 ini mulai tertarik untuk menggeluti bidang militer.
Karir politiknya mulai mencuat kala ia menjadi mata-mata Malaysia soal konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia, yang dikenal dengan istilah DWIKORA.
Ia bertugas untuk memimpin sekelompok relawan di beberapa daerah untuk melakukan penyusupan ke Malaysia.
Sejak saat itu prestasi Pierre Tendean di bidang militer mulai menjanjikan.
Setidaknya, ada tiga jenderal yang menginginkan Pierre menjadi ajudannya, yaitu Jenderal Nasution, Jenderal Hartawan, dan Jenderal Kadarsan.
Namun, Jenderal Nasution bersikeras menginginkan Pierre sebagai ajudannya.
Pada usianya yang menginjak 26 tahun, Pierre menjadi salah satu pengawal termuda yang dimiliki Jenderal Nasution.
Tepat tanggal 30 September, Tendean yang biasanya berada di Semarang untuk merayakan hari ulang tahun ibunya, kala itu menunda kepulangannya karena bertugas sebagai ajudan A.H Nasution di Jalan Teuku Umar Nomor 40 Jakarta Pusat.
Nahasnya, hari itu juga pasukan Tjakrabirawa datang menyerbu kediaman Jenderal Nasution untuk melakukan penculikan.
Pierre Tendean yang saat itu sedang beristirahat di ruang tamu kediaman Jenderal Nasution sontak terbangun dan mendatangi sumber kegaduhan.
Ia langsung disambut dengan todongan senapan oleh pasukan Tjakrabirwa.
Pierre yang dikira Pasukan Tjakrabirawa merupakan Jenderal Nasution, langsung diculik dan dibawa ke Lubang Buaya.
Selain menculik Pierre Tendean, nyawa Ade Irma Suryani Nasution, putri Jenderal Nasution tak terselamatkan karena peluru yang menembus tubuhnya.
Ucapan terakhir Tendean sebelum diculik menjadi bukti setianya pada Jenderal Nasution.
"Saya Jenderal AH Nasution," ucapnya kala itu.
Pierre pun dibawa ke Lubang Buaya bersama bersama ke enam perwira tinggi TNI lainnya yang kemudian dibunuh secara keji dan dimasukkan ke dalam sumur berdiameter 75 cm.
Pierre Tendean meninggal dunia di usianya yang baru menginjak 26 tahun.
Pierre Tendean meninggal dunia 1 bulan sebelum menikahi seorang wanita bernama Rukmini Caimin, pada November 1965 silam.
(*)