Video Hasil Penelitian PDP Program DRTPM Kemdikbudristek TA 2023

Penelusuran mengenai ragam motif flora pada candi belum banyak ditemukan. Hal ini dipicu oleh fungsi dari sebagian besar ragam motif flora yang hanya sebagai motif hiasan atau motif pelengkap pada bangunan candi. Namun, ada motif flora yang memiliki makna filosofis mencakup ajaran keagamaan di dalamnya, yaitu ornamen hias teratai/ padma/ sulur gelung, dan ornamen hias pohon hayat/kalpataru (berdasarkan wawancara dengan Timbul Haryono, pada 04 Agustus 2023). Sehingga, peneliti mencoba untuk membatasi objek di ornamen yang tersebut di atas. Terlebih lagi, di era digitalisasi sekarang ini, ada banyak orang yang menerapkan ragam hias flora pada berbagai kriya tanpa mengetahui maknanya. Ini berpotensi terhadap proses pemaknaan yang tidak berdasar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi variasi ragam hias flora apa saja yang ada pada candi peninggalan Mataram Kuno, untuk kemudian dicari tahu apakah keragaman hiasan flora tersebut dapat dijadikan sebagai sebuah representasi masyarakat Jawa. Sehingga, pada akhirnya penelitian ini mampu memunculkan sebuah landasan dalam membuat karya yang terkait ragam hias atau motif-motif flora dan penggubahannya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualtitatif dan interpretatif menggunakan metode metafora dan pendekatan ikonografi dalam menganalisis ragam hias flora. Pendekatan ikonografi mengacu pada tahapan pembacaan visual menurut E. Panosky, yaitu tahap pra-ikonografi, tahap ikonografi dan tahap ikonologi. Objek material penelitian ini adalah candi-candi peninggalan Mataram Kuno sekitar 8-10M, yaitu candi Prambanan, Borobudur, Sewu, Gedongsongo, Pawon, Mendut, Dieng, Kalasan, Plaosan, Sambisari, Ngawen dan Sojiwan. Candi-candi tersebut terletak di Jawa Tengah (Klaten, Magelang, Wonosobo, Kabupaten Semarang) dan Yogyakarta. Fokus kajian yakni menemukan variasi dan makna ragam hias flora di candi-candi tersebut untuk melihat representasi identitas masyarakat saat itu, terkait pemikiran dan toleransi akulturalistiknya terhadap pengaruh budaya luar.
Dari penelitian ini ditemukan sejumlah motif hias flora yang muncul secara berulang pada candi-candi peninggalan Mataram Kuno 8-10M. Ragam hias tersebut adalah motif sulur gelung, bunga Teratai, bunga matahari, untaian Mutiara, belah ketupat, dan kertas tempel. Motif tersebut digolongkan menjadi dua: 1) hadir dengan nilai simbolis, seperti: motif sulur-suluran danmotif teratai,; 2) hadir dengan nilai estetis, seperti: motif bunga matahari dan motif kertas tempel.
Di antara semua motif, kalpataru adalah motif flora yang paling penting posisinya, baik dalam kepercayaan Hindu ataupun Buddha. Kalpataru adalah pohon suci, yang menandai bangunan candi adalah tempat yang suci. masyarakat Jawa kuno memiliki konsep ’dunia atas’ dan ’dunia bawah’. Di tengah-tengah dari kedua dunia itu berdiri satu kesatuan yang merupakan gaubungan dari keduanya. Lambang dari ’dunia tengah’ ini adalah pohon hayat. Pohon ini diposisikan sebagai kekuasaan yang tertinggi.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi atas pendanaan Hibah Dosen Pemula tahun 2023 dengan judul “Representasi ragam hias flora pada candi-candi peninggalan mataram kuno sebagai identitas masyarakat Jawa”, meliputi dukungan finansial, juga fasilitas dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Universitas Indraprasta PGRI, Jakarta.
Tim Peneliti:
NurulfatmI Amzy, M.Hum (Ketua Peneliti)
Herliyana Rosalinda, S.Hum, M.Pd (Anggota Peneliti)
Edo Galasro Limbong, S.I.Kom, M.Si